Mohon tunggu...
Nailir Rahmah
Nailir Rahmah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merangkai Kasih di MGM (Musabaqah Gebyar Muharam)

3 Oktober 2017   23:57 Diperbarui: 4 Oktober 2017   05:49 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mata yang selalu melihat, tangan bekerja, kaki melangkah, telinga yang selalu mendengar, dan hati yang selalu merasakan. Tapi apakah kalian tidak lupa dengan rasa yang  selalu berubah? Hati menghendel semua yang kita kerjakan. Kadang kita berpura-pura untuk tidak peduli dengan perasaan yang sering terbolak-balik dalam menentukan apa yang kita inginkan dan butuhkan. Kadang juga hati merasa susah untuk memilih mana yang harus didahulukan antara keinginan atau kebutuhan.

Sebuah forum mengajarkan kita untuk berpendapat, mengeluarkan ide yang ada, menflorkan masalah yang ada secara bersama-sama. Dalam perkumpulan juga mengajarkan kepada kita untuk menghindari rasa kepentingan pribadi dengan tujuan untuk mencapai tujuan yang kita inginkan secara bersama-sama.  Belajar peduli, belajar peka dan lain sebagainya. Beberapa dari kita pasti merasakan yang namanya malu, takut sama organisasi dikarenakan ada alasan pribadi (malu sama cowok). Dulu sebelum ikut organisasi, perkumpulan seperti aneh dlihat dan seperti tidak ada gunanya. Padahal banyak sekali manfaat yang bisa kita dapatkan dan ibrah yang bisa kita jadikan pelajaran kedepannya. Semakin kita menjauh bahkan membenci segala sesuatu maka tanpa kita sadari hal yang kita benci berasa semakin dekat dan akan selalu diingat.

Kemarin hari Ahad tanggal 24 terdapat sebuah lomba gebyar muharam yang bertempat di Universitas Gajayana yang biasa disebut dengan UNIGA. Lomba ini menyisahkan banyak kisah yang sulit untuk dilupakan dan bahkan gampang untuk dikenang. Ada banyak rasa cinta dan kasih sayang yang kita luapkan setelah menata dari sekian lama. Perhatian yang sama-sama kita rasakan dan lakukan satu sama lain membuat kita sadar terutama saya bahwasanya berkumpul dalam sebuah organisasi sangatlah penting.

Salah satu dosen saya mengatakan bahwa, pintar-pintarah dalam mengenang dan memanfaatkan sesuatu yang sudah ada didepan kita. Waktu dan kesempatan ini tidak akan datang lagi, mungkin akan datang kedua kalinya akan tetapi akan beda dari sebelumnya baik itu suasana waktu dan suasana hati. Yang pertama yang bisa mengena hati. Ciyee... khm khm.... 

Kebersamaan yang kita rasakan bukan hanya semata-mata karena disengaja, akan tetapi karena jalinan yang sudah setiap harinya kita jalani di TPQ Nurul Huda. Kita seperti sanak keluarga yang saling memberi perhatian satu sama lain. Ada masanya sendiri dimana terkadang kita marah dan memberitahu apa yang harus dilakukan dan larangan yang harus dihindari. Terlepas dari kemarahan, sebenarnya itu adalah salah satu perhatian yang kita beri kepada adik-adik agar nantinya dialah yang akan meneruskan jihad kami kedepannya.

Tertawa bersama memeriahkan lomba "Musabaqoh Gebyar Muharram" seperti merajut senyum ditengah keramaian orang. Kalah dan menang itu sudah biasa dalam mengikuti perlombaan. Sebenarnya, "menang" bukan target kami mengikuti lomba akan tetapi dengan anak mempunyai kemauan saja itu sudah cukup bagi kami sebagai pendidik mereka. 

Kami akan mengajari bagaimana adik-adik bisa mengeksplor semua ilmu yang sudah kami terapkan menjadi sebuah karya yang nantinya adik-adik timbul kesadaran sendiri bahwa ilmu yang mereka punya masih kurang dari cukup. Jadi kami tidak mempunyai hak untuk marah-marah karena adik-adik tidak mau belajar. Kami sadar bahwa adik-adik tidak bisa dipaksa untuk belajar supaya menjadi orang yang pintar, karena nantinya ada saatnya sendiri dimana adik-adik bisa menyadari semua ilmu yang mereka punya hingga mereka mau belajar dan belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun