Era digital membuka gerbang baru bagi kedermawanan. Platform media sosial dan aplikasi donasi online memungkinkan kita untuk membantu orang lain dengan mudah dan cepat. Namun, kemudahan ini juga menghadirkan dilema: bagaimana kita bisa memastikan bahwa bantuan kita sampai kepada orang yang tepat dan tidak disalahgunakan?
Di satu sisi, keinginan untuk membantu sesama merupakan nilai luhur yang tertanam dalam budaya Indonesia. Kita tergerak oleh kisah-kisah pilu dan ingin meringankan beban mereka yang membutuhkan. Platform digital memungkinkan kita untuk terhubung dengan orang-orang yang membutuhkan bantuan dari berbagai pelosok negeri, bahkan dunia.
Di sisi lain, maraknya penipuan berkedok anak sakit atau kemiskinan di media sosial telah menimbulkan rasa waspada dan keraguan. Kita dihantui rasa takut tertipu, di mana uang yang kita donasikan tidak digunakan sebagaimana mestinya. Kasus-kasus penipuan ini telah menggerus kepercayaan dan membuat kita ragu untuk mengulurkan tangan. Rasa empati dan kepedulian mendorong kita untuk membantu mereka yang membutuhkan. Kita melihat gambar dan video yang menyentuh hati, membaca kisah-kisah pilu, dan tergerak untuk mengulurkan tangan.
Kasus demi kasus penipuan yang marak terjadi telah menggerus kepercayaan masyarakat. Rasa empati dan kepedulian yang dulunya mudah tergugah kini diwarnai rasa waspada. Dilema ini semakin kompleks karena banyak orang yang membutuhkan bantuan nyata
Terdapat kasus baru baru ini dimana terdapat seorang pengguna tiktok dengan username @telimsartan yang berniat membantu namun malah tertipu ke dalam kebohongan. Seorang ibu berinisial S dan sang anak R memiliki modus penipuan di rumah sakit Jakarta dan sekitarnya, tidak hanya satu rumah sakit namun ibu tersebut berkeliling rumah sakit untuk menjual cerita yang sama.
Awal mula sang ibu S hanya meminta pengunjung rumah sakit untuk dipesankan Layanan transportasi online roda empat berbasis aplikasi kemudian sambil menunggu ibu tersebut mulai menjalankan kebohongannya dengan bercerita bahwa anaknya sehabis menjalankan operasi bypass jantung dan sudah menderita gagal jantung dan akan menjalankan operasi kepala karena memiliki kanker di kepala.
Ibu tersebut berkata membutuhkan kursi roda untuk anaknya namun yang mengejutkan saat pesanan kursi roda datang R anak ibu tersebut terlihat sehat dan sedang berlarian ibu tersebut pun pernah mencuri 2 buah ponsel di salah satu RS di CIledug. Kisah lengkapnya bisa dilihat berikut akun tiktok @telimsartan.
Kasus lainnya seperti baru baru ini pada tanggal 25 Maret 2024 terdapat salah satu pengguna X seorang bapak yang menceritakan kisah pilunya tidak memiliki ongkos untuk anaknya pergi ke sekolah, pada laman pribadinya dimana dia bercerita “Sebenarnya saya sedih sebagai orang tua.
Melihat anak saya sudah siap berangkat sekolah tapi nggak jadi karena gak punya ongkos” ujar sang pemilik akun tersebut namun pada kolom reply banyak masyarakat yang mencurigai sang pemilik akun tersebut. Seperti salah satu akun yang mereply “ Kenapa berbohong pak ? Encaaaaaaaang, ternyata punya usaha konveksi, istri perawat di salah satu RS, motor masih ada, dan ternyata sudah bangun rumah.
Ya allah kok tega anak dijadikan alat buat menjual kisah sedih???” begitu ujar salah satu pengguna X yang mengenalinya. Terdapat komentar lainnya yang mencurigai kisah bapak tersebut “dari awal udah curiga karena bisa nge tweet dan share foto sbg orang ekonomi lemah, hal pertama yg akan dilakukan ketika gak punya duit adalah minjem ke tetangga atau saudara.