Keberadaan museum menjadi salah satu destinasi rujukan jika berkunjung ke suatu negara untuk mengetahui akar sejarah dan silsilah budaya yang dimiliki. Hal ini, mendorong mayoritas turis mancanegara untuk berkunjung ke museum di negara yang mereka singgahi.Â
Bukan hanya bertumpu ke satu sektor seperti pariwisata, tingginya minat kunjungan ke museum mampu memberikan dampak multisektor seperti pendidikan hingga bermuara kepada peningkatan performa ekonomi suatu negara.
Optimalisasi peran museum sebagai destinasi unggulan berhasil diimplementasi beberapa negara maju seperti di Amerika. Melansir data dari The American Alliance of Museums (AAM) museum-museum di Amerika berkontribusi sekitar 50 miliar dolar bagi perekonomian dengan menyerap lebih dari 300.000 tenaga kerja.
Lantas, sejauh mana museum dapat menghasilkan performa signifikan pada sektor perekonomian? AAM menerapkan asesmen terhadap dampak ekonomi dengan mengidentifikasi 3 aktivitas utama yang mempengaruhi angka GDP, yakni: direct effect, indirect effect, dan induced effect.
Merupakan efek langsung dari eksistensi museum terhadap perekonomian, diukur melalui keuntungan yang diperoleh dari operasional museum dan aktivitas yang dilakukan. Seperti pengeluaran operasional museum dan jumlah pajak yang harus dibayar ke negara secara rutin.
Indirect effect
Selanjutnya adalah efek tidak langsung, dampak ini diperoleh dari supply chain sebagai hasil dari pengadaan barang atau jasa, seperti penyedia jasa keamanan, pengembangan teknologi, Lembaga hukum, hingga kontribusi usaha lokal memiliki tempat tersendiri dalam mempengaruhi angka GDP.
Induced effect
Dampak terakhir adalah dampak yang diinduksi, hasil dari dampak ini diperoleh dari konsumsi para pekerja museum yang menggunakan gaji mereka untuk kebutuhan sehari-hari, ataupun aktivitas transaksi lainnya baik berupa barang atau jasa.
Pengukuran dampak ekonomi pada museum dapat dilakukan beriringan dengan konsistensi peningkatan jumlah wisatawan hingga opini publik terhadap fungsi museum.