Mohon tunggu...
Najah Aulia
Najah Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Menular di Indonesia: Hepatitis B

10 Juni 2024   19:45 Diperbarui: 10 Juni 2024   19:57 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Penyakit menular merupakan penyakit yang dapat menularkan di berbagai macam media. Penyakit menular merupakan perpaduan dari berbagai macam faktor yang mempengaruhi. Penyakit menular bersifat akut/mendadak dan menyerang semua lapisan Masyarakat. Penyakit menular seperti ini masih diprioritaskan mengingat sifatnya yang menular dapat menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian sangat besar. Contoh dari penyakit menular adalah seperti HIV, TBC, Malaria, Covid 19 dan Hepatits (Dr. H. Masriadi, 2017).

Hepatitis menjadi salah satu masalah terpenting di Indonesia dengan rata-rata jumlah penduduk keempat terbesar di dunia. Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan yang dapat disebabkan oleh banyak hal. Peradangan yang disebabkan oleh hepatitis ini dapat menyebabkan kerusakan sel-sel yang ada di jaringan, bahkan organ hati. Salah satu penyebab hepattis b yang dapat terjadi karena penyakit menular ini yang memang menyerang pada sel-sel organ hati atau penyakit lain yang menyebabkan komplikasi pada organ dalam hati (dr. Wening Sari, 2018).

Hepatitis B merupakan tipe hepatitis yang berbahaya, penyakit ini lebih sering menular melalui kontak darah atau cairan tubuh yang mengandung virus hepatitis b (VHB). Seorang dapat saja mengidap VHB, tetapi tidak disertai dengan gejala klinik ataupun tidak tampak adanya kelainan dan gangguan kesehatan, hal itu disebut dengan carrier. Carrier dapat terjadi karena individu tersebut mempunyai pertahanan tubuh yang baik atau karena VHB yang mengalami perubahan sifat yang tidak aktif sehingga menyebabkan mekanisme pertahanan tubuh tidak dapat mengenali-nya sebagai musuh dan sistem imun tidak mengadakan perlawanan. Sehingga ketika pertahanan tubuh melemah VHB berubah sifat menjadi aktif kembali dan individu tersebut akan menunjukan gejala klinik (dr. Wening Sari, 2018).

Selama tahun 2022, 47 negara baagian district of Columbia melaporkan 2.126 kasus hepatitis B akut yang mengakibatkan sekitar 13.800 infeksi dan terdapat 16.729 kasus hepatitis B kronis yang baru dilaporkan selama tahun 2022 yang mengakibatkan kematian sekitar 1.797 terkait hepatitis B di tahun 2022. Rata-rata 52% dari seluruh kasus hepatitis B akut adalah orang berusia 40-59 tahun dan angka kejadian hepatitis B akut di kalangan orang kulit hitam non hispanik 1,7 kali lebih tinggi dibandingkan orang kulit putih non hispanik. Sedangkan, hepatitis B kronis Tingkat kasus yang baru dilaporkan sekitar 89% terjadi pada orang berusia 30 tahun ke atas dari 11,2 kali lebih tinggi pada orang kulit hitam non hispanik  dibandingkan orang kulit putih non hispanik (CDC, 2022).

Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2018, penderita hepatitis di Indonesia paling banyak berasal dari kelompok usia 45-54 tahun, dengan angka pravelensi 0,46%. Penderita hepatitis b juga banyak ditemukan di kelompok bayi berusia kurang dari satu tahun, dengan angka pravelensi sekitar 0,45%. Kemudian diikuti kelompok paruh baya 35-44 tahun dengan pravelensi hepatitis masing-masing 0,44%. Sementara menurut Kementrian Kesehatan sekitar 2.159 orang meninggal karena komplikasi dari hepatitis B kronis terjadi pada tahun 2022 (databooks, 2022).

Virus VHB ini dapat menular dan dapat 100 kali lebih mudah dibandingkan virus HIV. Virus VHB ini dapat bertahan hidup selama satu minggu diluaran tubuh. Penularan hanya terjadi melalui darah atau cairan tubuh dan tidak menular melalui makanan, minuman dan kondisi fisik semata, maupun asi. Virus hepatitis B menular dengan cara dari ibu penderita hepatits B kepada bayinya, berhubungan seksual dengan penderita hepatitis B tanpa pengaman (kondom), dan melalui suntikan atau transfuse darah yang telah tercemar dengan VHB. Virus ini ditemukan di air liur, keringat, dan air  mata (Qurbaniah & Abrori, 2017).

