Mohon tunggu...
Rinta Nainggolan
Rinta Nainggolan Mohon Tunggu... Domestik Helper -

Lahir di indonesia merantau dan berjuang untuk kembali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tak Sekeras Batu Karang

16 Mei 2016   22:44 Diperbarui: 16 Mei 2016   22:59 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin bagimu menangis sudah biasa sehingga kau merasa caramu adalah yang terbaik , tapi pernahkah kau hitung berapa banyak cabikan yang selalu kau cipta lewat kata - katamu dan caramu ketika berhadapan di rumah . Untuk apa rumah yang kita bangun dengan berlelah - lelah kalau hanya menjadi arena pertengkaran ,,Itulah kata kata yang barusan aku dengar dari Seren kepada Robert suaminya , yang hampir pulang malam marah - marah kepada istrinya . Aku juga tidak tau apa penyebabnya , padahal mereka berdua adalah orang ulet dalam bekerja , secara materi mereka sebagai pasangan muda cukup berhasil.

Suatu sore aku melihat Seren pucat , suaminya Robert sudah berangkat kerja , dan aku mendekati Seren ...

" Seren kamu sakit ?'' ia tidak menjawabku tapi aku melihat Seren tidak kuat untuk berdiri dan jatuh sebelum aku sempat menolongnya, lalu kucoba menolongnya seadanya , ,,, perlu ke dokter gak Seren? " tapi Seren geleng kepala pertanda tidak setuju , cuma dia minta tolong bantu ke kamar . Aku ..sangat cemas keadaan Seren tapi dia keras kepala tidak mau berobat...beruntung aku libur hari itu jadi bisa merawat Seren , tetapi di balik semua itu aku bertanya dalam hati , apa sebenarnya yang mereka alami kok hampir setiap ketemu selalu beraantem.

Hampir seminggu Seren masih belum pulih , tapi Robert tetap aja sama tidak berubah , selalu marah dan marah , aku sebagai wanita pun merasa sakit diperlakukan seperti itu , apa kurangnya Seren wanita cantik dan baik , bahkan ia berusaha menutupi semua kejadian yang dia alami dari orang tuanya yang hanya beda kampung . bahkan aku tetangganya pun tidak pernah tau masalah sebenarnya .

Lina,,,,, Seren memanggilku ,,,temani aku ke rumah sakit ya ! 

iya ,,jawabku ,,aku peasaran kenapa tidak mengajak Robert ya  ? pikirku dalam hati , Seren memberi kunci mobil untuk kustir , lalu kami bergegas menuju  rumah sakit santa Elisabet yang lumayan jauh dari tempat kami tinggal . Setibanya di rumah sakit para suster sangat akrab dengan Seren , ternyata Seren adalah pasien yang sudah lama selalu kontrol di rumah sakit ini . Denngan hati - hati aku brtanya kepada suster yang melayani , tapi alasan rahasia suster tak inabisa menjawab.

Tiba tiba aku terkejut dengan kehadiran dokter yang menangani Seren ,,,, 

LIna,,,, ia lebih dahulu memanggilku , ternyata wajahku tak begitu mudah dilupakan oleh dokter yang pernah menaksirku  lima tahun yang lalu , ,,,,

Adiittt ,,, kamu  Aditya kan ? Aditya mengangguk dan memandangiku , dasar dokter masih aja menggodaku padahal ia sudah berkeluarga, tapi kesempatan buat aku bertanya tentang penyakitnya Seren yang kebetulan masuk di kamar periksa dan masih ditangani susternya. 

Adit ,,boleh tanya tidak nih ? boleh jawabnya...

aku tanyakan mengenai penyakit Seren , dengan harap Adit memberiku jawaban .walau beberapa kali Adit menolak namun akhirnya aku tau , bahwa  Seren menderita penyakit Leukemia , bahkan Robert pun tidak mengetahui penyakit Seren atas permintaan Seren . Aku heran mengapa Seren tidak mau Robert tau keadaannya .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun