Generasi Z (Gen Z) di Indonesia saat ini tengah menjadi sorotan, khususnya terkait dengan tingginya angka pengangguran. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa per Februari 2024, terdapat sekitar 9,89 juta orang dari kelompok Gen Z yang masih menganggur. Angka ini mencakup sekitar 19% dari total angkatan kerja di Indonesia yang didominasi oleh usia produktif. Salah satu faktor utama penyebab tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z adalah ketidakcocokan antara keterampilan yang dimiliki dengan kebutuhan industri. Banyak lulusan pendidikan tinggi yang tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar kerja saat ini, seperti keterampilan digital, teknologi informasi, dan kemampuan berpikir kritis. Selain itu, pandemi COVID-19 juga telah memperburuk situasi ini dengan mengganggu ekonomi global dan mengurangi kesempatan kerja di berbagai sektor.
Menurut laporan Kementerian Ketenagakerjaan, sektor-sektor seperti pertanian, industri manufaktur, dan jasa mengalami penurunan signifikan dalam penyerapan tenaga kerja selama dua tahun terakhir. Hal ini berdampak langsung pada Gen Z yang baru saja masuk ke pasar kerja. Ditambah lagi, persaingan yang semakin ketat dengan tenaga kerja dari generasi sebelumnya membuat kesempatan Gen Z semakin terbatas. Namun, tantangan ini bukan tanpa solusi. Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu bekerja sama untuk mengembangkan program pelatihan yang fokus pada keterampilan teknologi dan digital, termasuk pelatihan coding, data science, dan pengembangan aplikasi.Â
Langkah ini dapat membantu Gen Z lebih siap menghadapi transformasi digital yang sedang terjadi di berbagai industri. Selain itu, mendorong semangat kewirausahaan di kalangan Gen Z bisa menjadi salah satu solusi jangka panjang. Pemerintah dapat memberikan insentif seperti pinjaman modal usaha dengan bunga rendah, serta memberikan akses mudah ke pelatihan dan mentor kewirausahaan. Ini akan membantu mereka untuk menciptakan lapangan kerja sendiri dan mengurangi ketergantungan pada pekerjaan formal.
Keterlibatan lebih aktif antara institusi pendidikan dan industri juga sangat diperlukan. Program magang, kerjasama proyek, dan penempatan kerja bagi mahasiswa dan lulusan baru akan memperbesar peluang kerja. Dengan demikian, keterampilan yang didapatkan selama pendidikan formal dapat langsung diaplikasikan di dunia kerja. Selain itu, pemerintah perlu melakukan reformasi kebijakan yang lebih ramah terhadap tenaga kerja muda, termasuk dengan memperluas kesempatan untuk bekerja secara fleksibel atau remote.Â
Perubahan cara kerja yang lebih dinamis dapat membantu menekan angka pengangguran di kalangan Gen Z. Di masa depan, transformasi pendidikan dan tenaga kerja harus berjalan beriringan dengan perkembangan ekonomi digital. Gen Z perlu didorong untuk terus mengembangkan keterampilan baru yang relevan dengan kebutuhan pasar, sementara pemerintah dan sektor swasta harus berkolaborasi untuk menciptakan ekosistem kerja yang inklusif dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H