Mohon tunggu...
Najma Zahra
Najma Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

memiliki hobi explore hal baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Media Sosial terjadap perilaku Fear of Missing Out

27 Oktober 2024   15:27 Diperbarui: 27 Oktober 2024   15:28 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendahuluan
Di era digital yang serba cepat saat ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan TikTok telah merambah hampir ke semua aspek kehidupan, termasuk dalam membentuk persepsi dan perilaku individu.  Salah satu fenomena yang semakin marak di era media sosial adalah Fear Of Missing Out (FOMO), yaitu perasaan cemas dan tidak nyaman karena merasa ketinggalan informasi, pengalaman, atau kesenangan yang dialami orang lain.
 
FOMO merupakan perasaan yang muncul ketika individu merasa bahwa orang lain memiliki kehidupan yang lebih menarik, lebih bahagia, atau lebih sukses daripada dirinya.  Perasaan ini biasanya dipicu oleh paparan konten media sosial yang menampilkan momen-momen positif dan menyenangkan dari kehidupan orang lain, seperti liburan mewah, pesta meriah, atau pencapaian karier yang gemilang.Media sosial, dengan sifatnya yang menampilkan konten yang terfilter dan ideal, dapat memperkuat perasaan FOMO.  Pengguna media sosial cenderung menampilkan sisi terbaik dari kehidupan mereka, sehingga membuat orang lain merasa iri dan tidak nyaman karena merasa ketinggalan.  Selain itu, media sosial juga memungkinkan pengguna untuk terhubung dengan banyak orang sekaligus, sehingga mereka dapat dengan mudah melihat apa yang dilakukan orang lain dan merasa tertinggal.
 
Pengaruh media sosial terhadap perilaku FOMO dapat dilihat dari beberapa aspek.  Pertama, media sosial dapat memicu perasaan cemas dan tidak nyaman karena merasa ketinggalan.  Pengguna media sosial cenderung membandingkan diri mereka dengan orang lain yang terlihat lebih sukses atau lebih bahagia, sehingga memicu perasaan tidak percaya diri dan kecemasan.  Kedua, media sosial dapat mendorong perilaku konsumtif.  Pengguna media sosial cenderung terdorong untuk membeli produk atau layanan tertentu karena melihat orang lain yang menggunakannya dan merasa bahwa mereka juga harus memilikinya.  Ketiga, media sosial dapat memengaruhi hubungan sosial.  Pengguna media sosial cenderung menghabiskan lebih banyak waktu untuk berinteraksi di media sosial daripada berinteraksi langsung dengan orang lain, sehingga dapat memicu perasaan kesepian dan terisolasi.Oleh karena itu, penting untuk memahami pengaruh media sosial terhadap perilaku FOMO, agar kita dapat menggunakan media sosial dengan bijak dan tidak terjebak dalam perasaan cemas dan tidak nyaman.  Penelitian tentang pengaruh media sosial terhadap perilaku FOMO dapat memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana media sosial memengaruhi psikologi dan perilaku manusia, serta memberikan rekomendasi bagi pengguna media sosial untuk meminimalkan dampak negatif FOMO.
 
Pembahasan
2.1. Mekanisme FOMO di Era Media Sosial
 
Media sosial, dengan sifatnya yang interaktif dan memungkinkan berbagi informasi secara real-time, menjadi katalisator utama dalam memicu dan memperkuat perasaan FOMO.  Mekanisme ini dapat dijabarkan melalui beberapa aspek:
 
1. Paparan Konten Ideal: Platform media sosial cenderung menampilkan konten yang terfilter dan ideal, menampilkan momen-momen positif dan menyenangkan dari kehidupan orang lain.  Pengguna media sosial cenderung menampilkan sisi terbaik dari kehidupan mereka, sehingga membuat orang lain merasa iri dan tidak nyaman karena merasa ketinggalan.
2. Perbandingan Sosial: Media sosial memfasilitasi perbandingan sosial yang intens.  Pengguna dapat dengan mudah membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan orang lain yang terlihat lebih sukses, lebih bahagia, atau lebih menarik.  Perbandingan ini dapat memicu perasaan tidak percaya diri dan kecemasan karena merasa tertinggal.
3. Kecepatan Informasi:  Algoritma media sosial dirancang untuk menampilkan konten yang menarik perhatian pengguna, sehingga pengguna terus-menerus dibanjiri informasi baru dan update terbaru.  Kecepatan informasi ini dapat membuat pengguna merasa terbebani dan cemas karena merasa ketinggalan informasi penting.
4. Kesan Kedekatan:  Media sosial menciptakan ilusi kedekatan dengan orang lain, meskipun secara fisik mereka mungkin jauh.  Pengguna dapat dengan mudah mengikuti kehidupan orang lain dan melihat apa yang mereka lakukan, sehingga memicu perasaan ingin terlibat dan menjadi bagian dari aktivitas tersebut.
 
