Kematian merupakan sesuatu yang pasti akan dirasakan oleh setiap makluk. Sesuatu yang pasti ini juga telah diterangkan dalam firman Allah dalam Al-Qur'an "Kullu nafsin dzaaiqotul maut" artinya "setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian". Dan kematian itu sendiri waktunya telah ditetapkan oleh Allah tidak bisa dipercepat ataupun ditunda.
Utusan Allah yang ditugaskan utuk mencabut nyawa adalah malaikat izrail 'alaihis salam. Ia juga biasa disebut sebagai malakul maut atau malaikat maut karena salah satu tugasnya ialah mencabut nyawa makhluk. Dalam pencabutan nyawa, malakul maut tidak pernah salah dalam melakukannya, jangankan salah telat sedetik saja tidak pernah. Jadi, garis takdir seseorang sudah ditetapkan sejak sebelum makhluk diciptakan termasuk juga kematian. Hal itu sudah digariskan dan tidak mengenal kata "kebetulan", jadi jangan pernah kita salahkan keadaan dan ridlolah ketika sesuatu itu diterima oleh kita. Takdir baik hendaknya kita bersyukur dan takdir buruk hendaknya kita bersabar.
Bukti bahwa kematian akan datang tepat waktu dan tidak maju ataupun mundur, terdapat kisah tentang seorang manusia yang menjemput kematiannya di matahari. Kisah ini nyata dan tertulis dalam kitab Daqoiqul Akhbar dalam bab "Ahwali malakil mauti kaifa ya'khodal arwah". Di dalamnya dijelaskan : telah diriwayatkan ada seorang laki-laki yang lisannya selalu menyebut "Allahummahgfirlii wa li malaki syamsi" yang artinya "Yaa Allah ampuni aku dan malaikat syams (malaikat penjaga matahari)". Karena malaikat syams merasa penasaran kenapa ia selalu dido'akan laki-laki tersebut, akhirnya malakus syams meminta izin kepada Allah untuk mengunjunginya. Dan ketika malaikat syams turun menemuinya, malaikat bertanya kepada laki-laki itu "Kamu memperbanyak do'a untukku, apa sebenarnya maumu?". Laki-laki itu menjawab "Aku ingin kamu membawaku ke tempatmu dan aku ingin kamu menanyakan untukku kepada malakul maut untuk mengabarkan tentang dekatnya ajalku". Lalu malaikat syams membawanya dan mendudukannya di matahari kemudian pergi menemui malakul maut.
Setelah malakus syams bertemu dengan malakul maut ia menceritakan tentang laki-laki tersebut mulai dari ia yang selalu mendo'akan malakus syams hingga maksud malakus syams datang kepada malakul maut. Malakus syams berkata "Sesungguhnya dia telah memintaku menemuimu untuk mengetahui tentang kapan dekatnya ajalnya agar ia bersiap-siap dengan maut itu". Kemudian malakul maut melihat ke kitabnya dan berkata "Aduh, sesungguhnya (kematian) sahabatmu itu dalam keadaan yang agung. Dia tidak akan mati sehingga duduk di tempat mu di matahari". Malaikat matahari menjawab "Dia telah duduk di tempat ku". Malaikat maut berkata "Dia telah wafat dihadapan utusan-utusan kita, dan mereka (orang-orang) tidak mengetahui"
Dari kisah tersebut dapat diambil hikmah bahwa yang namanya kematian itu sesuatu hal yang sudah titetapkan waktunya. Sedangkan kita tidak mengetahui kapan datangnya ajal. Ajal datang tanpa syarat tertentu, tidak hanya dalam keadaan tua tapi waktu muda juga mungkin menemui ajal. Sakit juga bukan menjadi syarat datangnya ajal, kadang yang sehat juga bisa menemui ajalnya. Jadi, mari bersegera dalam bertaubat dan beramal shaleh karena kita tidak tahu kapan ruh kita diambil oleh malakul maut. Semoga kita selalu mendapatkan rahmat-Nya dan menghadap-Nya dalam keadaan sebaik-baik iman. Aamiin Yaa Rabbal 'Alamiin..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H