Mohon tunggu...
Naili Rofiqoh
Naili Rofiqoh Mohon Tunggu... -

UIN Maliki Malang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Søren Aabye Kierkegaard Kagum pada Nabi Ibrahim

18 Desember 2013   12:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:47 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Søren Aabye Kierkegaard Kagum pada Nabi Ibrahim Kierkegaard memiliki tingkat religiusitas yang kuat. Dia dilahirkan di keluarga Kristen yang kaya di ibu kota Denmark, Kopenhagen. Salah satu yang menarik dari kehidapannya adalah kedekatannya dengan Ayahnya. Ayah Kierkegaard sempat percaya bahwa anak-anaknya tidak akan mencapai usia 33 tahun, tidak melebihi usia Yesus Kristus. Ia merasa mempunyai banyak dosa karena pernah mengutuki nama Allah dan mempuyai anak diluar nikah dengan ibu Kierkegaard.Namun kepercayaan itu tidak terbukti walaupun banyak dari ketujuh anaknya meninggal di usia muda dan dua dari mereka telah melewati usia 33 tahun itu. sebelum meninggal ayah Kierkegaard menginginkan anaknya menjadi pendeta. Kierkegaard merupakan tokoh filsafat yang berpengaruh dalam psikologi. Ia pendiri psikologi Kristen dan pencetus terapi eksistensial. Teori eksistesial sering disebut dengan humanistic. Di psikologi sendiri banyak tokoh yang beraliran humanistic seperti Victor Frankl, Erich Fromm, Carl Rogers dan Rollo May. Kierkegaard juga dilihat sebagai pendahulu penting dari pasca-modernisme. Kierkegaad bermula dari kritikannya terhadap Hegel, ia tidak setuju mengenai ilmu pengetahuan haruslah objektif dan kita hanya bebagai pengamat. Kierkegaard merasa kita harus terlibat langsung dalam suatu fenomena atau peristiwa tersebut dan dia juga tidak setuju dengan tidak diterimanya anasilsis subjektif yang dapat merusak objektivitas. Filsafat Hegel menyatakan bahwa ilmu penetahuan hendaknya dapat digeneralisasikan dan dapat diabstraksikan. Ada hubungan erat Antara objektivitas, generalisasi dan kebenaran ilmiah. Semakin objektif suatu teori maka semakin kuat teori tersebut untuk dipertahankan. Lalu bagaimana pandangan Kierkegaard? Ia sama sekali tidak setuju, ia sangat menghargai kekonkretan dan individualitas tiap manusia. Jadi tidak ada objektivitas yang tetap untuk melihat gejala pada manusia. Ia sangat menentang adanya ilmu-ilmu yang mencoba untuk mengkaji manusia seperti sosiologi, psikologi, karena menurutnya ilmu manusia selalu menerapkan objektivitas dan akan menghilangkan keunikan dan kekonkretan individu tersebut. Objektivitas dan Abstraksi akan memunculkan kesepakatan bersama mengenai kebaikan atau keburukan dalam aturan masyarakat yaitu moral. Moral yang baik menurut pandangan umum dan sudah diterima secara luas belum tentu moral tersebut benar-benar baik. Banyak individu yang hanya menerima kesepakatan bahwa perbuatan ini dianggap “baik” dan hal itu dianggap “buruk”. Objektivitas dalam moralitas pada dasarnya tidak berarti sesuai Antara hukum dan kenyataan. Kierkegaard tidak serta merta menolak mengenai hukum positif yang berlaku secara umum untuk mengatur masyarakat, namun ia melihat ada efek negative yang muncul ketika hukum yang sacara umum disepakati tersebut diterapkan. Hukum tersebut seolah-olah dapat dijadikan “pelindung” untuk menghindari hukum itu sendiri. Kita dapat mengadaptasi pemikiran Kierkegaard ini dengan melihat sejarah yang terjadi di Indonesia. Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar tentang PKI? siapa yang pantas di hukum dalam kasus tersebut? Atas nama kesatuan negara, banyak aturan dan hukum yang muncul secara mendadak untuk dijadikan tameng dan kedok murahan. Kita merasa sah menjadi manusia massa. Setiap warga negara yang “dianggap” mempunyai ciri dan sikap yang patut dicurigai sebagai anggota PKI maka “negara” wajib dan berhak untuk menyingkirkannya tanpa basa-basi karena ada hukum dan perintah dari “pemimpin”. Hal yang seperti ini yang dikhawatirkan oleh Kierkegaard. Kierkegaard bertolak belakang dengan Hegel, ia tidak setuju dengan idealism Hegel, objektivitas ilmu dan moralitas masyarakat. Kierkegaard memegang kuat eksistensi manusia yang individual, personal dan subjektif. Manusia yang mempunyai eksistensi tidak dapat diabstraksikan maupun digeneralisasikan dengan teori-teori umum. Manusia memerlukan pendektan yang khas, spesifik, dan bersifat human (manusiawi). Manusia bersikap tidak selalu menggunakan rasio (intelek) tapi juga pada pilihan bebas dan emosi spontannya. Manusia bukan makhluk yang murni rasional atau mampu menjadi pengamat objektif, atau sanggup mengambil jarak dari berbagai kejadia, tetapi makhluk yang mempunyai pertimbangan emosional dan praktis. Penentu dari suatu perbuatan tertentu, terletak pada diri individu itu sendiri. Ia penentu dalam mengatakan “ya” atau “tidak”. Padangan Kierkegaard mengenai kehendak bebas berhubungan erat dengan masalah kebebasan manusia. Satu aspek yang melekat dari kebebasan adalah tanggung jawab. Masalah kebebasan dan tanggung jawab adalah masalah fundamental dan krusial. Kebebasan kadang mendatangkan persoalan, menimbulkan rasa cemas dan gelisah. Manusia cemas, jangan-jangan dalam menentukan pilihannya itu akan dihadapkan pada akibat-akibat yang tidak menyenangkan, menyakitkan atau membahayakan.ia berpendapat dalam kehidupan ini perlua danya semangat, greget, passion , gairah, antusiasme yang dilandasi oleh kehendak bebas dan afeksi (emosi). Bagaimana dengan tahap-tahap eksistensi manusia? Pertama adalah tahap estetis. Pada tahap ini manusia dikuasai oleh naluri-naluri seksual (libido), kesenangan yang hedonistic, dan kadang bertindak sesuai dengan suasana hati. Kierkegaard mengambil contoh dengan Don Juan yang dia anggap tidak ada passion untuk menyikapi persoalan. Ia tidak tertarik dengan cinta dan perkawinan. Apakah Don Juan mirip dengan Casanova? Manusia estetis hidup untuk dirinya sendiri, untuk kesenangan dan kepentingan pribadinya. Hidup tanpa jiwa, hanya mengikuti alur dan zaman. Tidak ada gairah untuk terlibat dalam kehidupan yang sesungguhnya, ia hanya sekedar mengetahui dan mencoba. Hidupnya tidak mengakar dalam, karena dalam pandangannya, pusat kehidupan ada di dunia luar. Lalu apa yang sebetulnya yang terjadi dalam mereka? Keputusasaan!. Manusia estetis tidak tahu lagi apa yang sebetulnya diinginkannya. Kedua adalah tahap etis. Dalam tahap ini manusia mulai untuk menjalani kehidupan berdaasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang dipilihnya secara bebas. Perkawinan bukan sebagai kesenangan dan naluri seks saja namun disublimasi menjadi tugas kemanusiaan. Jiwa manusia mulai terbentuk dalam tahap etis. Tidak tergantung pada masyarakat dan zaman. Ia mempunyai keberanian dan kepercayaan diri untuk menolak setiap trend yang tidak sesuai dengan dirinya dan ia juga tidak mengamini kekuasaan dari luar. Kierkegaard kagum dengan Socrates karena Socrates mampu mempertahankan pendapatnya walaupun harus dihukum mati. Socrates dituduh memperkenalkan dewa-dewa baru dan merusak kaum muda dengan pemikiran-pemikirannya. Dia mempertanyakan keadalian itu apa?, apakah kedermawanan itu? apa tujuan hidup ini? Untuk apa aku memperoleh dan mempunyai ilmu pengetahuan?. Banyak pandangannya yang mengusik etika kenegaraan pada zaman itu. ia adalah sosok yang sadar dengan peran dan otonomi individu. Lalu tahap tertinggi adalah tahap Religius. Pengakuan adanya Tuhan. Ketika manusia ingin melompat dari tahap estetis ke etis maka yang diperlukan dengan melihat pertimbangan-pertimbangan yang rasional. Namun di tahap religious ini, manusia tidak butuh alasan atau pertimbangan-pertimbangan dan konsep ilmiah.individu hanya bersandar pada keyakinan yaitu iman. Kita sering melihat manusia yang religious memiliki sikap yang dianggap aneh, nyentrik, tidak masuk akal atau bahkan “gila”. Hal ini disebabkan nilai-nilai religious bersifat murni subjektif, sehingga seringkali sulit diterima akal sehat. Banyak paradoks yang muncul tentang Tuhan,misalnya jika Tuhan ada dan Maha sempurna, kenapa ada Dia membiarkan ada kejahatan?. Dan disinilah Kierkegaard mengatakan bahwa Paradoks Tuhan bukan sesuatu yang bisa dipikirkan secara rasional. Sosok Nabi Ibrahim menurut Kierkegaard telah masuk dalam tahap religious ini. Ia menjabarkan bahwa Ibrahim telah lulus dalam mempertahankan keyakinan subjektifnya yang berdasarkan iman. Ibrahim bersedia mengorbankan anaknya Ismail atas dasar keyakinan pribadi bahwa Tuhan telah memerintahnya untuk mengorbankan anaknya. Jujur, saya baru mengetahui dan lebih terang dengan hakikat kenapa Ibrahim mengorbankan anaknya dan kenapa momen itu dijadikan sebagai salah satu hari raya bagi Muslim. Melalui Kierkegaard saya lebih bisa menerima penjelasannya dan dapat diterima oleh pemikiran saya. Dulu saya masih abu-abu dalam memahami hari Qurban, malah saya sempat berfikir kenapa Islam begitu kejam? Kita bersenang-senang dengan menyembelih hewan Qurban? Kenapa Nabi Ibrahim begitu kejam dan “bodoh” (maaf) untuk menyembelih anaknya sendiri?. Sejak dulu guru-guru Agama saya sering menceritakan kisah Nabi Ibrahim dari TK sampai SMA, namun tidak ada yang menjelaskan alasan yang lebih “masuk akal”. Saya tidak menyalahkan mereka namun saya sendiri yang mungkin masih bingung dengan alasan dan penjelasan mereka. Guru agama saya hanya mendongengkan kisah Nabi Ibrahim dengan alur yang sama tanpa menjelaskannya. Mereka hanya mengatakan “karena Nabi Ibrahim patuh menjalankan perintah Tuhan dan beriman kepada-Nya maka Ia mau menyembelih anaknya sendiri.” Kierkegaard-pun menjawab hidup dalam Tuhan adalah hidup yang subjektivitas transenden, tanpa rasionalisasi dan tanpa ikatan duniawi. Subjektivitas yang hanya mengikuti jalan Tuhan dan tidak terikat pada nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal (etis) maupun tuntutan pribadi dan masyarakat atau zaman. Alangkah baiknya jika jawaban Kierkegaard tersebut bisa diolah dengan kata-kata yang lebih mudah untuk dicerna siswa sekolah, maka mereka akan lebih tertarik dengan contoh yang diberikan oleh Nabi Ibrahim. http://id.wikipedia.org/wiki/S%C3%B8ren_Kierkegaard Abidin,Zainal. Filsafat Manusia. Remaja Rosdakarya: Bandung.2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun