Mohon tunggu...
Najamuddin
Najamuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahzab Fiksi, Suara Dari Timur, mencintai Yang Lain.

Forum Intelektual Komunikasi Penyiaran Islam (FIKSI).

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Sebagai Pilar Keempat Hanya Paradox dan Omong Kosong

12 November 2020   13:32 Diperbarui: 12 November 2020   13:36 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam penelitian Ross Tapell tentang kepemilikan media di Indonesia menemukan bahwa, pertama pemilik media lebih aktif di panggung politik dan cenderung memengaruhi pemberitaan politik dan pemilihan umum. Kedua, pemilik media mendapatkan kekayaan yang jauh lebih besar dibanding sebelum era digital, memiliki konglomerasi media digital bukan sumber utama sukses finansial dan politik para pemilik media, tapi tersebut sangat menguntungkan. Ketiga, perusahaan media makin menyerupai dinasti, seringkali anak para pemilik media menempati posisi jabatan yang tinggi di perusahaan media, kondisi ini semakin memperparah pemberitaan di media.[2]

 Oleh karena itu mengapa sistem politik sangat berpengaruh dalam pemberitaan media karna panggung politik dikuasai oleh para pemilik media. Dan yang menjadi korban adalah masyarakat kecil, seolah-olah para penguasa membuat sebuah kebijakan politik demi kepentingan masyarakat, tetapi sebenarnya ini adalah pertarungan para pebisnis untuk meraih keuntungan sebayak-bayaknya.

Internet membuat media-media terdahulu menjadi kuno, dan kelihatan usang, media adalah pesan sebagai pendorong munculnya era digital yang membuat para pemilik modal untuk bersaing merebut citra pasar global dan era tersebut bernama digitalisasi pasar. Kapitalisme melihat media sebagai lumbung uang dan itu yang tidak dilihat Karl Marx tentang prediksi-prediksi kehidupan masa depan. Karl Marx hanya memprediksi kapitalisme akan hancur sendiri dengan kontradiksi-kontradiksi internal dalam sistem kapitalisme.

Kemajuan teknologi bukan menjadi penghalang bagi pemilik media-media terdahulu, mereka sukses beradaptasi dengan keadaan, modal yang besar memungkinkan media yang sebelumnya besar menjadi lebih besar lagi, dan sementara perusahaan-perusahaan kecil yang tidak mempunyai modal harus gulung tikar.

Media adalah pesan sebagai prediksi dari McLuhan bahwa akan terjadi sebuah perubahan transformasi struktur kekuasaan. Faktanya sekarang kita menghadapi seperti apa yang diramalkan oleh McLuhan. Sistem politik di Indonesia sudah diduduki oleh para pemilik media yang berlatar belakang pebisnis, jadi jangan heran kalau pemberitaan akan terpengaruh sesuai kepentingan pemilik media.

Ini menjadi ironi yang harus dihadapi manusia, harapan dari perkembangan media yaitu untuk mengahapus mitos-mitos informasi yang selama ini dianggap tidak masuk akal alias irasional, namun perkembangan tersebut justru membuat mitos-mitos baru dan makin membelenggu kebebasan manusia. Penggunaan media sudah masuk pada taraf hypermedia sebuah aktifitas yang sudah melebihi batas.

Matikan televisi mu dan nonaktifkan handphone mu, mulailah berbaur kepada masyarakat yang menjadi korban kebijakan pemerintah. Berbaur di masyarakat dengan membawa kepentingan mengembalikan kebudayaan dan tradisi yang mulai pudar digerus zaman. Tak perlu kursi kekuasaan untuk membuat perubahan dalam ruang masyarakat, cukup memahami dan mempertahankan bahasa kaum sebagai hegemoni tandingan dan dalil bahwa eksistensi kebudayaan kita masih berdiri kokoh. Kenali dirimu maka engkau akan mengenl Tuhanmu, Kenali bahasa kaum maka engkau akan mengenal kebudayaanmu.   

Referensi :

Tapsell, Ross. Media power in Indonesia: Oligarchs, Citizens and the Digital Revolution. Inggris. 2017.

Morrisan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Prenadamedia Group. 2013.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun