Mohon tunggu...
Naisya Anindya Rahman
Naisya Anindya Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Jember

Tertarik dengan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengenal Rumah Honai: Rumah Tradisional yang Menghubungkan Manusia dengan Alam

16 September 2024   08:25 Diperbarui: 16 September 2024   08:30 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dari Pobela.com

Rumah Honai adalah rumah tradisional suku Dani di Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Rumah Honai ditemukan di lembah-lembah dan pegunungan di Papua, khususnya di Lembah Baliem.

Jenis Rumah:
1. Honai:
Rumah untuk laki-laki dewasa, tidak memiliki jendela, hanya satu pintu kecil, dan di tengahnya terdapat tempat menyalakan api unggun. Lantainya terbuat dari tanah, tetapi ada lantai atas yang terbuat dari papan untuk tidur. Dindingnya berbentuk lingkaran dengan atap setengah lingkaran yang terbuat dari jerami untuk mengurangi hawa dingin dan menghindari discuss hujan.

2. Ebei:
Rumah untuk ibu, anak-anak gadis, dan anak laki-laki yang belum dewasa. Berfungsi sebagai tempat ibu mengajarkan anak-anak tentang kehidupan.

3. Hunila:
Rumah berfungsi sebagai dapur umum untuk pusat pembuatan makanan yang dihantarkan ke Pilamo dan seluruh keluarganya.


Rumah Honai memiliki keunikan dalam desain dan fungsi, serta filosofi yang terkait dengan kehidupan masyarakat suku Dani di Papua.
Rumah  honai tidak memiliki jendela dan dibangun dengan bahan alami seperti kayu, jerami, dan rumput untuk melindunginya dari dingin dan angin kencang.
Atap jerami berbentuk bulat dan  kerucut  mengurangi hawa dingin dan melindungi dinding dari hujan. Struktur ini juga melambangkan kekuatan dan kemampuan beradaptasi. Tongkat kayu besi yang berfungsi sebagai penopang melambangkan kekuatan dan persatuan. Dinding  melingkar melambangkan persatuan dan nilai-nilai budaya.
Lantai rumput dan jerami mencerminkan kesederhanaan dan tidak adanya tempat duduk formal menciptakan rasa persatuan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun