Itu sudah nyata sebuah realita,
Kabar itu kan datang serta merta,
Mematahkan padang – padang keraguan,
Merobohkan benteng – benteng keangkuhan,
Menghancurkan tugu – tugu kedurjanaan,
Jangan bertanya!
Sudah nyata Tuhan berkata,
Mengapa belum juga percaya,
Kepada siapa lagi engkau percaya duhai jiwa?
Walau hati seluas samudera,
Tertutup sudah atau dikeranda?Jangan bertanya!
Bagaimana Ia mengguncangkan dunia,
Toh kujelaskan tetap saja mati rasa,Jangan bertanya!
Bagaimana ia datang melanda,
Paling – paling sambutanmu hanya tertawa,
Sungguh ejekan adalah teriakan mereka,
Mengapa tetap saja tiada percaya?Jangan bertanya!
Tuh lihat gunung batuk seketika,
Lendirnya membakar dunia dan jiwa,
Dahaknya merayap menghanguskan tawa,
Mengapa tetap saja tiada percaya?
Jangan bertanya!
Tuh dengar gemuruh tsunami menggema,
Berjalan tiada malu dirasa,
Menginjak – nginjak habis kecerobohan manusia,
Ia tiada sesal tiada duka,
Baginya adalah mulia menindas durjana,
Mengapa tetap saja tiada percaya?Jangan bertanya!
Jika topan berlari sekencang – kencangnya,
Ia menari – nari di angkasa,
Sampai mabuk melanda dunia,
Tuh dengarkan kehkehan tawanya,
Ia senang menari – nari hingga tiada lagi yang tertawa,
Mengapa tetap saja tiada percaya?Jangan bertanya!
Jika gempa di bumi bergoyang – goyang bahagia,
Hingga manusia tiada berdaya,
Karena goyangan maut sang dunia,Oh Allah,
Kami percaya,
Kami percaya,
Kami percaya,
Kami percaya,
Jawab sang manusia sebagian,Oh Allah,
Kami per ……. per ……
Kami per ……. per ……
Kami per ……. per ……
Jawab sang manusia kebanyakan,
Lidah tak berdaya mengucapkan,Oh Allah,
Mungkinkah ini saatnya,
Bukan lagi kita bercanda,
Tuh lihat pohon kelapa,
Lunglai tiada bertenaga,
Lemas melihat kedurhakaan,
Kebejadan,
Keaniayaan,Oh Allah,
Bosan rasanya kumelihatnya,
Cape sudah ku mendengarnya,
Lebih baik ku tertidur menuju pangkuan – Nya,
Daripada harus memeluk si makhluk terkutuk – Nya,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!