Bagi pecinta makanan manis, tentunya permen jelly menjadi salah satu camilan favorit di antara semua jenis camilan manis lainnya. Permen jelly merupakan makanan ringan yang cocok untuk dikonsumsi ketika Anda sedang menonton film, mengobrol santai, atau dijadikan camilan saat melakukan perjalanan panjang. Rasanya yang manis serta teksturnya yang kenyal membuat banyak orang menyukai permen jelly. Tidak hanya itu, pemberian warna yang beragam dan juga bentuknya yang unik seringkali menarik perhatian anak-anak untuk mengonsumsi makanan satu ini.
Meskipun permen jelly sangat digemari oleh banyak orang, tidak semua orang dapat menikmatinya, terutama bagi mereka yang menjalani diet vegetarian dan vegan. Kandungan gelatin di dalamnya yang memberikan tekstur kenyal pada makanan ini berasal dari kolagen hewani sehingga permen jelly tidak cocok untuk kaum vegetarian dan juga vegan. Walaupun begitu, bagi kalian yang vegetarian dan vegan tidak usah khawatir, karena sekarang sudah ada permen jelly vegan. Namun, yang jadi pertanyaan adalah bagaimana permen jelly vegan bisa mempunyai tekstur yang kenyal dan lembut padahal tidak mengandung gelatin? Yuk, simak penjelasannya lebih lanjut pada artikel ini!
Seperti yang kita ketahui, permen terbuat dari campuran antara gula dan air. Namun, jika dikulik lebih dalam, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat permen tidak hanya sekadar gula dan air, lho. Terlebih lagi dalam pembuatan permen lunak (soft candy). Dikutip dari iSweetech, permen jelly ialah produk yang terbuat dari campuran gula, air, bahan pembentuk gel, perasa serta pewarna. Nah, bahan pembentuk gel (gelling agent) inilah yang memberikan tekstur kenyal pada produk permen jelly. Umumnya, gelling agent yang digunakan pada permen jelly adalah gelatin. Namun, gelatin berasal dari kolagen hewani sehingga tidak cocok untuk orang-orang yang vegetarian. Bahan pembentuk gel pengganti gelatin yang dapat digunakan pada pembuatan permen jelly salah satunya ialah pati termodifikasi.
Pada dasarnya, proses pembuatan permen jelly berbeda dengan permen keras (hard candy) yang membutuhkan proses kristalisasi. Dalam pembuatan permen jelly, proses tersebut justru harus dihindari karena ingin dihasilkan tekstur permen yang lembut. Maka dari itu, dilakukan penambahan pati untuk mencegah kristalisasi. Hal ini dikarenakan pati akan mengganggu proses kristalisasi dengan terjadinya proses gelatinisasi pada saat pemasakan permen. Saat tahap pemasakan permen pada suhu yang tinggi, terjadi gelatinisasi dimana pati akan menyerap air dan perlahan mengembang hingga akhirnya terbentuk gel yang lunak dan empuk. Selain berfungsi sebagai pembentuk gel, pati juga mengontrol tingkat kekentalan campuran permen jelly untuk mempermudah ketika dituang ke dalam cetakan serta bisa dijadikan sebagai bahan pelapis agar permen tidak melekat satu sama lain.
Perlu kalian ketahui bahwa pati yang dipakai untuk membuat permen jelly merupakan jenis pati termodifikasi, bukan pati asli. Alasannya karena pati asli memiliki keterbatasan dalam pengaplikasian di industri, seperti tidak tahan panas, tidak tahan perlakuan asam, dan beberapa keterbatasan lainnya. Dilansir dari Supply Side Supplement Journal, pati jagung merupakan pati yang paling sering digunakan dalam permen jelly, tetapi pati beras, kentang, dan tapioka juga dapat digunakan. "Sebagian besar pati yang digunakan untuk produk confectionery adalah untuk cetakan dan penaburan bubuk," ungkap Carl Moore, ilmuwan peneliti senior, A.E. Staley Manufacturing Co, Decatur, IL. Hal ini membuat pati jagung lebih disukai karena alasan ekonomi karena menurutnya pati jagung relatif murah.
Penjelasan di atas adalah alasan mengapa permen jelly vegan yang gelatin-free tetap bisa mempunyai tekstur yang chewy, lembut, dan lunak ketika dikunyah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H