Sering kali, kita mendengar pepatah lama, "Lidah lebih tajam daripada pedang." Ungkapan ini sangat sesui dengan realitas verbal bullying yang sering terjadi di lingkungan sekitar kita, yang dimana kata-kata yang diucapkan, dijadikan senjata untuk merendahkan, menghina, atau bahkan mematahkan semangat seseorang. Sayangnya, verbal bullying ini sering dianggap remeh oleh orang lain terutama sang pelaku karena tidak meninggalkan bekas luka fisik yang bisa mereka lihat secara langsung. Padahal, dampaknya justru lebih besar dan berkepanjangan yang mengakibatkan rusaknya mental serta kesehatan emosional pada korban. Verbal Bullying terdapat beberapa macam, seperti ejekan, hinaan, lelucon yang menghina, atau komentar negatif yang terus-menerus diarahkan pada seseorang.
Fenomena ini semakin marak terjadi, dalam kehidupan sehari-hari secara langsung pun, verbal bullying masih sering terjadi, entah itu di sengaja maupun tidak di sengaja. Orang dengan mudah melontarkan komentar menyakitkan tanpa memikirkan dampaknya. Akibatnya, banyak korban yang mengalami trauma, kehilangan rasa percaya diri, bahkan depresi. Meskipun mungkin yang terlihat oleh orang lain, sang korban bisa menerima semua lelucon yang diberikan tapi kita tidak tahu apa yang ada di dalam hatinya sehingga dia banyak memendam semua rasa sakit hatinya, tidak berani untuk mengungkapkan segala keresahan yang ada dalam dirinya sampai akhirnya mengakibatkan mentalnya rusak.Â
Bahkan di era digital ini, verbal bullying sering terjadi. Walaupun dunia maya menawarkan kemudahan untuk berinteraksi dengan orang lain, banyak orang yang menyalahgunakan platform-platform yang tersedia untuk menyebarkan kata-kata yang menyakitkan. Verbal bullying di media sosial menjadi salah satu masalah yang sangat serius yang dapat merusak citra bahkan sampai menghancurkan hidup seseorang. Verbal Bullying ini semakin meningkat. Verbal Bullying di dunia maya semakin mudah terjadi karena kerahasiaan identitas yang diberikan internet membuat pelaku bebas untuk melakukan hal itu tanpa rasa bersalah tanpa memikirkan akibat yang akan terjadi nantinya.
Verbal Bullying itu adalah luka yang bisa merusak kesehatan mental dan emosional seseorang. Kita sering lupa bahwa tanpa kita sadari, ada individu dengan perasaan yang juga bisa terluka. Karena itu, kita harus lebih bijaksana dalam berbicara dengan orang lain, bisa menjaga segala ucapan yang kita lontarkan kepada orang lain serta menggunakan media sosial dengan tanggung jawab. Sebab, kata-kata yang kita ucapkan bisa berdampak besar pada kehidupan orang lain.
Tindakan ini jelas sangat bertentangan dengan sila kedua Pancasila yang berbunyi "Kemanusiaan yang adil dan beradab." Karena beberapa alasan disebutkan di bawah ini:Â
1. Melanggar prinsip kemanusiaan: Setiap orang berhak dihormati dan wajib menghargai orang lain, diperlakukan secara adil tanpa memandang bagaimana orangnya, bagaimana latar belakang dan tidak merendahkan atau melecehkan, apalagi menyakiti melalui kata-kata yang melukai. Â
2. Tidak mencerminkan sikap beradab: Verbal Bullying mencerminkan kurangnya kesadaran moral dan empati terhadap perasaan orang lain, yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Karena jati diri Masyarakat Indonesia itu memiliki moral yang baik, berempti terhadap perasaan orang lain.Â
Selain bertentangan dengan sila kedua Pancasila, verbal bullying juga melanggar juga bertentangan dengan sila kelima yang berbunyi "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia." Karena Ketika seseorang diperlakukan tidak adil atau disakiti secara verbal, ia kehilangan haknya untuk hidup dengan rasa aman dan nyaman dalam Masyarakat dalam lingkungannya sendiri. Hal ini yang menyebabkan adanya ketimpangan sosial sehingga dapat merusak keharmonisan dalam kehidupan bersama. Â
Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita bersama-sama mencegah dan mengatasi perilaku bullying, termasuk verbal bullying. Mulailah dengan lebih berhati-hati dalam memilih kata-kata saat berbicara atau berkomunikasi, baik secara langsung maupun di dunia maya. Karena kata-kata yang dikeluarkan memiliki dampak yang besar, dan dampak yang besar itu harus digunakan untuk membangun, bukan untuk menghancurkan orang lain. Dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih manusiawi dan beradab, di mana semua orang merasa dihormati dan dihargai. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H