Bahasa Indonesia, sebagai bahasa pemersatu, memiliki peran krusial dalam dunia pendidikan. Salah satu aspek esensial dari bahasa adalah ejaan. Ejaan Bahasa Indonesia telah mengalami evolusi signifikan dari masa ke masa, dimulai dari Ejaan Van Ophuijsen, Ejaan Soewandi, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), hingga Ejaan Bahasa Indonesia (EBI). Perubahan ini mencerminkan perkembangan bahasa yang turut memengaruhi kurikulum di tingkat pendidikan dasar. Ejaan menjadi keterampilan dasar yang perlu dipelajari oleh siswa sekolah dasar karena berperan penting dalam kegiatan membaca dan menulis. Dengan penguasaan ejaan yang baik, siswa dapat menulis kata dan kalimat dengan benar sehingga tulisan mereka lebih mudah dipahami. Sebagai contoh, penggunaan huruf kapital yang tepat dalam penulisan nama orang atau tempat menjadikan tulisan lebih rapi dan sesuai aturan. Selain itu, mempelajari ejaan membantu anak-anak untuk lebih teliti terhadap detail kecil, seperti penggunaan tanda baca, yang berperan dalam penyusunan kalimat yang baik serta meminimalkan kesalahan (Rahmaningsih, 2016).
Perubahan pertama dalam sistem ejaan bahasa Indonesia terjadi pada tahun 1947, ketika Ejaan Van Ophuijsen digantikan oleh Ejaan Soewandi. Perubahan utama dalam ejaan ini adalah penggantian "oe" menjadi "u" dan penghapusan tanda diakritik yang dianggap tidak praktis. Ejaan Soewandi dianggap lebih sederhana dan mudah dipahami, yang membuatnya lebih mudah diterima dalam masyarakat luas. Ejaan ini mulai digunakan dalam buku pelajaran dan dokumen resmi, meskipun masih terdapat beberapa ketidak konsistenan dalam aturan penulisan yang mempengaruhi penerapannya secara luas (Sucipta & Yuliantini, 2023).
Pada tahun 1956, Ejaan Pembaharuan diperkenalkan, yang menyederhanakan aturan penulisan lebih lanjut untuk mempermudah penggunaannya di masyarakat. Lalu, pada tahun 1959, Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia) dihasilkan sebagai upaya kerja sama antara Indonesia dan Malaysia untuk menyatukan sistem ejaan kedua negara. Walaupun tujuannya adalah untuk unifikasi, ejaan ini tidak sepenuhnya diterapkan karena adanya perbedaan kebutuhan di kedua negara.
Pada tahun 1967, diperkenalkan Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan), yang memberikan dasar untuk ejaan yang lebih terstruktur dan sistematis. Meski tidak jauh berbeda dengan pendahulunya, ejaan ini menjadi fondasi penting untuk pembaruan ejaan berikutnya.
Ejaan besar-besaran terjadi pada tahun 1972 dengan diperkenalkannya Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD membawa perubahan besar, seperti mengganti "tj" menjadi "c", "dj" menjadi "j", dan "sj" menjadi "sy". EYD juga mengatur penulisan kata serapan dari bahasa asing secara lebih konsisten dan sistematis, serta mulai diterapkan secara luas dalam berbagai bidang, terutama pendidikan, dan menjadi standar ejaan yang dipelajari di sekolah.
Pembaruan terakhir terjadi pada tahun 2015 dengan diperkenalkannya Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). PUEBI menambah beberapa aturan baru, seperti penggunaan huruf tebal untuk penekanan, penyeragaman penulisan istilah asing, dan penyesuaian dengan perkembangan teknologi serta komunikasi modern. Dengan adanya PUEBI, ejaan bahasa Indonesia menjadi lebih relevan dengan tuntutan zaman (Sucipta, 2023).
Pembaruan terbaru dalam EYD terjadi pada tahun 2022 dengan diterbitkannya EYD edisi V, yang menyempurnakan beberapa aturan ejaan untuk menyesuaikan dengan perkembangan bahasa dan teknologi, termasuk pembaruan dalam penulisan istilah asing, penyesuaian terhadap kata serapan baru, dan panduan yang lebih rinci untuk penggunaan tanda baca.
Perubahan ejaan bahasa Indonesia, khususnya penerapan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EBI), berpengaruh signifikan terhadap dunia pendidikan, khususnya di tingkat sekolah dasar. Salah satu dampaknya adalah kebutuhan untuk memperbarui bahan ajar, seperti buku teks, agar sesuai dengan ejaan yang baru (Arifin & Rahmanto, 2019). Buku yang digunakan di sekolah harus mencerminkan ejaan yang benar untuk membantu siswa memahami bahasa Indonesia dengan standar yang berlaku. Proses pengajaran keterampilan berbahasa juga perlu menyesuaikan diri dengan perubahan ini. Guru bertanggung jawab mengajarkan ejaan yang benar, yang mencakup keterampilan membaca, menulis, serta memahami kaidah ejaan yang sesuai (Suwandi, 2020). Hal ini penting agar siswa dapat menulis dengan benar dan memahami informasi dengan baik. Perubahan ejaan juga berpengaruh pada evaluasi pembelajaran. Dalam ujian atau penilaian tugas, ejaan yang tepat menjadi salah satu aspek yang dinilai, sehingga pemahaman tentang ejaan menjadi sangat penting (Nurhayati, 2018). Pemahaman yang benar mengenai ejaan membantu siswa menghindari kesalahan dalam penulisan dan membentuk kebiasaan berbahasa yang baik, yang pada akhirnya memperkuat keterampilan literasi mereka (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2015).
Namun, penerapan perubahan ejaan di sekolah dasar tidak terlepas dari berbagai tantangan. Guru dan siswa sering menghadapi kesulitan dalam memahami dan menerapkan aturan baru, terutama ketika pelatihan guru masih terbatas. Selain itu, ketidak konsistenan penggunaan ejaan di luar sekolah bisa membingungkan siswa. Untuk mengatasi tantangan ini, pelatihan yang rutin bagi guru dan pemanfaatan teknologi, seperti aplikasi pemeriksa ejaan, dapat membantu meningkatkan pemahaman dan penerapan ejaan yang benar. Secara keseluruhan, pemahaman terhadap ejaan yang benar sangat penting dalam proses pembelajaran di sekolah dasar. Ejaan yang tepat menjadi dasar dalam keterampilan literasi siswa dan mempersiapkan mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Perkembangan ejaan ini juga mencerminkan upaya untuk memperbaiki bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi yang lebih efektif, serta membuka peluang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Kesimpulannya, ejaan bahasa Indonesia berperan penting dalam dunia pendidikan, terutama pada tingkat sekolah dasar. Ejaan membantu siswa meraih keterampilan dasar dalam membaca dan menulis, memahami tata bahasa, dan menumbuhkan keterampilan literasi mereka. Perkembangan ejaan dari waktu ke waktu -- dari Ejaan Van Ophuijsen sampai yang terbaru, Ejaan Bahasa Indonesia -- mencerminkan pencapaian yang dilakukan dalam menyempurnakan bahasa Indonesia agar lebih sistematis dan lebih sejalan dengan kebutuhan zaman. Namun, penerapannya masih menimbulkan tantangan seperti pelatihan guru yang tidak memadai, serta ketidak konsistentan ejaan di luar konteks sekolah. Jadi, penting bagi guru dan sekolah untuk memiliki pelatihan ejaan secara berkala dan menggunakan teknologi modern untuk membantu siswa memahami dan menerapkan ejaan yang lebih mudah. Secara keseluruhan, ejaan bahasa Indonesia yang baik secara substansial berkontribusi pada industri pendidikan dan membentuk kebiasaan berbahasa pada siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H