Mohon tunggu...
Najma Naila Adiba
Najma Naila Adiba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Informasi dan Perpustakaan UNAIR

Najma merupakan sosok perempuan yang memiliki minat tinggi di dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Terapi Kesehatan Mental lewat Biblioterapi

15 Juni 2023   19:52 Diperbarui: 15 Juni 2023   20:06 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image source: pixabay

Buku merupakan kumpulan atau himpunan kertas atau lembaran yang mengandung tulisan. Tulisan di dalam buku berisikan berbagai macam hal yang ingin disampaikan penulis untuk pembaca. Membaca buku sendiri merupakan salah satu bentuk aktivitas yang bisa dilakukan dimana saja. Aktivitas ini juga populer sebagai hobi untuk banyak orang. Selain mudah dan nyaman untuk dilakukan, membaca buku memiliki banyak sekali keuntungan. Dengan membaca buku wawasan seseorang akan bertambah. Umumnya, seseorang juga akan membaca buku untuk mendapatkan informasi-informasi spesifik. Namun, beberapa orang juga membaca buku untuk melepas penat dan menghilangkan rasa bosan, di kondisi seperti itu buku yang biasa dipilih merupakan buku dengan isi tulisan yang ringan.

Di sisi lain manfaat buku tidak hanya sekedar memberikan informasi / suatu hobi. Buku juga bisa berperan sebagai salah satu alat terapi. Disebut dengan biblioterapi, yaitu terapi menggunakan literatur atau bahan bacaan untuk membantu orang mengatasi masalah emosional, penyakit mental, atau perubahan dalam hidup. Sejarah biblioterapi bermula di sekitar tahun 1930-an dimana konselor sebuah rumah sakit bekerja sama dengan pustakawan untuk menyusun literatur yang bisa membantu seseorang mengubah pikiran, perasaan, atau perilaku mereka untuk tujuan terapeutik.

Selama proses biblioterapi berlangsung, buku bacaan akan disesuaikan dengan preferensi pasien dan isu spesifik apa yang sedang dialaminya. Sebab tujuan dari biblioterapi adalah membantu pasien merasakan bahwa ia tidak sendiri dan memahami situasi yang dialaminya lewat isi & sudut pandang di dalam buku yang akan dibaca. Tahapan di dalam biblioterapi sendiri ada 4 yaitu ;

  1. Identifikasi : Pembaca akan mengasosiasikan dirinya dengan karakter lalu mengidentifikasi masalah dan tujuan mereka.

  2. Katarsis : Pembaca ikut mengalami emosi, perjuangan, & harapan karakter di posisi yang aman dan jauh

  3. Wawasan : Pembaca mengakui adanya kesamaan antara karakter serta permasalahan yang dialaminya dengan situasi personal pembaca. Kemudian pembaca mengambil keputusan untuk menerapkan ide-ide dari teks yang telah dibaca ke kehidupannya

  4. Universalisasi : Pembaca menyadari bahwa mereka tidak sendiri. Orang lain telah mengalami tantangan serupa dan menemukan cara untuk mengatasinya.

Saat melakukan proses biblioterapi, umumnya pasien akan didampingi oleh seorang biblioterapis. Dan, terlepas dari pelatihan terapis atau modalitas yang disukai, yang terpenting adalah penting bagi pasien untuk bekerja dengan pihak medis yang mereka rasa nyaman. Pasien mungkin ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepada terapis sebelum berkomitmen untuk bekerja dengan mereka. Pertanyaan mungkin termasuk: Bagaimana mereka akan membantu dengan masalah khusus Anda? Pernahkah mereka menangani masalah seperti ini sebelumnya? Bagaimana proses mereka? Seperti apa garis waktu mereka untuk perawatan?

Lain halnya dengan Pardeck dan Pardeck (1989) yang berpendapat bahwa di masa kini, biblioterapi bukanlah proses yang perlu diarahkan oleh terapis terlatih. Sebagaimana kemudian dinyatakan dalam bukunya, biblioterapi dapat dilakukan oleh individu yang tidak dilatih sebagai terapis. Sebagai contoh, orangtua atau guru dapat berhasil menggunakan bibliotherapy untuk membantu anak mengatasi masalah yang berhubungan dengan perkembangan dan penyesuaian pribadi.

Tujuan dari biblioterapi ini adalah menjadikan  buku sebagai alat terapi yang mudah diakses dan harga terapi yang cenderung lebih murah. Tentu saja sumber bacaan seseorang akan bervariasi, jenis buku yang dipilih juga akan beragam, bahkan bisa saja preferensi format buku yang digunakan untuk biblioterapi berbeda-beda. Sehingga, tidak masalah jika seseorang melakukan biblioterapi secara mandiri / dengan seorang biblioterapis terlatih. Asal mereka paham akan isu apa yang ingin diatasi dan buku seperti apa yang memiliki topik bahasan yang sesuai dan bisa membantunya menyelesaikan masalah. Dengan begitu, maka proses biblioterapi ini bisa berlangsung secara efektif dan mampu memberikan efek positif di kehidupan orang yang membutuhkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun