Mohon tunggu...
Naila alyssa
Naila alyssa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

tugas

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kiat Dakwah di Era Masyarakat Online

17 Juni 2024   18:54 Diperbarui: 17 Juni 2024   19:05 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kiat Dakwah di Era Masyarakat Online
Oleh Syamsul Yakin & Naila Alyssa Dosen & Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tak bisa dipungkiri saya adalah anggota masyarakat online. Dai dapat dengan mudah menyebarkan pesan dakwah dalam hitungan detik melalui blog, media sosial yang terhubung, wiki, forum dan dunia maya yang dilayani dan difasilitasi oleh ISP.

Sebagai anggota komunitas Internet, Dai dapat berpartisipasi dalam perang narasi. Secara tradisional, perang cerita dapat dilakukan secara tatap muka, di era masyarakat online, perang cerita dapat dilakukan secara tatap muka hanya dengan dua jempol.

Perang Narasi dalam dunia dakwah merupakan aktivitas virtual para dakwah yang didalamnya mereka mengungkapkan pemikiran dan gerakannya untuk mendorong komunitas online agar menaati perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Bisa dibilang, ini adalah perang cerita karena konten kontroversial sangat umum terjadi di masyarakat online.

Agar berhasil memanggil, mengundang, dan mempengaruhi opini publik secara online, para pengkhotbah memiliki beberapa tip, trik, tip atau trik. Pertama, saat Anda berselancar di platform apa pun, Anda harus bisa "mengangkat" emosi komunitas online, seperti sedih, senang, reaktif, marah.

Jika diperlukan teks pendek (teks) untuk merujuk pada gambar, sebaiknya menggunakan bahasa standar.

Ini adalah bagian dari keterampilan khusus multimedia yang setidaknya dapat dipahami oleh seorang pengkhotbah secara global. Bagian lain dari konten, baik teks maupun gambar, harus didasarkan pada pengetahuan dan penelitian. Mulai saat ini, komunitas online akan memberikan apresiasi kepada mereka karena diyakini memiliki perspektif multidisiplin.

Kedua, komunitas online yang menjadi bahan narasi khatib tentunya mungkin mempunyai manhaj dan mazhab Islam yang berbeda. Atau dalam konteks sosial politik, komunitas online memiliki berbagai organisasi massa dan afiliasi politik. Oleh karena itu, teks dan gambar yang dibagikan harus bersifat inklusif, toleran, dan moderat.

Saat ini masyarakat yang moderat, cerdas, toleran, inklusif, biasanya memiliki banyak pengikut (Instagram dan Tik Tok), tweeter (Twitter), pelanggan (YouTube), teman (Facebook), dan penggemar. Dai tidak boleh berpura-pura menjadi anggota komunitas online.

Ketiga, oleh karena itu, khatib (tentunya) harus memiliki akun resmi di jejaring sosial seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, TikTok, Telegram, Twitter, dan akun lain yang dianggap populer. Anda harus memiliki kata sandi untuk menjaga keamanan semua akun.

Keempat, suka atau tidak, agar berhasil beriklan di komunitas online, Anda harus memiliki tim ahli IT. Tim ini bertanggung jawab atas sistem komputer baru, jaringan, aplikasi termasuk pemantauan, keamanan akun, dan pemeliharaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun