Arus globalisasi saat ini memang berputar sangat cepat, banyak perubahan-perubahan yang telah terjadi diakibatkan olehnya. Mulai dari segi tatanan sosial, budaya, politik, ekonomi, dan segi kehidupan lainnya. Jika kita menilik Kembali di sekitar tahun 2000-an ke atas, globalisasi belum terlihat signifikan dalam perkembangannya. Teknologi yang digunakan juga tidak secanggih sekarang. Namun, hal itu sekarang mulai berubah seiring berjalannya waktu, kemunculan teknologi maju mulai dilirik banyak orang. Dari teknologi yang semakin canggih inilah banyak pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya dilakukan manusia semakin tergantikan, terutama dalam bidang transportasi. Semakin kesini transportasi-transportasi yang digunakan semakin canggih,nyaman,dan serba cepat, bahkan sekarang ini menggunakan jasa transportasi online, seperti gojek bukanlah hal yang tabu lagi, tinggal pesan dan jemputanmu akan datang. Tapi,apakah kalian sadar apa efek samping dari semua kecanggihan teknologi,khususnya dibidang transportasi ini?Ya...tepat sekali, banyak dari penyedia jasa transportasi tradisional, seperti tukang becak inilah yang mulai terkena dampaknya, baik dari segi ekonomi maupun sosial.Ini menjadi salah satu bentuk ketimpangan yang terjadi akibat dampak globalisasi yang tidak merata dari Pembangunan berkelanjutan yang tidak efisien.Tapi, apakah yang hanya sampai di situ permasalahan yang dihadapi, sebenarnya apa yang dirasakan oleh tukang becak?
Kesejahteraan merupakan hal utama yang seharusnya bisa dirasakan oleh banyak orang dan menjadi hak mutlak sebagai bagian dari hak asasi mereka, baik secara sosial maupun finansial dan lain sebagainya. Setiap orang berhak merasakan kesejahteraan dalam hidupnya, sayangnya kata "Sejahtera" tersebut belumlah menjadi hak paten yang bisa dirasakan semua orang saat ini. Kondisi memprihatinkan cukup banyak dialami oleh kaum menengah ke bawah, khususnya kaum kebawah yang sulit untuk mendapatkan penghasilan, seperti tukang becak saat ini. Sebenarnya tidak semua orang yang berprofesi sebagai tukang becak lantas berada di garis bawah semua, ada beberapa di antara mereka yang berada di garis tengah dan memiliki penghasilan tambahan selain dari menjalankan becak. Tapi, pada dasarnya lingkup hidup mereka tidaklah semudah yang kita bayangkan. Banyak faktor-faktor sosial yang tetap berdampak kepada mereka meskipun mereka dalam garis menengah. Faktor tersebut antara lain:Kurangnya akses pendidikan yang berkualitas yang didapat, kurangnya fasilitas Kesehatan yang memadai(terutama bagi kaum ekonomi ke bawah), kemajuan teknologi akibat globalisasi, serta faktor sektor informal.
Kurangnya akses pendidikan yang ada disebabkan oleh kurangnya informasi yang didapatkan dan biaya yang tidak ada, akibat dari kecilnya penghasilan tukang becak itu sendiri. Hal ini biasanya juga didukung karena faktor lingkungan tempat tinggal mereka yang jauh dari kota serta minimnya informasi. Namun, tidak jarang juga keturunan dari para profesi becak ini yang berhasil mengangkat derajat orang tuanya yang sebagai tukang becak dengan bersekolah sampai ke perguruan tinggi karena bantuan beasiswa.Sedangkan untuk faktor berikutnya, yaitu fasilitaas Kesehatan kurang lebih sama halnya dengan tingkat pendidikan para tukang becak, biaya pengobatan yang mahal dan kebutuhan pangan diperlukan secara bersamaan membuat mereka harus bisa lebih menghemat lagi, sampai saat ini masih minim sekali fasilitas Kesehatan gratis bagi masyarakat ke bawah di kota-kota besar maupun kecil, khususnya pelosok desa. Meskipun ada BPJS, tapi apa yakin itu benar-benar dapat membantu mereka?Bahkan di saat kondisi darurat sekalipun?
Kemajuan teknologi menjadi salah satu faktor dimana dimulainya kesenjangan sosial terjadi. Bagaimana mungkin tidak?Hal ini bisa kita lihat dari sudut pandang orang-orang yang mulai terdampak kemajuan teknologi, dari cara mereka menyelesaikan masalah, cara bekomunikasi, bertransportasi, bahkan sederhana sekalipun seperti memilih makanan. Contoh konkret yang berkesinambungan dengan kesejahteraan tukang becak adalah Ketika kita ingin bepergian kita akan lebih memilih menggunkan aplikasi transpoertasi online, seperti gojek dibanding harus menggunakan transportasi konvensional layaknya becak.Hal tersebut sangatlah berdampak kepada pendapatan tukang becak tersebut.Nasib miris seperti itu harus dirasakan oleh setiap profesi tukang becak yang ada di Indonesia, terutama di kota-kota besar, di antaranya: Surabaya, Makassar, dan Jakarta. Seringkali mereka harus berperang dengan panasnya terik matahari demi sesuap nasi, penumpang yang mereka dapatkan kian hari kian menyusut bak ditelan ombak. Penghasilan tukang becak perminggu juga lebih rendah dari UMR di kota itu sendiri. Kebanyakan dari tukang becak tersebut tidaklah memiliki tempat huni pribadi untuk sekedar rehat, ada yang masih tinggal ngontrak atau tinggal di pinggir-pinggir jalan yang sekiranya bisa untuk berhenti. Apabila penghasilan dari narik becak dapat memenuhi kehidupan sehari-hari saja, mereka sudah merasa senang.
Dan yang terakhir karena pekerjaan sektor informal. Sebenarnya faktor ini adalah pembagian dan pembeda dari pekerjaan sektor formal, yang mana seperti namanya formal, maka pengelolaannya dibawah badan hukum negara dan cenderung upah pekerjanya stabil.Sedangkan sektor informal sendiri itu sebaliknya atau dengan kata lain badan usaha milik sendiri dan tentunya mandiri, dan penghasilannya pun tidak menentu setiap harinya..Tukang becak termasuk ke dalam sektor informal ini, hal itu dikarenakan pekerjaan tersebut tidak berbadan hukum dan cenderung bebas. Alasan ini sebenarnya sudah mencakup semua hal dan jelas mengapa tukang becak memilih pekerjaan sektor informal tersebut. Pada dasarnya pekerjaan yang dibuat sendiri lebih mudah dikerjakan, dibanding harus bekerja pada orang lain, meskipun penghasilan stabil, tapi terlalu banyak tuntutan bahkan sebelum resmi menjadi pekerja. Syarat dan ketentuan itulah yang rata-rata menyulitkan para tukang becak untuk mendaftar lowongan pekerjaan di tempat-tempat resmi, seperti perusahaan atau pabrik. Karena kebanyakan syarat-syarat itu tidak sebanding dengan pendidikan dan pengalaman mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H