Pengaruh Artificial Intelligence (AI) terhadap Pekerja Seni
Oleh: Naira Parsa
      Artificial Intelligence (AI), atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Kecerdasan Buatan, adalah cabang ilmu komputer yang bertujuan untuk mengembangkan sistem dan mesin yang mampu melakukan tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia. AI melibatkan penggunaan algoritma dan model matematika untuk memungkinkan komputer dan sistem lainnya untuk belajar dari data, mengenali pola, dan membuat keputusan yang cerdas. Penggunaan AI dalam seni tidak hanya terbatas pada seni modern, tetapi juga telah memberikan dampak signifikan pada seni tradisional. AI membantu dalam analisis dan simulasi gaya seni yang berbeda, membuka kemungkinan baru untuk eksplorasi dalam estetika dan teori seni. Sedangkan Pekerja Seni adalah individu yang memiliki keahlian dan bakat dalam bidang seni. Mereka memiliki kemampuan kreatif yang luar biasa untuk menghasilkan karya seni yang unik dan orisinal. Pelaku seni memainkan peran yang penting dalam masyarakat, sebagai penjaga budaya dan tradisi, serta pelopor perubahan sosial dan politik.
      Setelah kemunculan AI, perlahan peran peran manusia dalam kehidupan sehari hari diambil alih, salah satunya dalam bidang seni. Dalam menciptakan karya seni, terutama seni 2 dimensi, AI dapat menciptakan gambar maupun vidio hanya dalam beberapa detik saja. Kehebatannya ini membuat orang orang penasaran dan tertarik untuk menggunakannya. Selain lebih cepat dan murah, karya yang dihasilkan oleh AI juga dapat disesuaikan dengan perintah dari penggunanya langsung. Pengguna hanya tinggal menuliskan saja gambar seperti apa yang diinginkan, bahkan bisa dibuat sedetail yang diinginkan. Terdengar sangat membantu memang, namun bagaimana dengan nasib para pekerja seni yang lahan pekerjaannya tergantikan oleh kecerdasan buatan? Berikut beberapa pengaruh negatif AI terhadap pekerja seni.
- Mengubah Dinamika Pasar Seni
- AI berpotensi mengubah dinamika pasar seni. Dengan kemampuan untuk menghasilkan karya dengan cepat dan dalam jumlah besar, ada kekhawatiran bahwa nilai karya seni yang dihasilkan manusia dapat terdevaluasi. Para pekerja seni yang membutuhkan waktu lama serta modal besar untuk menghasilkan satu karya menjadi kesulitan untuk mengejar ketertinggalan terhadap pembaharuan teknologi tersebut.
- Aksesibilitas dan Eksistensi Seni
- AI juga berkontribusi pada peningkatan aksesibilitas seni. Dengan alat yang semakin mudah diakses, lebih banyak orang dapat mencoba menciptakan seni tanpa memerlukan pelatihan formal. Ini dapat mengarah pada hilangnya eksistensi pelaku seni profesional. Bagaimana tidak, sekolah seni yang tak bisa dibilang mudah justru terpaksa bersaing dengan sebuah alat serba bisa. Hal ini dapat menyebabkan jumlah pekerja seni yang menurun drastis akibat sulitnya persaingan.
- Hak Cipta dan Etika
- Penggunaan AI dalam seni juga menimbulkan pertanyaan etis dan hukum. Siapa yang memiliki hak cipta atas karya yang dihasilkan oleh AI? Apakah AI dapat dianggap sebagai pencipta? Diskusi ini semakin kompleks ketika karya seni yang dihasilkan AI terinspirasi oleh karya seniman manusia. Berbeda dengan karya yang dihasilkan oleh seniman yang jelas kepemilikan hak ciptanya. Hal ini mendorong perlunya regulasi yang lebih jelas di bidang hak kekayaan intelektual.
- Penurunan Nilai Karya Seni
- Kemampuan AI untuk menghasilkan karya dengan cepat dan biaya rendah membuat konsumen lebih tertarik pada karya yang dihasilkan oleh mesin, sering kali mengabaikan nilai unik dari karya pelaku seni langsung. Akibatnya, seniman kesulitan untuk menetapkan harga yang layak, yang berdampak pada pendapatan dan keberlanjutan karir mereka. Penurunan nilai ini juga dapat memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap seni, di mana karya manusia dianggap kurang bernilai, sehingga mengancam keberagaman dan kedalaman pengalaman seni itu sendiri.
Meskipun AI menawarkan kemudahan dan efisiensi dalam penciptaan seni, dampak negatifnya terhadap pekerja seni tidak dapat diabaikan. Teknologi ini berisiko menggantikan pekerjaan seniman dan menurunkan nilai karya seni manusia. Selain itu, tantangan seperti kehilangan originalitas dan potensi eksploitasi kreativitas juga muncul. Perlu diingat bahwa seni bukan hanya tentang produk akhir, tetapi juga tentang proses dan pengalaman yang tidak bisa sepenuhnya ditiru oleh mesin. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan kerjasama antara teknologi dan seni agar seniman tetap dihargai dan diakui, serta untuk menciptakan lingkungan di mana kreativitas manusia dapat berkembang dan berinovasi di tengah kemajuan teknologi yang pesat.
LAMPIRAN
https://youtu.be/DHNLhCfGfBo?si=0tFhGzW3h124Dzh_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H