2.2. Dampak FOMO terhadap Perilaku Individu
Perasaan FOMO yang dipicu oleh media sosial dapat berdampak negatif terhadap perilaku individu, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.  Beberapa dampak negatif FOMO meliputi:
 
1. Kecemasan dan Depresi:  Perasaan cemas dan tidak nyaman karena merasa ketinggalan dapat memicu stres, gangguan tidur, dan bahkan depresi.  Individu yang mengalami FOMO cenderung merasa tidak bahagia dengan kehidupan mereka sendiri dan selalu berusaha untuk mengejar kesenangan dan pencapaian yang sama dengan orang lain.
2. Perilaku Konsumtif:  FOMO dapat mendorong perilaku konsumtif, karena individu merasa terdorong untuk membeli produk atau layanan tertentu untuk merasa lebih baik atau merasa tidak ketinggalan.  Mereka cenderung terpengaruh oleh iklan dan promosi di media sosial yang menampilkan produk-produk yang dianggap "keren" atau "populer".
3. Ketergantungan Media Sosial:  Untuk mengatasi perasaan FOMO, individu cenderung menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial, sehingga memicu ketergantungan dan kecanduan.  Mereka merasa perlu untuk terus-menerus memeriksa media sosial untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dan merasa tidak ketinggalan.
4. Gangguan Hubungan Sosial:  FOMO dapat memengaruhi hubungan sosial, karena individu cenderung lebih fokus pada kehidupan orang lain di media sosial daripada kehidupan mereka sendiri.  Mereka mungkin mengabaikan teman dan keluarga mereka untuk mengejar kesenangan dan pencapaian yang terlihat di media sosial.
5. Penurunan Produktivitas:  FOMO dapat mengganggu produktivitas, karena individu cenderung terdistraksi oleh konten media sosial dan merasa perlu untuk terus-menerus memeriksa media sosial.  Mereka sulit untuk fokus pada pekerjaan atau tugas mereka karena merasa terbebani oleh perasaan ketinggalan.
 
Perasaan FOMO yang dipicu oleh media sosial dapat menjadi masalah serius yang memengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan individu.  Oleh karena itu, penting untuk memahami mekanisme FOMO dan dampaknya terhadap perilaku individu, agar kita dapat menggunakan media sosial dengan bijak dan meminimalkan dampak negatifnya.
 
 
Penutup
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media sosial memiliki peran signifikan dalam memicu dan memperkuat perasaan Fear Of Missing Out (FOMO).  Mekanisme FOMO di era media sosial dibentuk oleh paparan konten ideal yang terfilter, perbandingan sosial yang intens, kecepatan informasi yang tinggi, dan ilusi kedekatan yang diciptakan oleh platform media sosial.Perasaan FOMO ini memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap perilaku individu, seperti memicu kecemasan dan depresi, mendorong perilaku konsumtif, meningkatkan ketergantungan media sosial, mengganggu hubungan sosial, dan menurunkan produktivitas.
 
Penting untuk menyadari bahwa FOMO merupakan perasaan yang tidak realistis dan tidak sehat.  Media sosial hanya menampilkan sisi terbaik dari kehidupan orang lain, dan tidak mencerminkan realitas kehidupan yang sebenarnya.  Oleh karena itu, penting untuk menggunakan media sosial dengan bijak, dengan fokus pada konten yang positif dan inspiratif, serta membatasi waktu yang dihabiskan di media sosial.Membangun kesadaran diri, meningkatkan rasa syukur, dan fokus pada pencapaian pribadi dapat membantu meminimalkan dampak negatif FOMO.  Selain itu, penting untuk membangun hubungan sosial yang sehat di dunia nyata, serta mencari dukungan dari orang-orang terdekat jika mengalami perasaan cemas atau tidak nyaman karena FOMO.Dengan memahami mekanisme dan dampak FOMO, kita dapat menggunakan media sosial dengan lebih bijak dan meminimalkan pengaruh negatifnya terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan kita.
 
Daftar Pustaka
Christina, R., Yuniardi, M. S., & Prabowo, A. (2019). Hubungan tingkat neurotisme dengan fear of missing out (FoMO) pada remaja pengguna aktif media sosial. Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(2), 105-117.
Komariah, K., Tayo, Y., & Utamidewi, W. (2022). Pengaruh Penggunaan Jejaring Sosial Terhadap Perilaku Fear of Missing Out (FoMO) pada Remaja. NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 9(9), 3463-3471.
Putri, S. C. R., & Fahmawati, Z. N. (2024). PENGARUH SELF CONTROL DAN FEAR OF MISSING OUT (FOMO) TERHADAP ADIKSI MEDIA SOSIAL PADA GENERASI Z. Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam, 7(2), 449-464.
Latief, R. (2024). Analisis Dampak Perilaku Fear of Missing Out (FoMO) Di Kalangan Pengguna Media Sosial. AL-IRSYAD AL-NAFS: JURNAL BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM, 11(1), 31-46.
Sasongko, R. M., Mubarok, A. A., & Ridwan, M. (2023). Fear Of Missing Out Dalam Pemasaran: Kajian Literatur Dan Implikasi. Journal of Economic, Business and Engineering (JEBE), 4(2), 222-232.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun