Bali atau yang kerap kita kenal dengan sebutan "Pulau Dewata" merupakan ikon pariwisata di Indonesia yang selalu berhasil mencuri perhatian wisatawan baik lokal maupun mancanegara dengan pesona menakjubkan yang ada didalamnya. Kolaborasi yang pas antara keindahan alam, keragaman budaya, dan nuansa spiritual yang kental  menjadikan Bali cocok disebut sebagai surganya wisata di Indonesia dengan keindahan yang tak pernah usai. Bali menawarkan pengalaman tak terlupakan bagi setiap pengunjung karena selalu memiliki inovasi dan kesan yang berbeda setiap sudutnya. Garuda Wisnu Kencana (GWK) salah satu atraksi wisata di Bali yang terus berinovasi dan berhasil menjadi magnet bagi wisatawan untuk tertarik mengunjunginya. Melalui pertunjukan seni yang memukau Garuda Wisnu Kencana (GWK) tidak hanya menarik  banyak pengunjung, tetapi juga berkontribusi dalam melestarikan budaya Bali. Inovasi di Garuda Wisnu Kencana (GWK) ini diharapkan dapat menjadikan Bali sebagai destinasi wisata kelas dunia yang terus berkembang dan berkelanjutan. Dengan menawarkan kolaborasi antara pertunjukkan tari tradisional dengan kemegahan arsitektur. Pertunjukan tari di Garuda Wisnu Kencana (GWK) menawarkan pengalaman budaya yang memadukan seni tradisional Bali dengan keindahan arsitektur lokasi yang megah. Acara ini diselenggarakan di ruang terbuka, memanfaatkan latar belakang patung Garuda Wisnu yang menjadi ikon. Dimana tarian Kecak menjadi sorotan utama, diiringi dengan pencahayaan dramatis dan suara yang menggema, menciptakan atmosfer yang magis dan berhasil memukau pengunjung yang datang.Â
Event tarian di GWK yang saya saksikan meninggalkan kesan mendalam. Perpaduan antara keindahan alam patung Garuda Wisnu Kencana dengan tarian yang menciptakan sebuah pertunjukan yang tak terlupakan. Berdasarkan keberhasilan pertunjukkan yang ada di GWK terdapat beberapa hal yang dapat disoroti, seperti :
Tempat Penyelenggaraan
Tempat penyelenggaraan yang dipakai GWK yaitu Lotus Pond Land sudah sangat memadai untuk menyelenggarakan perhelatan tarian kolosal seperti tari kecak dengan kondisi ruang terbuka yang luas. Lotus Pond Land juga memadai untuk menampung kunjungan wisatawan baik skala kecil maupun massal. Kemudian, Lotus Pond juga dikelilingi tebing kapur yang menambah keindahan dan memanjakan mata penonton. Ditambah pada malam hari pemberian pencahayaan dan kualitas suara yang jernih dapat meningkatkan suasana dramatis dan menghasilkan hasil visual yang memukau. Selain tebing kapur, tarian menghadap langsung ke Patung Garuda Wisnu Kencana dan dapat memberikan kesan monumental serta menciptakan suasana megah yang membuat penonton merasa seolah-olah menjadi bagian dari cerita yang ditampilkan. Lotus Pond Land juga memiliki fasilitas pendukung lainnya seperti toilet yang sangat memadai dan area food court yang dapat menunjang kenyamanan wisatawan.Â
Keberhasilan kolaborasi budaya dan keindahan arsitektur ternyata tetap menimbulkan berbagai tantangan, seperti  penonton yang berada di area belakang Lotus Pond Land seringkali menghadapi kendala visual karena posisi mereka sejajar dengan panggung. Pandangan mereka terhalang oleh penonton di depan sehingga kurang optimal untuk menikmati pertunjukan. Berbeda dengan penonton yang duduk di tangga, mereka mendapatkan sudut pandang yang lebih baik karena posisi tempat duduk yang berundak, memungkinkan visibilitas yang lebih jelas. Selain itu, ruang terbuka juga dapat menimbulkan tantangan saat cuaca tidak mendukung. Dimana area Lotus Pond Land tidak memiliki tempat berteduh sehingga saat cuaca sedang tidak baik akan mengurangi kenyamanan wisatawan.Â
Alur Pengunjung
Antusiasme yang tinggi dari penonton merupakan tanda keberhasilan acara ini dalam menarik perhatian publik. Namun, dari sisi pengelolaan alur pengunjung, beberapa tantangan muncul. Alur pengunjung di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park masih menghadapi sejumlah masalah yang mempengaruhi kenyamanan dan kelancaran akses. Salah satu permasalahan utama adalah alur masuk dan keluar pengunjung yang belum terorganisir dengan baik, sehingga sering terjadi kerumunan dan kekacauan (chaos) di area pintu masuk dan keluar. Minimnya signage yang jelas dan informatif menjadi faktor utama penyebab kebingungan ini, di mana pengunjung sulit menemukan arah yang tepat, dan bahkan dapat terjadi tabrakan antar pengunjung. Selain itu, jarak yang cukup jauh antara area parkir dan venue acara juga menambah beban bagi pengunjung, terutama saat terjadi kepadatan pengunjung. Kondisi ini menyebabkan kemacetan lalu lintas internal yang memperlambat proses pergerakan pengunjung dari parkiran menuju tempat acara. Traffic yang sangat padat, ditambah dengan kurangnya penunjuk arah yang jelas, menyebabkan pengunjung membutuhkan waktu lama untuk menuju ke lokasi acara, dan terkadang merasa bingung dalam mencari jalur yang tepat. Hal ini menunjukkan perlunya perbaikan dalam sistem alur pengunjung, termasuk penataan parkir yang lebih efisien dan pemasangan signage yang lebih jelas untuk memudahkan navigasi di seluruh area GWK.
Namun, secara keseluruhan Garuda Wisnu Kencana (GWK) telah memberikan upaya yang maksimal dalam memberikan layanan terhadap wisatawan yang mengunjunginya sehingga pengalaman yang didapatkan wisatawan dapat maksimal. Meskipun begitu tidak dapat dipungkiri terdapat sedikit kendala yang diharapkan kedepannya dapat diperbaiki oleh pihak Garuda Wisnu Kencana ( GWK) untuk menyokong kenyamanan dan loyalitas wisatawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H