Mohon tunggu...
Naila El Hamra
Naila El Hamra Mohon Tunggu... Makeup Artist - mahasiswa psikologi universitas muhammadiyah prof. dr. hamka

saya merupakan orang yg suka menulis, banyak sekali artikel yg sudah saya buat serta saya suka membaca berbagai berita di media

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Komunikasi Empati Bagi Generasi Muda

23 Desember 2024   11:33 Diperbarui: 23 Desember 2024   11:33 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membangun Komunikasi Empati Bagi Generasi Muda

Generasi muda dituntut menjadi seorang agent of change, yang mana generasi muda ini perlu memiliki tujuan yang jernih dan memiliki kegigihan untuk mencapai suatu target yang ditentukan. Selain itu, generasi muda harus memiliki sifat kritis, analitis dan menumbuhkan rasa empati pada lingkungan. Berbagai tuntutan harus dipraktekkan karena bukan hanya dipengaruhi oleh teorinya saja, sehingga generasi muda yang menjadi agent of change ini harus mampu memberi contoh yang pada akhirnya akan memiliki sebuah integritas yang tinggi. Generasi muda yang memiliki empati dapat memahami apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh orang lain maupun lingkungannya. Jadi tidak heran jika para generasi muda dengan kemampuan interpersonal ini akan selalu membawa suasana yang positif untuk lingkungannya dimanapun ia berada. Biasanya bagi para individu dengan empati tinggi akan mudah bergaul dan memiliki banyak teman.

Dikutip dari Siti Aisyah Boediardja (2009) bahwa empati dikemukakan pertama kali pada tahun 1990 yang berasal dari bahasa latin em dan pathos yang artinya feeling into. Lima puluh tahun kemudian empati dibahas pada ilmu psikososial dan psikoanalitik, mengenai bagaimana seseorang dapat merasakan dirinya sebagai orang lain dengan tetap memiliki pandangan objektif tanpa mengaitkan dengan emosi dirinya. Sebagai generasi muda yang dituntut untuk menjadi seorang agent of change, wajib memiliki empati bagi lingkungannya agar bukan hanya berdampak secara kemanusiaan tapi juga berdampak bagi psikologis khalayak manusia di lingkungannya. Salah satu cara pengenalan dan pemahaman empati terhadap kondisi orang lain bisa kita dapatkan melalui komunikasi. Dalam hal ini komunikasi empati bukanlah hal yang mudah, terutama jika dihadapkan dengan individu yang memiliki masalah yang kompleks.

Menurut Zulvianti (2012) bahwa komunikasi efektif merupakan pengetahuan mengenai cara untuk memperoleh informasi dari orang lain terkait kebutuhan, keinginan, pemahaman, pengetahuan dan kondisi afektif individu yang tersimpan dalam "memori kolektif", baik secara sengaja maupun tidak. Salah satu aspek pada efektivitas komunikasi interpersonal adalah empati, yang mana empati sendiri menekankan pentingnya merasakan perasaan orang lain sebagai dasar untuk membangun hubungan interpersonal yang sehat. Dalam empati perhatian individu akan dialihkan kepada pengenalan emosi orang lain, jadi semakin individu mengetahui emosinya sendiri maka akan semakin terampil individu tersebut dalam membaca emosi orang lain. Sehingga semakin tinggi tingkat empati generasi muda terhadap orang lain, maka generasi muda tersebut akan semakin mudah untuk berinteraksi dengan orang lain.

Dikalangan generasi muda, luasnya lingkungan pergaulan menjadikan komunikasi empati sangat penting untuk dimiliki setiap individu. Karena dengan empati kita bisa membangun kepercayaan orang lain untuk lebih terbuka dan jujur saat berkomunikasi dengan kita, lalu mengurangi konflik dengan lebih memahami sudut pandang orang lain, dan meningkatkan kualitas hubungan dengan kita berempati dapat membuat hubungan menjadi lebih bermakna baik itu hubungan pribadi, kerja ataupun sosial. Faktanya komunikasi empati memiliki beberapa manfaat seperti kesehatan mental menjadi lebih baik dengan kita berempati maka kita telah membantu orang lain mengurangi stres dan kecemasannya, selanjutnya lingkungan menjadi lebih harmonis dengan empati orang-orang akan jadi lebih saling memahami dan menghargai satu sama lain, dan peningkatan keterampilan sosial dengan empati kita dapat lebih pandai dalam berinteraksi dengan berbagai macam karakter orang.

Lalu bagaimana ya cara membangun komunikasi empati? Dilansir dari Dinkes.Kulonprogo yang pertama, mari kita mendengarkan dengan seksama, jangan hanya mendengar tapi kita harus benar-benar mendengarkan dengan kepedulian dan tanpa memotong pembicaraan orang lain. Kedua, tunjukkan bahasa tubuh yang positif dengan mengangguk, kontak mata, dan senyum seakan bisa memberikan validasi bahwa kita benar-benar mendengarkan dan peduli dengan pembicaraan orang lain. Ketiga, beri kata yang mendukung, saat mulai memberikan respon dari pembicaraan orang tersebut perlu hindari kata yang dapat menghakimi atau menyalahkan, kita hanya perlu memvalidasi perasaannya dengan menunjukkan kata yang memahami perasaannya. Keempat, validasi perasaan orang yang sedang berbicara, terkadang orang yang bercerita dengan kita hanya butuh didengar dan dipahami tanpa judging terhadap permasalahan kita.

Referensi : 

Fajri, I. N., Lestari, W. D., Naibaho, Y. P. C., Gulo, N. A. S., Gulo, A. S. S., Asbari, M., ... & Purwanto, A. (2022). Menumbuhkan jiwa nasionalisme pada generasi muda. Journal of Community Service and Engagement, 2(4), 1-11.

Https://dinkes.kulonprogokab.go.id/detil/1370/ketika-empati-ada-dalam-komunikasi

Kusasi, M. (2014). Hubungan empati dan komunikasi interpersonal dengan kualitas hidup. Psikostudia: Jurnal Psikologi, 3(1), 37-49.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun