Tujuan pendidikan inklusi adalah memberikan keberanian kepada setiap manusia untuk menerima perbedaan yang ada serta kesiapan untuk membangun dunia yang lebih damai dan nyaman. Dengan adanya Pendidikan inklusif ini diharapkan dapat membentuk sikap dan perilaku umat Islam yang dapat menghormati menghargai, dan bertoleransi terhadap perbedaan agama, suku, ras, dan pendapat.
Rahmat memiliki 3 dimensi, yaitu: pertama; rasionalitas, kedua; peduli, dan ketiga; peradaban. Pertama; Islam adalah agama yang rasional. Menurut Muhammad Abduh, Islam adalah agama yang rasional, agama yang sejalan dengan akal, bahkan agama yang berdasarkan pada akal. Menurut Abduh, berpikir rasional adalah cara untuk mendapatkan iman yang benar. Iman tidak sempurna, jika tidak berdasarkan akal, iman harus didasarkan pada keyakinan, bukan pendapat, dan akal adalah sumber kepercayaan kepada Tuhan, pengetahuan dan kekuasaan-Nya dan kepada para rasul (Nasution, Muhammad Abduh dan teologi rasional, op, cit, hal.47). Pada dasarnya Muhammad Abduh mengajak kita untuk berpikir kreatif dan melarang kita berdiam diri dengan keadaan yang ada. Beliau mengajak kita untuk melakukan ta'wil terhadap teks-teks Al-Qur'an yang tidak kita pahami (Abduh, al-Islam Din al-Ilmi wa al-Madaniyah diterjemahkan oleh Fadillah dan Muhammad Abqory dengan judul Islam Ilmu Pengetahuan dan masyarakat Madani, Jakarta : PT.Grafindo Persada, 2005, hal. LXI).
Kedua; Ajaran Islam dengan konsep rahmatan lil'alamin memiliki konsekuensi logis untuk selalu peduli kepada orang yang membutuhkan pertolongan atau bantuan. Misalnya, jika seseorang mengalami kecelakaan di jalan raya, ketika kita ingin membantu, kita sebagai muslim jangan dulu melihat atau mempersoalkan korban Islam atau kristen? Islamnya NU atau Muhammadiyah dan sebagainya. Yang terpenting adalah ketika seseorang terkena musibah, maka hal pertama yang harus kita lakukan adalah segera membantu. Ini merupakan bentuk kepedulian, karena tolong menolong adalah inti dari ajaran Islam yang universal.
Ketiga; Islam adalah agama peradaban. Allah SWT mengutus Rasulullah SAW di muka bumi untuk membangun peradaban. Kita bisa melihat dari ajarannya dalam membebaskan perbudakan, menghormati wanita, menghormati perbedaan agama, dan menjunjung tinggi ilmu. Oleh karena itu, Islam tidak hanya dianggap sebagai agama, tetapi juga sebagai peradaban yang sempurna, hal ini disampaikan oleh Sayyid Hossein Nasr dalam Islam; Religion, History, and Civilization’ dalam introduction “Islam is both a religion and a civilization”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H