Mohon tunggu...
Naji Ahda
Naji Ahda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya - Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosian dan Ilmu Budaya

UniBraw

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penggunaan Kata "Jawir" di Media Sosial: Diskriminasi yang Tersembunyi

12 Juni 2024   15:42 Diperbarui: 12 Juni 2024   15:47 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Media sosial menjadi tempat paling populer bagi banyak orang di era digital saat ini untuk berbagi ide dan informasi. Namun, meskipun mudah digunakan dan populer, media sosial juga memiliki risiko, salah satunya adalah penggunaan bahasa yang diskriminatif. Salah satu contoh yang sering muncul adalah penggunaan kata "jawir" yang ditujukan kepada orang Jawa. Kata "Jawir" mungkin tidak asing bagi Anda dalam percakapan sehari-hari, di media sosial seperti Tiktok, Twitter, atau aplikasi berbasis obrolan seperti WhatsApp dan Line. Namun, apakah Anda benar-benar memahami arti sebenarnya dari kata "Jawir" sehingga Anda dapat memahami kalimat yang mengandung kata tersebut?
"Jawir" adalah singkatan dari "Jawa Ireng" atau "Jawa Hitam", yang mengacu pada warna kulit sawo matang orang Jawa. Penggunaan kata ini seringkali memiliki konotasi negatif dan diskriminatif karena mengidentifikasi orang Jawa hanya berdasarkan warna kulit mereka, yang dapat menimbulkan rasa inferioritas dan stigmatisasi terhadap orang Jawa, terutama mereka yang berkulit sawo matang. Lebih parahnya lagi, penggunaan kata "jawir" dapat memperkuat stereotip negatif dan membuat orang Jawa semakin sulit untuk diterima di masyarakat.
Meskipun penggunaan kata "jawir" mungkin tidak dimaksudkan untuk menyakiti, namun dampaknya bisa sangat serius. Oleh dari itu, sangat penting untuk kita menyadari bahwa penggunaan kata ini adalah bentuk diskriminasi yang harus dihentikan. Fenomena penggunaan kata "Jawir" ini menunjukkan adanya dinamika budaya dalam ruang digital. Hal ini menggambarkan betapa cepatnya perkembangan bahasa dan budaya dalam era digital, di mana istilah-istilah baru terus muncul dan memperkaya bahasa yang digunakan dalam interaksi sehari-hari.
Dalam konteks penggunaan kata "Jawir" di media sosial, kita harus berhati-hati dalam menggunakan istilah tersebut. Istilah "Jawir" tidak hanya mengarah ke suku Jawa, tetapi juga mengacu pada kulit sawo matang orang Jawa. Penggunaan kata "Jawir" dapat dianggap sebagai diskriminasi terhadap suku Jawa dan orang Jawa yang memiliki kulit sawo matang.
 

 Dengan demikian, kita dapat memahami makna yang sebenarnya dari kata "Jawir" dan memperhatikan konteks penggunaannya. Kita harus lebih bijak dalam menggunakan bahasa dan memahami konteks penggunaannya untuk mencegah adanya diskriminasi yang tidak diinginkan. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk melawan penggunaan bahasa diskriminatif seperti kata "jawir":

1. Edukasi dan Kesadaran
Penting untuk meningkatkan edukasi dan kesadaran masyarakat tentang bahaya penggunaan bahasa diskriminatif. Kita dapat melakukan edukasi melalui berbagai platform, seperti media sosial, seminar, dan workshop. Edukasi ini harus menekankan bahwa penggunaan bahasa diskriminatif dapat menyakiti orang lain dan memperkuat stereotip negatif.

2. Laporan dan Penindakan
Jika kita menemukan penggunaan bahasa diskriminatif di media sosial, kita dapat melaporkannya kepada platform media sosial tersebut. Platform media sosial memiliki kebijakan yang melarang penggunaan bahasa diskriminatif, dan mereka dapat mengambil tindakan terhadap pengguna yang melanggar kebijakan tersebut.

3. Penggunaan Bahasa yang Positif
Kita dapat melawan penggunaan bahasa diskriminatif dengan menggunakan bahasa yang positif dan inklusif dalam komunikasi kita sehari-hari. Hindari penggunaan kata-kata yang dapat menyinggung atau menyakiti orang lain. Gunakan kata-kata yang menghormati dan menghargai semua orang, tanpa memandang suku, ras, agama, atau warna kulit mereka.
Penggunaan bahasa diskriminatif seperti kata "jawir" adalah bentuk kekerasan simbolik yang harus dihentikan. Kita harus bekerja sama untuk menciptakan ruang digital yang aman dan inklusif bagi semua orang, di mana setiap orang dihargai dan dihormati tanpa memandang perbedaan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun