Anies Baswedan merupakan seorang akademisi, birokrat dan politikus, sekarang saya akan mencoba menganalisis kepribadian Anies Baswedan menggunakan pendekatan Psikologi Humanistik, adapun teori-teori yang dapat kita gunakan pada analisis kepribadian ini yaitu teori yang dikemukakan oleh Abraham Maslow dan Carl Rogers. Teori tersebut berfokus pada potensi manusia untuk berkembang, lingkungan yang mendukung serta aktualisasi diri. Menurut Abraham Maslow, teori humanistik yaitu sebuah psikologi yang berfokus pada hierarki kebutuhan yang terpusat pada kebutuhan dasar hingga aktualisasi diri. dan berdasarkan teori ini, Anies Baswedan dipilih karena hidupnya selalu memenuhi kebutuhan tersebut, Anies Baswedan lahir di keluarga yang mendukung dengan latar belakang pendidikan yang kuat dan memiliki kebutuhan fisik dan keamanan yang tinggi. Selain ayahnya, lingkungan keluarganya menanamkan prinsip pendidikan sejak dini, ini memberikan Anies Baswedan fondasi yang kuat untuk melanjutkan pertumbuhannya ke tingkat yang lebih tinggi.
Abraham Maslow menekankan bahwa kebutuhan sosial seperti rasa memiliki dan cinta sangat penting, selama hidupnya keterlibatan Anies Baswedan dalam berbagai organisasi, mulai dari pendidikan hingga politik, mencerminkan upaya untuk membangun hubungan interpersonal yang signifikan. Sebagai seorang pemimpin, Anies Baswedan sering menunjukkan empati terhadap orang lain melalui retorika yang menginspirasi dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Misalnya, selama ia menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, ia memulai program Indonesia Mengajar, yang bertujuan untuk mempekerjakan guru muda ke daerah terpencil, tindakan ini menunjukkan bagaimana ia memprioritaskan kebutuhan sosial untuk masyarakat secara keseluruhan dan tidak hanya untuk dirinya sendiri.
Dalam hal kebutuhan harga diri, Anies Baswedan tampak sangat percaya diri dalam berbagai posisi, termasuk sebagai gubernur, kandidat pemimpin nasional, dan akademisi. Ia telah mencapai tingkat harga diri yang tinggi dengan memperoleh beasiswa Fulbright untuk studi doktoralnya di Amerika Serikat dan mendapatkan pengakuan internasional sebagai salah satu pemikir muda yang berpengaruh. Namun, harga diri ini bukanlah sesuatu yang diperoleh secara instan melainkan hasil dari perjalanan panjang yang penuh dengan kerja keras, pembelajaran, dan pengalaman. Dengan aktualisasi diri berada di puncak hierarki Maslow, Anies Baswedan tampaknya terus berupaya mencapai potensi tertingginya. Menurut psikologi humanistik, aktualisasi diri berarti mencapai tujuan pribadi yang sepenuhnya, visi besar Anies Baswedan adalah untuk memperbaiki dan membangun Indonesia adalah contoh dari ini. Selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, ia banyak menyampaikan pidato inspiratif dan merancang kebijakan inovatif. Revitalisasi kawasan Kota Tua dan penyediaan fasilitas publik yang inklusif adalah dua contoh nyata dari upaya aktualisasi dirinya untuk membawa perubahan yang lebih baik.
Selain itu, teori Carl Rogers menekankan konsep diri dan kebutuhan akan penerimaan positif tanpa syarat. Dalam hal ini, Anies Baswedan tampaknya memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai dan siapa dirinya, Rogers berpendapat bahwa orang akan tumbuh secara optimal jika mereka berada di lingkungan yang mendukung di mana mereka merasa diterima dan dihargai apa adanya. Anies Baswedan menunjukkan kemampuan untuk mengatasi kritik dan tekanan dalam kehidupan publiknya dengan mempertahankan prinsip-prinsipnya. Hal ini mencerminkan tingkat penerimaan diri dan integritas diri yang tinggi, yang merupakan komponen penting dari teori Rogers. Rogers juga menekankan betapa pentingnya untuk merasa empati saat berinteraksi dengan orang lain. Sebagai seorang pemimpin, Anies sering menunjukkan empati melalui pendekatannya yang santun dan komunikatif. Ia menunjukkan empatinya terhadap kebutuhan orang lain dengan sering berbicara tentang pentingnya keberagaman dan keadilan sosial dalam masyarakat. Filosofi Rogersian tentang hubungan yang tulus dan saling mendukung tercermin dalam gaya kepemimpinannya yang mengutamakan diskusi dan partisipasi publik.Â
Namun, perjalanan Anies Baswedan menuju aktualisasi diri penuh dengan tantangan misalnya, kritik terhadap kebijakannya dapat dianggap sebagai saat-saat di mana ia harus beradaptasi dan berkembang. Dalam teori humanistik, tantangan ini merupakan kesempatan untuk berpikir lebih dalam dan berkembang, Anies Baswedan sering menunjukkan bahwa ia mampu mengambil pelajaran dari kritik yang dia terima, sebuah kualitas yang menunjukkan keterbukaan dan fleksibilitas terhadap pengalaman baru. Dalam analisis ini, pendekatan psikologi humanistik membantu kita memahami kepribadian Anies Baswedan sebagai individu yang berorientasi pada pertumbuhan, baik secara profesional maupun pribadi. Ia menunjukkan cara yang konsisten untuk memenuhi kebutuhan mendasar hingga aktualisasi diri sambil mempertahankan nilai kemanusiaan. Anies Baswedan adalah contoh orang yang menjalani hidupnya dengan nilai-nilai humanistik karena dia memiliki integritas diri yang kuat, empati yang mendalam, dan visi yang berorientasi pada perubahan positif. Secara keseluruhan, pendekatan ini menunjukkan bahwa kepribadian Anies Baswedan dibentuk oleh pengalaman hidupnya serta upayanya untuk mencapai potensi tertingginya sebagai manusia. Pendekatan ini sejalan dengan pandangan Maslow dan Rogers bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang jika mereka memiliki lingkungan yang mendukung. Dalam kisah hidup Anies Baswedan, lingkungan yang mendukung ini adalah keluarga, pendidikan, dan komunitas yang mendukungnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H