Barangkali aku kembali menulis tentang pepohonan dan daun-daunnya yang rindang dicelah-celah musim penghujan diselingi hari-hari tanpa hujan.Â
Keinginan menulis itu kadang sirna bahkan takut akan sambaran petir yang menggelegar tak pandang objek. "Datang dan menghantam!" Tentu, tentunya saat hujan deras turun diselingi suara petir aku beristirahat menunggu waktu penuh gairah.
Ini yang kesekian kali pertimbangan dan melihat tetangga dan lalulalang suara di jalan raya menuangkan semangat 'kembali' ingin bersendagurau dengan tos keyboard sambil menghafal letak huruf-hurufnya. Mengembalikan kebiasan menulis memang tidak mudah juga tidaklah sulit, kecuali malas karena nggak ada duit.
Kali ini aku memang sedang menulis sembari mebayangkan rimbunnya pepohonan di Bumi Perkemahan Kiara Payung, Metro Selatan.Â
Bumi perkemahan itu menakjubkan, kendati kantor Kwarcab Pramuka dengan gedungnya tidak terurus dengan baik. Tidak mengapa, kenapa harus menyerempet ke sana. Baiklah, perjalanan ini harus diteruskan.
Sesampainya aku di sana bersama DR Agus Muhammad Septian---seorang tokoh muda yang brilian aku sudah membaca anak-anak muda yang menghayati dunia seni khususnya seni panggung ada di mana-mana.Â
Property semacam kemah berukuran dari kain sudah terpasang. Menakjubkan! Ada panggung sekitar 4 X 3 meter dengan backgound nama acara bertajuk Backpacker III Teater Lampung dari jarak beberapa meter tak terbaca---mungkin karena dibuat dengan design milenial. Tapi, aku membacanya, asyik.
Dunia teater Lampung sedang begawi dan anak-anak teater hampir kebanyakan berusia muda sibuk dan berbincang. Dunia ini pernah aku geluti tahun 1980---1984 di Yogjakarta bersama teater Lataah dan teater Unisi (Universitas Islam Indonesia).Â
Dan, 1986---1988 dunia teater di Kota Metro---saat itu ibukota Kabupaten Lampung Tengah lagi tumbuh subur. Sekitar 13 grup teater ada di Metro ditambah dari Kotagajah, Simbarwaringin dan Pekalongan.Â
Dan kurun itu pula aku mendirikan Dewan Kesenian Metro (DKM) yang pengurusnya antara lain Rustam Effendi Damara, Anton Saputra, Neneng Suryaningsih (isteri Emha Ainun Najib), Edy Jayasinga dan lainnya aku lupa serta kurun waktu pula muncullah beberapa penyair Metro salah satu yang berhasil mentas sebagai pembaca puisi adalah Muadin Efuari dan Mulya Putra BAF.
Semangat berkesenian di Kota Metro khususnya dan Lampung Tengah pada umumnya luar biasa. Beberapakali pementasan dan menjadi panitia pementasan Teater Krakatoa di tengah dominasi kekuasaan orde baru.Â