Malang--- Pendapat empat dosen keperawatan dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tentang sistem penilaian luka bakar yang sukses di Indonesia menarik untuk disimak. Indri Wahyuningsih, S.Kep., Ns., M.Kep., Edi Purwanto, S.Kep., Ns., MNg, Risa Herlianita, S.Kep., Ns., MS, dan Indah Dwi Pratiwi, MNg adalah orang-orang tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi manfaat dan kekurangan dari empat sistem penilaian luka bakar yang diterapkan di fasilitas kesehatan di negara Indonesia.
"Situasi darurat seperti luka bakar sering kali membutuhkan perawatan yang cepat dan akurat. Agar staf medis dapat menilai kondisi pasien dan memberikan perawatan terbaik, sistem penilaian sangat penting," menurut Risa Herlianita.
Sistem Penilaian yang Diperiksa
Empat sistem penilaian luka bakar yang diterima secara global model Ryan, Belgian Outcome in Burn Injury (BOBI), Revised Baux Score, dan Abbreviated Burn Severity Index (ABSI) dibandingkan dalam studi ini. Pengumpulan data retrospektif digunakan dalam studi ini untuk mengumpulkan informasi tentang pasien luka bakar yang menjalani perawatan di ruang gawat darurat antara April 2017 dan April 2018.
"Kami menganalisis berbagai data klinis, termasuk tingkat luka bakar tubuh, lamanya perawatan di rumah sakit, dan adanya cedera inhalasi," menurut Edi Purwanto. Kami dapat lebih memahami cara kerja setiap sistem penilaian dan mana yang paling sesuai dengan situasi di Indonesia berkat data ini.
Hasil penelitian
Penelitian ini melibatkan 72 pasien dengan usia rata-rata 40 tahun. Dari jumlah tersebut, 25% pasien meninggal dunia. Cedera inhalasi lebih sering terjadi, luka bakar lebih besar, dan pasien yang meninggal diketahui berusia lebih tua. Berdasarkan hasil penelitian, pendekatan ABSI merupakan pendekatan yang paling berhasil dalam memprediksi angka kematian.
"Sensitivitas ABSI dapat mencapai 81,6%, sedangkan spesifitasnya mencapai 92,5%. Dengan tingkat akurasi mencapai 87,3%, ABSI juga menjadi pilihan yang sangat tepat," menurut Indri Wahyuningsih.
According to Indah Dwi Pratiwi, each scoring system still has advantages of its own. Despite having a somewhat lower accuracy than ABSI, the BOBI system is more straightforward and user-friendly in the field. The Ryan model and the Revised Baux Score may provide certain advantages based on a medical facility's requirements.
Implikasi bagi Sistem Kesehatan Indonesia
Untuk penanganan pasien luka bakar, penelitian ini memberikan informasi yang berguna bagi rumah sakit dan tenaga medis di Indonesia. Keputusan klinis dapat dibuat lebih cepat dan tepat dengan mengetahui manfaat ABSI, serta sistem lainnya.
"Kami berharap hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi rumah sakit, khususnya di Indonesia, untuk memilih sistem penilaian yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien dan fasilitas yang tersedia," menurut Risa Herlianita di akhir.
Dengan harapan agar standar layanan kesehatan di Indonesia terus meningkat, Universitas Muhammadiyah Malang menunjukkan kontribusinya terhadap bidang keperawatan dan kesehatan melalui penelitian ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H