Mohon tunggu...
Naili Rofiqoh
Naili Rofiqoh Mohon Tunggu... -

UIN Maliki Malang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apa yang Dipikirkan ARTHUR SCHOPENHAUER?

18 Desember 2013   12:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:47 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Apa yang Dipikirkan ARTHUR SCHOPENHAUER? Schopenhauer melihat dunia dengan keadaan yang super pesimis. Ia sangat mengagumi Plato dan Kant. Satu bagian yang cukup menyita perhatian saya tentang pernyataan Schopenhauer adalah kehendak bereproduksi. Ia menyatakan bahwa alam hanya perduli dengan reproduksi, dan cinta adalah penipuan-diri yang dipraktekan oleh alam. Menurutnya cinta akan hilang jika tujuan untuk bereproduksi telah tercapai. Pernyataan Schopenhauer ini terjadi di zaman pertengahan. Saya melihat cinta, tak sekosong seperti Schopenhauer. Cinta memang terlalu abstrak, namun cinta bisa dilihat jika anda melakukan ini, melakukan itu sesuai dengan jalan berfikir yang logis dan manusiawi.Ketika di kelas, ada satu pertanyaan: Siapa yang tidak ingin memiliki anak setelah menikah?, tidak ada. Jika pertanyaan itu di tarik total ke abad sekarang. maka saya ingin menjawab: tidak semua pasangan manusia ingin memiliki anak setelah mereka menikah. Kenapa saya bisa mengatakan hal tersebut? Karena sebagian besar negara maju, tingkat kelahiran anak semakin hari, semakin menurun, ini menurut berbagai sumber. Alasan mereka tidak ingin memiliki anak beragam, seperti : keuangan, usia, karir, tidak bebas, ada kepentingan lain selain punya anak, tidak mempunyai kekuatan dan keberanian untuk membesarkan anak, ingin menjadi orang yang bebas, akan mengurangi waktu dengan teman. Jika dilihat dari alasan mereka, maka kita bisa memikirkan ulang tentang teorinya Schopenhauer, mungkin pendapatnya tentang manusia tidak bisa lepas dari kebutuhan untuk menggunakan alat reproduksinya itu benar, karena sampai sekarang pun manusia masih ketergantungan dengan kebutuhan sex. Tapi kebutuhan untuk memiliki anak sudah sedikit bergeser,bahkan di Jepang dikabarkan penduduknya akan punah jika tingkat kelahiran tetap seperti sekarang , kecuali di negara-negara berkembang yang masih gandrung dengan keluarga besar. Ada pemikiran Schopenhauer yang menarik bagi saya di dalam buku Bryan Magee, berikut kutipannya “ lebih banyak kehidupan batin kita yang tak kita ketahui daripada yang kita ketahui, bahwa sebagian besar kehidupan batin itu tidak kita ketahui karena kita merepresnya. Jika kita membiarkan muncul, akan ada gangguan yang tak akan teratasi, kita merepresnya karena sebagian besar kehidupan batin kita tidak selaras dengan CITRA DIRI kita yang ingin kita pertahankan dan ketidaksesuaian dengan citra diri ini karena memang dorongan-dorongan batin yang muncul itu, misalnya dorongan seksual, mementingkan diri sendiri, agresi, iri, takut, dan kejam. Kita pun menipu diri kita dengan membangun citra dan karakter yang boleh kita munculkan. Sehingga selama ini kita tidak pernah memunculkan inner self kita karena inner self (diri batin) itu bersifat tak sadar”. Jika kita melihat kutipan tersebut, maka kita akan berfikir bahwa cara hidup kita distir oleh pemikiran-pemikiran diluar kita, hanya untuk mendapatkan citra dan karakter yang menurut orang lain “baik”. Ada sisi positif dan negatifnya. Saya mempunyai cerita, saya tidak tahu cerita ini dapat dimasukkan dalam sisi negative atau positif: seorang laki-laki yang sudah memasuki dewasa akhir, mempunyai kedudukan yang tinggi di institusinya, memiliki keluarga yang harmonis, mempunyai anak-anak yang terdidik, ia termasuk orang yang berpengaruh di lingkungannya, mempunyai tingkat religiusitas yang patut dihormati, secara finansial berada di atas rata-rata. Semua itu adalah citra dan karakter yang Ia bangun sejak lama, namun di tengah perjalanan hidupnya, ia tidak dapat merepres inner selfnya yaitu dorongan seks. Ia pun mencicipi seperti bagaimana laki-laki yang bebas memunculkan dorongan seksnya dengan wanita yang bukan istrinya. Laki-laki yang terlihat sempurna dihadapan banyak orang, kini terjebak dalam dua pilihan, citra diri atau kebebasan kehendaknya. Bagaimana menurut Anda? Cerita ini adalah cerita yang sering kita dengar dan kita lihat. Lalu, bagaimana posisi religiusitas dalam tiap individu? Schopenhauer sendiri secara eksplisit menyatakan bahwa dia seorang ateis, menganggap tak ada Tuhan sebagai pribadi dan tidak ada ruh yang abadi, keduanya bersifat kontradiktif. Ia mengatakan konsep kepribadian merupakan manusia yang bertubuh yang eksis di ruang dan waktu, jadi tidak masuk akal jika konsep kepribadian dilekatkan pada suatu entitas nonmaterial yang berada di luar ruang dan waktu. Di lain sisi ia mempercayai adanya realitas total yang bersifat imateriil,tak berwaktu, dan tak beruang namun masih dalam lingkup ruang dan waktu. Ini persis apa yang dipahami dalam Hindu dan Budha. Referensi: Magee,Bryan. Memoar Seorang Filosof. Mizan Pustaka:Bandung. 2005 Abidin,Zainal. Filsafat Manusia. Remaja Rosdakarya: Bandung.2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun