Menurut Gadis Sari dkk, (2024) krisis air merupakan masalah global yang memerlukan peran aktif dari berbagai pihak,  termasuk  lembaga  internasional,  pemerintah,  sektor  swasta,  dan  masyarakat umum. Air adalah sumber daya alam yang esensial bagi kehidupan manusia. Namun, di era modern ini, dunia dihadapkan pada krisis air yang semakin akut. Kekurangan sumber daya air bersih menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia saat ini. Krisis air global semakin nyata dengan meningkatnya jumlah populasi, perubahan iklim, dan pemanfaatan sumber daya air yang tidak berkelanjutan. Data dari PBB menunjukkan bahwa hampir 2,2 miliar orang di dunia tidak memiliki akses ke air bersih yang aman. Kondisi ini memaksa berbagai negara untuk mencari alternatif sumber air guna memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Salah satu solusi yang mulai dilirik secara serius adalah teknologi desalinasi.
Menurut Azyyanti Alfian (2023) indonesia dikenal dengan negara beriklim tropis yang memiliki dua musim, yakni musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan yang terjadi sekitar setengah tahun lamanya seharusnya sudah bisa mencukupi kebutuhan air masyarakat. Akan tetapi, dikarenakan tingginya angka kepadatan penduduk dan diselingi juga musim kemarau yang datang semakin fluktuatif serta penyediaan sumber air yang masih kurang, faktor-faktor tersebut mengakibatkan beberapa daerah di Indonesia mengalami kelangkaan air. Indonesia menduduki posisi ke 33 dalam WPI (Water Poverty Indeks) atau Indeks Kemiskinan Air. WPI sendiri menunjukkan indikator masyarakat miskin dalam mendapatkan akses terhadap perolehan pelayanan air bersih dan penyehatan lingkungan yang memadai. Rendahnya posisi Indonesia pada WPI menunjukkan lemahnya pengelolaan sumberdaya air, akses yang rendah dari masyarakat miskin akan air bersih, dan kapasitas pemanfaatan air. Fenomena tersebut tercerminkan pada kondisi permukiman kumuh dan pemenuhan kebutuhan air bersih yang tidak memadai di dalamnya.
Mengapa Desalinasi?
Menurut Rinawati Makbul dkk, (2023) dari seluruh air yang ada di planet ini, 97,5%-nya adalah air laut yang tidak langsung bisa dikonsumsi. Desalinasi menjadi topik penting dalam diskusi global tentang solusi untuk krisis air, karena ia menawarkan cara untuk mengubah sumber air terbesar di planet ini yaitu air laut menjadi air tawar yang dapat diminum dan digunakan untuk berbagai kebutuhan manusia. Desalisasi adalah proses pengolahan air untuk menghilangkan garam dari air untuk penggunaan yang bermanfaat. Teknologi ini telah digunakan di berbagai negara, terutama di kawasan Timur Tengah, yang sangat bergantung pada air laut sebagai sumber air minum. Desalisasi digunakan pada air payau (salinitas rendah) serta air laut. Metode utama untuk desalisasi adalah reverse osmosis. Proses ini dapat digunakan untuk menghilangkan garam serta kontaminan spesifik dalam air seperti precursor trihalometana, karbon organic yang mudah menguap, nitrat, dan pathogen.
Keunggulan Teknologi Desalinasi
Menurut Ghina dan Harmin (2020) ada beberapa keunggulan utama dari teknologi desalinasi yang membuatnya relevan sebagai solusi krisis air global:
1. Sumber Air Laut yang Melimpah
Sebagian besar permukaan bumi (sekitar 71%) terdiri dari lautan. Potensi besar air laut yang bisa diolah menjadi air tawar membuat desalinasi menjadi solusi yang logis bagi banyak negara pesisir. Dengan memanfaatkan air laut, desalinasi dapat mengurangi ketergantungan terhadap sumber air tawar yang terbatas dan semakin terancam oleh eksploitasi berlebihan.
2. Mengatasi Ketidakstabilan Iklim
Perubahan iklim telah menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas kekeringan di berbagai wilayah. Negara-negara dengan iklim kering yang rentan terhadap kekurangan air dapat memanfaatkan desalinasi untuk menciptakan pasokan air yang stabil sepanjang tahun. Ini sangat penting, terutama di wilayah dengan sumber daya air yang terbatas namun populasi terus bertambah.
3. Diversifikasi Sumber Air