Dari tahun ke tahun begitu pilu mendengar berita mahasiswa yang mengakhiri hidup nya. Diumur yang seharusnya membara dalam mengejar ilmu dan memperoleh pengalaman, beberapa mahasiswa justru mengalami tekanan yang tidak dapat diurai dan mengakhiri hidupnya. Hal ini justru menjadi sebuah pertanyaan, apakah kampus tempat menambah ilmu atau malah tempat menambah beban? Apakah justru tekanan tersebut datang dari luar lingkup kampus? Fenomena ini tentu menjadi masalah serius mengingat mahasiswa merupakan agen pendobrak pada masa yang akan mendatang, maka kesehatan mental mereka pun menjadi sesuatu yang harus dijaga.
Tekanan Akademik
Salah satu sumber tekanan datang dari akademik. Tentu para mahasiswa belajar ke kampus untuk menambah ilmu, namun terkadang tidak sedikit dari mereka mendapatkan tekanan di mana mereka harus bersaing dengan teman mereka dan mendapatkan nilai sempurna. Hal itu seolah-olah sudah menjadi tuntutan sedari dini. Di mana para pelajar di Indonesia sudah ditanamkan pola pikir bahwa dari sebuah angka, akan menentukan siapa yang lebih unggul, yang lebih beruntung di masa depan, atau yang menunjukan bagaimana seorang itu berkompeten. Terkadang mereka juga mendapatkan tuntutan dari orang tua yang menaruh ekspektasi terhadap mereka. Hal ini pun masih berlanjut hingga ke perguruan tinggi.
Apabila terdapat dari mereka tidak mampu mengatasi tekanan tersebut, hal itu dapat menimbulkan stres berkepanjangan dan menjadi beban emosional. Jika terus dibiarkan tanpa adanya dukungan dari lingkungan sekitar, dikhawatirkan mereka tidak akan bisa bertahan dan memikirkan untuk mengakhiri hidupnya. Hal tersebut pun sangat disayangkan, mengingat umur para mahasiswa yang tergolong masih muda harus berhadapan dengan konsep sistem pendidikan yang seperti itu. Padahal kecerdasan seseorang tidak bisa dinilai hanya dengan mendapatkan nilai bagus, tetapi dapat dilihat dari berbagai faktor.
Kurangnya Dukungan Sosial dan Emosional
Tidak sedikit dari mahasiswa juga merantau jauh dari orang tua maupun orang tersayangnya. Hal ini pun mengharuskan mereka untuk beradaptasi di lingkungan baru. Mereka harus mencoba membuka diri, contohnya dengan mencoba bersosialisasi dengan orang-orang yang ditemuinya di kampus atau di luar kampus. Bersosialisasi bagi sebagian orang merupakan salah satu pelarian. Di situ mereka dapat melupakan sejenak masalah-masalah yang ada atau pikiran yang mengganggu. Berbeda jika seorang mahasiswa memiliki masalah dalam membuka diri. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi hal tersebut adalah hilang nya kepercayaan untuk berteman dengan orang baru atau bisa dengan memiliki trauma masa lalu seperti pernah di bully.
Dengan kurangnya dukungan sosial maka dikhawatirkan mahasiswa tersebut akan mengisolasi diri. Jika terus dibiarkan, tentu akan memperburuk kesehatan mental. Mahasiswa tersebut dapat menyakiti diri nya sendiri atau yang lebih parah nya dengan mengakhiri hidup. Karena mahasiswa tersebut tidak merasa adanya tempat bersandar untuk sekadar berkeluh kesah atau menemaninya dalam keseharian sehingga di sini lah kurangnya dukungan emosional. Â
Minim Kesadaran Terhadap Kesehatan Mental
Masih banyak orang yang memandang kesehatan mental sebagai hal yang tabu. Bahkan, ada yang beranggapan bahwa jika seseorang mengalami gangguan mental, itu berarti dia lemah dan tidak tahan menghadapi tekanan. Pandangan seperti ini seringkali disertai dengan perbandingan antara generasi saat ini dan generasi sebelumnya. Misalnya, mereka berpendapat bahwa di masa lalu, kekerasan fisik seperti tamparan atau pukulan dianggap hal yang biasa untuk menghukum seorang anak, sedangkan sekarang dianggap tidak wajar. Namun, penting untuk disadari bahwa setiap generasi memiliki tantangan dan nilai yang berbeda sehingga tidak dapat dibandingkan. Oleh karena itu, edukasi tentang kesehatan mental menjadi sangat penting dan harus terus dikembangkan, tidak hanya untuk generasi anak muda, tetapi juga untuk seluruh generasi. Para mahasiswa juga harus paham dengan apa yang mereka rasakan dan tidak sungkan untuk meminta pertolongan kepada ahlinya.
Peran Kampus dan Lingkungannya
Kampus sebagai tempat untuk menimba ilmu, juga harus berfungsi sebagai ruang yang aman dan mendukung minat serta bakat para mahasiswa. Lingkungan kampus seharusnya mampu menjadi tempat aman dan nyaman untuk mahasiswa. Penting bagi kampus untuk memastikan bahwa lingkungan tersebut bebas dari ancaman, seperti pelecehan atau perundungan, yang sayangnya masih sering terjadi. Oleh karena itu, pihak kampus harus mengambil langkah tegas untuk menangani kasus-kasus semacam ini. Selain itu, layanan konseling juga sangat dibutuhkan untuk membantu mahasiswa yang sedang menghadapi berbagai masalah, sehingga mereka dapat merasa didukung secara emosional dan psikologis yang juga bertujuan untuk mengantisipasi mahasiswa melakukan bunuh diri.