Kita semua pasti sudah tidak asing dengan Covid -- 19. Dilansir dari www.halodoc.com Coronavirus atau disebut juga dengan virus corona merupakan keluarga besar virus yang mengakibatkan terjadinya infeksi saluran pernapasan atas ringan hingga sedang, seperti penyakit flu. Sudah ada banyak sekali kasus kematian yang diakibatkan oleh virus ini, namun tak sedikit juga yang berhasil bertahan dan sembuh. Wah, seram sekali ya Coronavirus ini.
Sudah lebih dari setahun Indonesia dilanda pandemi ini dan tentu saja hal tersebut berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia, tak terkecuali pendidikan. Menurut peraturan kementerian pendidikan, para siswa dan mahasiswa diperkenankan untuk belajar secara daring sejak Maret tahun 2020. Dalam surat edaran Kemendikbud No.4 tahun 2020, Nadiem Makarim menyebutkan bahwa belajar dari rumah dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna untuk para siswa. Beberapa minggu kemarin sudah ada kebijakan bahwa sekolah akan diadakan secara offline, namun sayang sekali kasus Covid di Indonesia kembali meningkat dan oleh karena itu kebijakan tersebut dibatalkan. Hal ini tentu saja disayangkan banyak pihak, terutama para siswa yang seharusnya dapat bersosialisasi di sekolah bersama teman -- teman.
Tak hanya murid, guru pun terkena dampak dari adanya pandemi ini. Biasanya mereka harus mengajar di depan kelas menggunakan spidol dan papan tulis, namun sekarang mereka harus berurusan dengan teknologi yang mungkin terasa asing bagi mereka. Pola pengajaran mereka terpaksa harus berubah karena harus mengikuti keadaan yang ada. Tentu saja hal itu tidaklah mudah, namun itulah yang harus mereka jalani.
Para guru harus mengajar menggunakan aplikasi video conference yang selalu saja ada kendala saat PJJ sedang berlangsung, entah itu dari sisi guru maupun dari sang murid. Disinilah kesabaran para guru diuji. Mereka harus selalu sabar dengan murid yang terlambat, tidak mau menyalakan kamera saat diperintahkan, tidak ada yang mau menyalakan mic saat ditanya, ataupun adanya masalah jaringan. Mereka pun juga harus menjelaskan secara berulang -- ulang kali karena biasanya materi lebih sulit dicerna oleh murid jika PJJ seperti ini.
Selain pola pengajaran yang berubah, perilaku guru terhadap muridnya pun berubah. Guru jadi lebih sering memberikan tugas saat sekolah daring dibandingkan dengan sekolah luring. Tak hanya itu, terkadang ada beberapa guru yang hanya memberi link video materi dan tugas namun tidak menjelaskan materinya kepada para murid. Hal -- hal tersebut tentu saja cukup menyulitkan para murid yang harus memahami pelajaran dengan baik dan membiasakan diri dengan pola pengajaran yang tidak seperti biasanya.
Sebenarnya mereka memberi tugas yang banyak tentu bukanlah tanpa alasan. Para guru berpendapat bahwa dengan tugas yang banyak akan membuat siswa lebih paham dengan materi yang diajarkan dan membuat siswa tidak punya waktu luang untuk bermain game. Hal tersebut juga memudahkan para guru untuk memantau sampai mana materi yang sudah bisa diserap para murid dan memudahkan mereka untuk menilai.
Segala hal pasti memiliki dampak positif dan negatif, tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Hal tersebut juga berlaku untuk Covid -- 19 bagi para guru. Dengan PJJ daring seperti ini, mereka memiliki waktu yang lebih fleksibel untuk megurus keluarga, bebersih rumah, serta mengajar. Para guru juga dimudahkan dalam menilai murid karena saat murid mengirimkan tugas, maka datanya sudah terinput dengan rapih. Namun tentu saja ada hal minus dari PJJ ini, mereka harus sabar dengan keadaan yang cukup menyulitkan serta berbagai keluhan dari para murid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H