Seiring peningkatan virus hepatitis B yang jumlahnya sering meningkat tiap tahunnya, pemerintah melaksanakan progam yang termuat di Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 52 tahun 2017 yaitu progam triple eliminasi. Progam triple eliminasi dengan salah satu penyakit menular yang ada yaitu hepatitis B. Progam ini bertujuan sebagai tanggung jawab negara dalam menjamin kelangsungan hidup anak maka dilakukannya upaya untuk memutus rantai penularan dan sebagai acuan pemerintah, tenakes, masyarakat dan pemangku kepentingan untuk mengurangi penularan hepatitis B dan menurungkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat hepatitis B (Permenkes, 2017).

Target yang akan dicapai adalah eliminasi hepatitis B tahun 2030 dengan mengukur indicator dampak yang dibandingkan dengan tahun 2015 yaitu menurunkan 95% insiden indeksi hepatitis B di tahun 2030 dan menurunkan 65% kematian akibat infeksi virus hepatitis B. Strategi yang dilakukan dalam penanggulanan hepatitis meliputi; 1) penguatan komitmen dari kementrian, provinsi, dan kabupaten/kota. 2) peningkatan perluasan akses pada masyarakat dengan layanan skrining, diagnostik dan pengobatan hepatitis B yang bermutu. 3) intensifikasi kegiatan promosi kesehatan, pencegahan penularan, penemuan kasus dan surveilans, serta penangan hepatitis B. 4) pengembangan pada kemitraan serta peran dari lintas sektor, swasta, organisasi masyrakat atau komunitas. 5) penguatan manajemen progam melalui peningkatan kapasitas, monitoring, evaluasii dan tindak lanjut (Kemenkes RI, 2023).

Pencegahan penularan yang dilakukan adalah dengan menerapkan PHBS, pemberian kekebalan dengan vaksin hepatitis B, pencegahan penularan hepatitis B dari ibu ke anak dengan pemberian : 1) antivirus pada ibu hamil terinfeksi virus hepatitis B. 2) vaksin HB0 dan HB-3 dosis sesuai progam imunisasi nasional. 3) Hblg <24 jam pada bayi yang lahir dari ibu reaktif HbsAg. Notifikasi pasangan dan anak, melakukan uji saring indeksi menular lewat transfuse darah pada donor darah, penerapan kewaspadaan standar, pengurangan dampak buruk bagi panasun (Kemenkes RI, 2023).

Pengendalian dan penanggulan tentunya masih ada kendala yang harus dihadapi seperti masih kurangnya pengetahuan dan keperdulian masyarakat terhadap hepatitis B, integrasi dan kejasama antar progam masih kurang, tidak semua ibu hami atau populasi beresiko lainnya yang sudah diskrining dicatatatkan dan dilaporkan, progam hepatitis masih belum menjadi perioritas di daerah sehingga mengakibatkan kurangnya kepeduliaan dinas kesehatan provinsi dan kabupaten, kurangnya jumlah SDM yang rangkap tugas dan keterbatasan akses layanan hepatitis B (Jenderal et al., 2022)

Sehingga saran untuk pemecahan masalah tersebut dengan mengoptimlakan tekonologi konunikasi dalam meninhkatkan koordinasi dan kerjasama dengan dinas kesehatan melalui aplikasi (zoom, youtube dan whatssap), deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil bekerjasama dengan progam pencegahan penularan dari ibu ke anak, kolaborasi untuk menjangkau populasi beresiko hepatitis B, peningkatan kapasitas progam dalam pencatatan dan palaporan, penggerkan dan peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyrakat melalui hari hepatitis sedunia, dan peningkatan kemitraan dalam dan luar negeri dalam lintas progam penanggulangan hepatitis. Dengan pemecahan tersebut diharapkan angka kasus dan kematian akibat hepatitis B dapat berkurang dan tercapainya progam pengendalian, penanggulangan hepatitis B di tahun 20230.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun