Mohon tunggu...
Naili Faizatis Syifa
Naili Faizatis Syifa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bimbingan dan Konseling

Ibu dari 3 anak, guru bimbingan dan konseling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara Koneksi Antar Materi Modul1.1 CGP Angkatan 6

9 September 2022   13:50 Diperbarui: 9 September 2022   14:10 1132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengenal Ki Hajar Dewantara

Ada pepatah yang mengatakan apabila kita tak kenal maka tak sayang, dalam artikel ini kita akan mengawali dengan mengenal sosok Ki Hajar Dewantara yang biasa kita singkat namanya dengan KHD. Ki Hajar Dewantara lahir di Pakualaman pada tanggal 2 Mei 1889 dan meninggal dunia di Yogyakarta, 26 April 1959. Tanggal lahirnya di peringati di Indonesia sebagai hari Pendidikan Nasional. Ki Hajar dewantara memiliki semboyan yang terkenal yaitu Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani yang artinya menjadi seorang pemimpin harus bisa menjadi suri tauladan, harus bisa menggugah semangat dan memberi dorongan atau motivasi. 

Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara pendidikan diumpamakan sebagai tempat persemaian benih, diibaratkan seorang pendidik itu seperti seorang petani. anak didik bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. bila jagung di tanam pada tanah yang subur dan mendapatkan sinar matahari serta pengairan yang baik meskipun bibit jagung itu kurang baik maka kan tumbuh subur dengan baik karena perhatian dan perawatan dari petani, begitu pun sebaliknya apabila bibit jagung itu baik tetapi tidak di rawat dan diperhatikan dengan baik maka jagung itu tumbuh tidak optimal. oleh karena itu pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. 

Dari pemikiran Ki Hajar Dewantara, hendaknya sebagai pendidik harus memiliki jiwa menuntun dan bukan hanya terpaku pada hasil belajar melainkan pada proses pembelajaran. Di kota Tegal tempat saya tinggal memiliki budaya Jawa yang kental dengan sopan santunnya, anak didik kita tentu sudah memiliki dasar sopan santun karena budaya yang ada. apabila ada anak didik kita yang memiliki sopan santun dan karakter kurang baik, sebagai guru hendaknya kita menuntun dan memberi contoh agar pembiasaan sopan santun yang baik akan terjaga. 

Pendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan. Menurut Ki Hajar Dewantara, pengajaran adalah bagian dari pendidikan. pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. sedangkan pendidikan adalah memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Ki Hajar Dewantara yakin bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci untuk mencapainya. 

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. sebagai seorang pendidik harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berpikir kreatif, mengembangkan bakat/minat anak (merdeka belajar) tetapi kebebasan itu bukan kebebasan mutlak tetapi butuh tuntunan dan arahan dari guru supaya anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. 

Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus sifat dasar tadi. yang bisa dilakukan adalah menunjukkan dan membimbing mereka agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga menutupi/mengaburkan sifat-sifat jeleknya. 

Apa pun yang dilakukan oleh seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya (Ki Hajar Dewantara)

Refleksi

Sebelum mempelajari pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya berkeyakinan bahwa dengan memberikan kedisiplinan kepada siswa yang tegas makas siswa akan berubah. dengan memberikan hukuman dan sanksi, hal itu akan mendidik kedisiplinan siswa agar tidak mengulang kesalahan di sekolah. dengan melakukan itu, perubahan yang terjadi tidak banyak siswa yang berubah tetapi masih melakukan kesalahan dan melanggar tata tertib di sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun