Mohon tunggu...
naila azzahra
naila azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobiku menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hereditas dan Lingkungan dalam Proses Perkembangan Manusia

7 November 2024   19:25 Diperbarui: 7 November 2024   19:34 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hereditas adalah karakteristik yang diwariskan dari orang tua kepada anak melalui gen, memungkinkan sifat tertentu berpindah antar generasi. Gen yang diturunkan membentuk genotip, yang terlihat dalam fenotip atau karakteristik individu. Hereditas berpengaruh pada perkembangan fisik dan psikis, termasuk potensi bawaan. Selain hereditas, faktor lingkungan seperti kondisi fisik, sosial, dan interaksi juga mempengaruhi perkembangan individu. Menurut Sholihah & Niam (2019), hereditas dan lingkungan bersama-sama membentuk kepribadian manusia dengan izin Allah SWT, memengaruhi aspek fisik, kognitif, emosional, serta pendidikan dan pengasuhan yang diterima.

Teori empiris dalam pendidikan menekankan bahwa pengalaman dan lingkungan membentuk perilaku serta perkembangan individu. Menurut John Locke, manusia lahir sebagai "tabula rasa" atau kertas kosong yang karakternya dibentuk oleh pendidikan dan pengalaman. Dalam pendekatan ini, pendidikan dianggap sebagai proses pengembangan diri melalui pengalaman indrawi dan interaksi sosial yang berperan penting dalam membentuk karakter. Guru dan lingkungan belajar yang kondusif sangat diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan, sementara psikologi dan sosiologi pendidikan turut mendukung proses ini dengan mengatur kebiasaan belajar dan struktur sosial di lingkungan sekolah.

Teori Nativisme menyatakan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan atau genetik sejak lahir, dengan sedikit pengaruh dari lingkungan atau pendidikan. Berakar dari pemikiran Schopenhauer, teori ini menekankan pentingnya mengenali dan mengembangkan bakat bawaan, meski sering dianggap pesimistis karena membatasi peran pendidikan dalam membentuk karakter dan kemampuan seseorang.

Teori konvergensi, yang dipelopori oleh psikolog Jerman William Stern, menyatakan bahwa perkembangan individu merupakan hasil interaksi antara faktor bawaan (hereditas) dan lingkungan. Dalam teori ini, bawaan dan lingkungan memiliki peran penting yang sama dalam menentukan karakter dan kemampuan seseorang. Contohnya, seorang anak dengan bakat bawaan tertentu memerlukan dukungan lingkungan untuk mengembangkan potensinya.

Konsep konvergensi menggabungkan pandangan nativisme, yang menekankan faktor keturunan, dengan empirisme, yang berfokus pada peran pengalaman. Dalam perkembangannya, setiap individu terpengaruh oleh kombinasi antara bawaan dan lingkungan, seperti dalam hal pendidikan, sosial, dan pengalaman hidup. Teori ini melihat bahwa keduanya harus berjalan beriringan untuk mencapai perkembangan optimal.

Faktor bawaan meliputi genetika, hormon, bakat, dan emosi, yang menentukan karakteristik fisik dan kecenderungan psikologis seseorang. Genetika, misalnya, dapat mempengaruhi ciri fisik seperti warna kulit dan tinggi badan, sementara hormon dan emosi berperan dalam mengatur perkembangan psikologis dan respons individu terhadap situasi tertentu.

Selain bawaan, faktor lingkungan mencakup asupan gizi, pola asuh, pendidikan, dan hubungan sosial. Lingkungan ini dapat memperkuat atau menghambat potensi yang dibawa sejak lahir, seperti bagaimana pendidikan di sekolah atau dukungan sosial dari keluarga memengaruhi pencapaian seseorang.

Sartain, seorang psikolog Amerika, mengkategorikan lingkungan menjadi tiga: alam luar (misalnya, iklim dan lokasi geografis), lingkungan dalam (misalnya, makanan dan nutrisi), serta lingkungan sosial (misalnya, keluarga dan teman). Semua aspek ini berperan dalam memberikan stimulasi yang mendukung perkembangan fisik, mental, dan sosial individu.

Secara keseluruhan, teori konvergensi menekankan bahwa perkembangan manusia bergantung pada sinergi antara bawaan dan lingkungan. Keduanya membentuk kepribadian dan kecakapan seseorang, yang juga dipengaruhi oleh pilihan individu dalam menanggapi lingkungan dan kesempatan yang ada.

Perkembangan individu dipengaruhi oleh interaksi antara hereditas (bawaan) dan lingkungan, di mana keduanya saling memengaruhi satu sama lain. Seseorang dengan bawaan yang sama dapat berkembang berbeda jika dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda, begitu pula sebaliknya. Teori konvergensi menganggap pendidikan sebagai alat yang membantu lingkungan untuk mengembangkan potensi positif bawaan individu dan mencegah potensi negatif, dengan hasil yang tetap dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Secara keseluruhan, perkembangan manusia adalah hasil kompleks dari kedua faktor ini yang bekerja bersama-sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun