Mohon tunggu...
Nailil Farikhah
Nailil Farikhah Mohon Tunggu... Guru - Guru SD di SD Islam Maarif Sukorejo

Saya adalah guru SD yang bersemangat untuk belajar. Saya sangat suka membaca, terutama membaca hiburan. Saya suka menyanyi dan mendengarkan musik, saat ini sangat suka dengar suara Mahalini. Saya juga suka mengikuti kelas seni membaca AlQuran dan merupakan penggerak kegiatan ini di masjid dekat rumah kami. Saya ingin melatih skill menulis saya karena mengetik saya lumayan cepat dengan teknik 10 jari.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cerita Lucu tentang Muridku yang Menyanyikan Lagu Religi "Alamate Anak Soleh"

15 September 2023   21:46 Diperbarui: 15 September 2023   22:29 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nailil Farikhah HP Vivo

Lagu religi "Alamate Anak Soleh" adalah lagu yang viral dan sering dinyanyikan dengan bergembira oleh anak-anak kecil di daerahku. Daerahku memang daerah yang religius, orang tua dan anaknya biasanya memiliki kebiasaan mendengarkan lagu religi yang sama. Sebelum lagu religi ini, murid-muridku juga selalu mendendangkan "Sholawat Busyro" ketika mereka sedang istirahat. 

Selalu ada tembang religi yang menjadi hiasan kebersamaan murid-muridku di sekolah. Menurutku pribadi, ketika melihat murid-muridku sedang bergembira mendendangkan lagu-lagu religi kesukaan mereka, murid-muridku ini sedang melakukan hal yang positif. Lirik dari lagu "Alamate Anak Soleh" yang dipopulerkan oleh Neng Umi Laila juga memiliki makna yang amat mendalam. Di dalam cerita saya ini, saya tidak akan menyertakan lirik lagu religi yang masih viral saat ini karena tidak terhubung pada cerita yang mau saya tampilkan. 

Cerita ini bermula ketika saya mendengar seorang murid saya yang menyanyikan lagu "Alamate Anak Soleh" tetapi terdengar dipelesetkan. Saya mendengar murid saya itu menggantinya dengan "Alamate anak sohih....?" Saya merasa penasaran mengapa kata penting dari lagu religi itu diganti. Belum sempat saya tanya kepada ananda peserta didik, saya sudah senyum di kulum. Murid saya memelesetkan kata "Soleh" menjadi "Sohih" karena ada temannya yang mengeluarkan bogem dan mengancam untuk tidak melanjutkan menyanyinya. Kenapa temannya melakukan hal ini? Karena temannya ini anaknya Pak SOLEH.

Iya, betul sekali. Kultur menjahili teman dengan cara memanggil nama ayahnya masih kental di lingkungan sekolah, mulai masa kecil saya dulu hingga masa sekarang. Saya pun memberi pengertian kepada murid-murid saya bahwa kata Soleh bukanlah kata hinaan.

Kata Soleh adalah kata yang indah dan semua orang beriman berharap mendapat predikat atau titel "Orang Soleh", bahkan bu guru sendiri dan bu guru juga berdoa semoga anak keturunan dan murid-murid bu guru menjadi orang soleh, karena orang soleh boleh masuk surga. Jadi anak pak Soleh harusnya bangga karena ayahnya memiliki nama yang indah dan menyanyikan lagu "Alamate Anak Soleh" akan kehilangan makna kalau diganti dengan "Alamate anak sohih...?"

Terkadang saya masih senyum-senyum sendiri kalau mengingat peristiwa ini. Saya teringat lucunya murid saya yang secara kreatif memelesetkan kata demi keamanan dirinya dari bogem temannya. Mengasuh murid-murid SD yang berusia 9 - 10 tahun bisa menjadi terapi kebahagiaan bagi gurunya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun