Sungguh memprihatinkan nasib dunia pendidikan di kabupaten Cirebon. Betapa tdak, lantaran masih ada sekolah yang kondisi lingkungannya buruk, jumlah siswa di SDN 3 Pakusamben, Kecamatan Babakan, dari tahun ke tahun terus menurun.
Bahkan, untuk ajaran tahun 2014-2015 ini, terdapat satu kelas yang hanya dihuni satu siswa saja. Meski begitu, guru dan siswa di sekolah itu tetap bersemangat melakukan kegiatan belajar mengajar.
Pantaan “FC”, Kamis (20/11), ruang kelas yang dihuni seorang siswa bernama Mohammad Aldi itu adalah ruang kelas 4.
Edi Yohana, guru Aldi mengaku penurunan jumlah siswa di SDN 3 Pakusamben ini sebenarnya sudah terasa sejak empat tahun lalu. Setiap masuk tahun ajaran baru, kata Edi, para orangtua siswa enggan menyekolahkan anaknya di sekolah ini.
Alasannya beragam. Namun yang paling sering dikeluhkan para orangtua adalah soal kondisi lingkungan sekolah yang tidak nyaman.
Selain itu, letak sekolah ini juga dinilai di samping kandang hewan ternak warga, sehingga aktivitas belajar siswa sangat terganggu akibat bau kotoran hewan yang menyengat.
“Sudah sekitar 13 tahun sekolah ini tidak pernah mendapat bantuan perbaikan, sehingga kondisi bangunannya sangat memprihatinkan. Para siswa dan guru juga trganggu dengan bau kotoran hewan ini. Wajar saja kalau para orang tua siswa tidak mau menyekolahkan anaknya disini,” kata Edi saat ditemui “FC” di sekolah tersebut.
Edi menambahkan, semula ada dua siswa yang bertahan di sekolah ini, yakni Mohammad Aldi dan Cicih Suharti. Mereka bisa menyelesaikan studi hingga kelas 3. Namun, memasuki tahun keempat, cicih memilih keluar.
Yang menarik, kata Edi, dalam kondisi tertentu di manadirinya berhalangan hadir, Ali dititipkan kepada guru kelas 3 atau kelas 5 untuk membantu menggantikan posisinya mengajar.
“Saya sudah diamanatkan kepala sekolah untuk menjadi guru Aldi seterusnya, karena kalau gurunya diganti khawatir tidak cocok,” seloroh edi.
Diakui Edi, sebnranya bukan hanya para orangtua siswa yang tidak tahan dengan kondisi di sekolah itu. Para guru dan kepala sekolah yang pernah bertugas di sini pun keraap mengeluhkan bau hewan ternak tersebut.
Bahkan tak sedikit kepala sekolah yang bertugas di SDN 3 Pakusamben ini tidak betah dan mengajukan mutasi.
“Biasanya, kepala sekolah yang ditugaskan di SD ini hanya berthan 3;4 bulan saja. Setelah itu mereka mengajukan pindah. Baru Pak Makiuddin yang bisa bertahan hingga hampir setahun,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala sekolah SDN 3 Pakusamben, Makiuddin, ketika dikonfirmasi “FC” meneritakan, kondisidi sekolah ini awalnya berjalan normal. Jumlah siswa yang masuk sekolah itu pun cukup banyak.
Hanya saja, memasuki tahun 1997, kondisiya berbalik 180 derajat seiring menjamurnya kandang ternak warga yang berdiri di samping sekolah, sehingga membuat suasana lingkungan sekolah menjadi tidak sehat.
“Karena kondisi yang tidak nyaman, para orangtua siswa akhirnya memilih menyekolahkan anaknya di sekolah lain. Saat ini, total siswa di SDN 3 Pakusamben dari kelas 1-6 hanya berjumlah 60 siswa degan 7 guru,” paparnya.
Masih menurut makiuddin, persoalan lain yang membuat para orang tua siswa sungkan mendaftarkan anaknya di sekolah ini adalah kondisi bangunan sekolah yang mulai lapuk. Beberapa bagian gedung bahkan nyaris ambruk sehngga sewaktu-waktu dapat mengancam keselamatan para siswa.
“Kami sedang mencari solusi terkait dengan persoalan ini. Berdasarkan hasil musyawarah dengan berbagai pihak, kami berencana untuk memergr sekolah ini dnegan SDN 1 dan 2 Pakusamben. Kami ingin mntal anak-anak tetap kuat sehingga semangat untuk terus bersekolah tidak luntur,” pungkasnya. (Nawawi/FC)
*Sumber: Media Cetak Fajar Cirebon (Jumat, 21 November 2014)/ fajarnews.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H