Mohon tunggu...
Andi Najmi
Andi Najmi Mohon Tunggu... Pengacara - Pensiunan gaul

advokat

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Polisi Impian

25 Desember 2011   03:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:47 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Polisi Republik Indonesia (POLRI) sudah lahir tidak lama setelah Indonesia Merdeka, dari sisi usia terbilang cukup tua. Namun fakta lapangan berbicara lain, bukanya semakin membaik karena sudah cukup pengalaman tetapi performnya semakin hari tambah memalukan. Apa yang salah dengan Polisi kita.......? Mungkin ada benarnya guyon yang dilontarkan Almarhum Gus Dur, bahwa di Negara kita hanya ada tiga polisi yang baik. Pertama adalah Jendral Polisi Hugeng, kedua Polisi tudur dan yang terakhir patung Polisi.

Jenderal Hugeng berhasil membangun institusi kepolisian dan menegakkan aturan-aturan secara konsisten dan konsekuen, bahkan kepada keluarga sendiripun tanpa basa basi aturan diterapkan. Sikap dan prilaku seperti ini tentunya sudah jarang kita temukan dalam cerita kepolisian akhir-akhir ini, sebaliknya sikap dan prilaku yang arogan, diskriminatif dan tanpa basa basi melanggar aturan justru kerap kita jumpai. Kenapa sikap dan prilaku Jendral Hugeng tidak diteladani dan dilestarikan, apa karena zaman dan tantangan yang sudah berbeda atau karena apa....? Disisi lain justru Polisi tidurlah yang bisa meneruskan kedisiplinan dan sikap tanpa diskriminasi Jenderal Hugeng, juga Patung Polisi yang secara konsisten selalu ada ditempatnya.

Kapolri seyogyanya bisa melakukan evaluasi secara konprehensip terhadap Standart Operation Procedur (SOP) yang selama ini dijadikan acuan bagi setiap tugas kepolisian. Melihat fakta peristiwa yang selalu muncul dan kesalahan berulang dalam penanganan kasus yang sama, mungkin ada yang kurang tepat dalam SOP tersebut. Kapolri jangan sungkan untuk meminta masukan pada masyarakat secara luas dalam mebuat sebuah SOP, dengan demikian masyarakatpun akan merasa memiliki dan ikut bertanggung jawab membantu aparat kepolisian dalam melaksanakan tugasnya.

Kapolri juga harus berani memperbaiki prosedur rekrutmen anggota kepolisian dengan standar yang lebih baik dan melakukan pengawasan ketat dalam rekrutmen tersebut. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pola rekrutmen anggota kepolisian sarat dengan nepotisme dan sogok menyogok, sehingga hasil rekrutmen yang didapatpun bukan orang-orang terbaik dan tulus untuk mengabdi. Jabatan Polisi sudah dianggap sebagai profesi biasa layaknya pekerjaan-pekerjaan sebagai solusi pengangguran, padahal menjadi Polisi adalah berkhidmat kepada Negara (pengabdian).

Kapolri juga harus berani melakukan evaluasi terhadap sistem dan kurikulum pendidikan kepolisian, performan Polisi sangat ditentukan oleh proses pendidikan. Kedepan tentu kita memimpikan tampilan Polisi yang lebih sipil bukan tampilan Polisi dengan rasa militer. Sudah saatnya pendekatan-pendekatan non-militer diterapkan oleh polisi dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Seyogyanya polisi tidak lagi dipersenjatai, komunikasi dan pendekatan-pendekatan sosial lainnya lebih humanis dan bisa efektif. Juga uniform (seragam) polisi sudah saatnya diganti dengan seragam yang jauh dari kesan seram dan militeristik.

Apabila evaluasi dan perubahan-perubahan itu dilakukan secara konsisten dan konsekuen, saya optimis kedepan tidak akan ditemukan lagi peristiwa-peristiwa yang selalu mencoreng institusi kepolisian. Semoga peristiwa BIMA adalah kasus terakhir...

Andi Najmi / Ketua LPBH NU

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun