Ku tadah empu
Asbak, cinta dan darah
Empu, aku heran menyala di dada
Empu, aku tergodam palu tepat di palungku
Aku siksa batin
Sekejap nista rutin
Singgah dalam puntung rokok
Entah
Waktu
Meraja
Degup
Oh, bulan
Di gundukkan tanah
Aku bunuh diriku
Kelam keram
Binasa tak bermakna
Dendam membara dalam sekam
Bangkitkan aku, waktu
Derukan derap langkah pemburu
Terabas jahanam menggilas manja-manja jendela
Sapu ginju malu-malu
Hajar bedak pura-pura menegak
Sialan! Aku oleng
Sayup bunyi setan merayu
Dalam rentang lama aku tak ada di sana
Di mana hantuku?
Ah, merah masih menyala
Tersisa di bagian keranda
Tidak!
Jangan ucap aku
Jangan sebut daku
Tiarap!
Sunyi hendak menembak
Laknat!
Aku bilang jangan khianat
Ini negeri, ini berdaulat
Kau bukankah kau telah tiada?
Aku telah tidak ada
Kini kembali pada sewujud
Apa pantas disebut-sebut hidup
Dan …
Manusia?
Atau zombie merangkak
Kembali berbiak
Di ubun-ubun ketus kalimat
Menanak dan masak
Lalu abu
Gosong dimakan jam-jam
Tetapi, simak!
Gelegat makhluk tak tahu diri ini
Masih menggeliatkan pagi
Dan memutar weker
Membunyikan nyanyian cekam
Dalam kamar sempit
Saling berhimpit
Hidup mati sengit membelit
_________oktober dua kosong satu kosong__________
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H