Mohon tunggu...
TIM KKN 156 TELUK BAKUNG
TIM KKN 156 TELUK BAKUNG Mohon Tunggu... Mahasiswa - konten kreator

Tim 156 uinsu untuk penyelenggaraan kegiatan kuliah kerja nyata yang ditempat di kabupaten langkat, kecamatan tanjung, pura desa teluk bakung. tim terdiri dari dari 9 pria dan 19 wanita.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menggali Tradisi: Dialog tentang Pengenalan Seni Adat dan Budaya Melayu di Bumi Tanjung Pura dalam Penguatan Moderasi Beragama

23 Agustus 2024   11:00 Diperbarui: 23 Agustus 2024   11:03 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Publikasi Dan Dokumentasi (Dokpri)

Selasa 13 Agustus 2024, Tim KKN 2024 kelompok 156 mengadakan kegiatan forum grup diskusi dengan tema"Pengenalan Seni Budaya dan Adat Melayu di Bumi Tanjung Pura dalam Penguatan Moderasi Beragama". Acara ini diisi oleh narasumber kita yaitu Pak Camat Kabupaten Langkat Kecamatan Tanjung Pura yakni Bapak Muhammad Nawawi, S. STP, M.SP dan Pak Kades Desa Teluk Bakung yakni Bapak Riza Ansyari S.Pd sebagai narasumber utama. Diskusi ini diselenggarakan  bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana budaya dan adat Melayu dapat mendukung moderasi beragama dan memperkuat kerukunan antarumat beragama di masyarakat setempat.Forum yang dimulai pukul 20:00 WIB ini diawali dengan sambutan dari Panitia Penyelenggara yang menegaskan segala aturan dan arahan untuk mempromosikan kerukunan keberlangsungan forum diskusi ini. Sambutan tersebut diikuti oleh perkenalan narasumber, Pak Nawawi dan Pak Riza, yang memaparkan peran mereka dalam memperkuat moderasi beragama melalui integrasi budaya Melayu di Kecamatan Tanjung Pura ini.

Pak Nawawi yang merupakan narasumber pertama dalam paparan awalnya memaparkan bahwasanya sebagian besar orang yang keturunan melayu menganut kepercayaan agama islam.  Di Tanjung Pura ini beliau menyampaikan kebanyakan masyarakat merupakan turunan suku melayu dimana rata-rata juga menganut kepercayaan agama islam. Beliau juga mengatakan qalaupun beda agama, suku dan ras tetapi kita harus tetap menghargai satu sama lainnya. Pentingnya kebijakan pemerintah dalam memfasilitasi moderasi beragama ini menyoroti bagaimana kentalnya adat Melayu di Tanjung Pura, dengan nilai-nilai keharmonisan dan saling menghormati, dapat menjadi landasan yang kokoh untuk kebijakan yang mendukung kerukunan antaragama. Pak Nawawi juga menggarisbawahi perlunya pendidikan yang memasukkan nilai-nilai budaya untuk membentuk sikap toleransi pada generasi muda.

Beliau juga menjelaskan tentang khas melayu yaitu bertanjak. Dimana beliau menerangkan sejarah mengenai bertanjak, cara pemakaian berdasarkan khas melayu dan khas islam, serta menjelaskan makna dari bertanjak. Seorang tim KKN 156 UINSU 2024 juga dipakaikan tanjak untuk memberikan contoh kepada kami. Pada penjelasannya juga, Pak Nawawi mengatakan bahwasanya kita perlu melestarikan budaya melayu kita agar budaya kita tidak hilang.Oleh sebab itu pada acara kali ini juga beliau menggunakan tanjak dan beliau juga aktif memperkenalkan tanjak kepada warga umum. Di sosial media beliau juga ada video dimana beliau menggunakan pakaian melayu dan tanjak seperti pakaian sehari-hari dan membawanya keliling Indonesia.

Sementara itu, Pak Riza yang merupakan narasumber kedua memberikan wawasan praktis mengenai penerapan budaya Melayu didesa Teluk Bakung. Ia menjelaskan bahwa berbagai tradisi dan praktik adat di desanya, seperti perayaan yang melibatkan semua kelompok agama, berfungsi sebagai sarana untuk memperkuat hubungan antarumat. Pak Riza juga menekankan bahwa kegiatan budaya yang inklusif tidak hanya mempererat ikatan sosial tetapi juga mendorong penghormatan terhadap perbedaan.

Sesi diskusi yang berlangsung dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta yang dihadiri oleh tim KKN 156 UINSU 2024, tim KKN 150 UINSU 2024 dan tim KKN Al-Azhar. Pertanyaan yang dijawab dengan baik dan padat sehingga para peserta juga memahami jawaban dari narasumber baik narasumber pertama dan kedua. 

 
Acara ini ditutup pada pukul 23.00 WIB dengan kesimpulan dari Pak Nawawi dan Pak Riza. Keduanya sepakat bahwa kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan tokoh adat sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan inklusif. Forum ini diharapkan dapat mendorong langkah-langkah konkrit dalam memperkuat kerukunan beragama melalui budaya Melayu di komunitas lokal. Semakin banyak relasi yang dibangun maka semakin banyak pengetahuan yang didapatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun