Stunting masih menjadi momok yang mengintai perkembangan anak-anak Indonesia, terutama di daerah pedesaan yang minim akses terhadap layanan kesehatan. Salah satu desa yang cukup merasakan dampaknya adalah Desa Petungsewu di Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.Â
Berdasarkan data 2019, prevalensi stunting di daerah ini mencapai 40,7%. Angka ini terbilang mengkhawatirkan, mengingat efek jangka panjang yang ditimbulkan stunting terhadap anak-anak. Namun, siapa sangka, solusi untuk mengatasi masalah serius ini justru bisa seceria bermain game yang dilakukan dengan cara yang menyenangkan---yakni lewat permainan edukatif. Teknik Emotional Demonstration (Emo-Demo) adalah pendekatan unik yang digunakan untuk memperkenalkan pencegahan stunting untuk mengatasi masalah stunting di desa ini. Yuk, kita lihat bagaimana metode ini bisa bekerja!Â
Apa Itu Stunting, dan Kenapa Kita Harus Peduli?
Stunting bukanlah istilah yang asing, tetapi masih banyak yang belum memahami dampak seriusnya. Stunting terjadi ketika anak mengalami kekurangan gizi kronis dalam jangka waktu yang lama, sehingga menghambat pertumbuhan fisiknya. Anak-anak yang stunting cenderung memiliki tinggi badan di bawah rata-rata anak seusianya.Â
Namun, masalah ini bukan hanya soal tinggi badan. Stunting juga berpengaruh pada perkembangan otak dan kemampuan belajar anak. Jika tidak ditangani sejak dini, stunting dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius di masa depan, seperti berkurangnya produktivitas dan risiko penyakit kronis.
Melalui teknik Emo-Demo, sebuah pendekatan yang menggabungkan edukasi berbasis emosi dan demonstrasi praktis, ada harapan untuk mengatasi masalah ini. Pendekatan ini bukan hanya efektif dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang stunting, tetapi juga dilakukan dengan cara yang asyik dan tidak membosankan.
Apa Itu Emo-Demo?
Emo-Demo, atau Emotional Demonstration, merupakan pendekatan edukasi yang dirancang untuk menyentuh emosi peserta sambil memberikan demonstrasi praktis yang relevan. Kombinasi ini menciptakan pengalaman belajar yang lebih mendalam dan bermakna, karena peserta tidak hanya mendengarkan informasi tetapi juga terlibat secara emosional. Konsep dasarnya adalah membuat peserta terhubung secara emosional dengan materi yang disampaikan, sehingga mereka lebih mudah mengingat dan mempraktikkan apa yang telah dipelajari.
Dalam konteks pencegahan stunting, Emo-Demo bukan sekadar penyuluhan biasa. Ibu-ibu di Desa Petungsewu tidak hanya diberi edukasi tentang pentingnya gizi dan perawatan anak, tetapi mereka diajak untuk bermain sambil belajar. Metode ini dirancang agar peserta dapat lebih memahami isu stunting melalui aktivitas yang menyenangkan dan interaktif.