Mohon tunggu...
Naila Alfi Inayah
Naila Alfi Inayah Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berfikir Logika Sebagai Dasar untuk Membangun Argumentasi yang Kuat

4 Oktober 2024   12:15 Diperbarui: 4 Oktober 2024   12:25 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia yang dipenuhi dengan berbagai argumen dan pandangan, kemampuan untuk memahami dan menerapkan pemikiran logis sangatlah penting. Berpikir logis menjadi fondasi yang solid untuk membangun argumentasi yang kuat dan meyakinkan. Dengan memahami cara berpikir logis, kita dapat mengidentifikasi kelemahan dalam argumen, mengevaluasi bukti dengan lebih kritis, dan menghasilkan argumen yang lebih efektif. Dalam dunia pemikiran dan argumentasi, kekeliruan logika dapat menjadi hambatan yang sering diabaikan. Logika fallacy atau kekeliruan logika. adalah penalaran yang salah atau tidak dapat diandalkan (Mesah et al., 2024).

Kekeliruan ini terjadi ketika suatu argumen tidak didasarkan pada premis yang kuat atau melibatkan manipulasi yang melemahkan kekuatan argumen. Oleh karena itu, penting untuk berpikir secara logis. Berpikir logis adalah kunci untuk membangun argumen yang kuat dan meyakinkan. Dengan memahami prinsip-prinsip dasar logika, kita dapat mengidentifikasi kelemahan dalam argumen, menilai bukti secara kritis, dan menyusun argumen yang lebih efektif. Prinsip-prinsip seperti identitas, kontradiksi, dan sanggahan membantu kita berpikir secara konsisten dan menghindari kesalahan logika. Dengan menghindari kesalahan logika, kita dapat meningkatkan kemampuan berpikir. kritis dan penalaran kita (Puling et al., 2024).

Dalam berpikir kritis berkaitan dengan silogisme, yang merupakan cara berpikir yang logis dan teratur. Dengan silogisme, kita bisa menghubungkan dua pernyataan yang berbeda untuk mendapatkan satu kesimpulan. Pernyataan pertama disebut premis, pernyataan kedua juga disebut premis, dan kesimpulan yang kita dapatkan dari kedua premis itu disebut konklusi (Siahaan, 2016). Silogisme hipotetis adalah jenis silogisme. di mana premis mayor berupa pernyataan hipotetis, sedangkan premis minor dan kesimpulannya berupa pernyataan kategoris. Silogisme hipotetis, atau silogisme. pengandaian, adalah pola penalaran deduktif yang melibatkan hipotesis. Dalam silogisme hipotetis, terdapat asumsi bahwa apa yang dinyatakan dalam proposisi mungkin tidak terjadi.

Sedangkan logika fallacy, atau kesalahan logika, merujuk pada penalaran yang keliru atau tidak dapat dipercaya (Mesah et al., 2024). Kekeliruan ini muncul ketika suatu argumen tidak didukung oleh premis yang solid, atau ketika terdapat manipulasi yang mengurangi kekuatan argumen tersebut Terdapat bebrapa jenis logical fallacy, yaitu; pertama, Hominem dengan menyerang karakter individu alih-alih argumennya. Kedua, False Cause dengan mengaitkan dua peristiwa sebagai sebab-akibat tanpa bukti yang memadai. Ketiga, Appeal to Authority dengan mengandalkan pendapat seorang otoritas yang mungkin tidak memiliki keahlian di bidang terkait sebagai bukti. Keempat, Appeal to Emotion dengan memanfaatkan emosi untuk mempengaruhi keputusan, bukan dengan argumen logis. Salah satu contohnya seperti False Dilemma Fallacy dengan menyajikan situasi seolah-olah hanya ada dua pilihan yang tersedia.

Kemampuan berpikir logis dan kritis sangat penting dalam dunia yang dipenuhi berbagai argumen dan pandangan. Pemikiran logis menjadi dasar untuk membangun argumentasi yang kuat, memungkinkan individu mengidentifikasi kelemahan dalam argumen dan mengevaluasi bukti secara kritis. Kekeliruan logika, atau logika fallacy, sering menjadi penghalang dalam proses ini, muncul ketika argumen tidak didukung oleh premis yang solid atau ketika terdapat manipulasi yang melemahkan argumen. Oleh karena itu, memahami prinsip-prinsip logika, termasuk silogisme dan berbagai jenis kekeliruan logika, sangat penting untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan membuat argumen yang lebih efektif. Dengan demikian, penguasaan logika dan kemampuan berpikir kritis dapat meningkatkan kualitas diskusi dan pengambilan keputusan.

Dastar Pustaka

Mesah, W., Darma, F. E., & Lawalata, M. (2024), Memahami Logika Berpikir Sebagai Landasan Membangun Argumentasi Yang Kuat. Jurnal Teologi Injili dan Pendidikan Agama, 2(3), 173-185.

Puling, H., Manilang, E., & Lawalata, M. (2024). Logika dan Berpikir Kritis: Hubungan dan Dampak Dalam Pengambilan Keputusan. Sinar Kasih: Jurnal Pendidikan Agama dan Filsafat, 2(2), 164-173.

Siahaan, L. H. (2016). Hubungan Antara Kemampuan Berpikir Logis Dan Pengetahuan Tentang Paragraf Dengan Keterampilan Menulis Esai Bahasa Inggris. Sosio Religi: Jurnal Kajian Pendidikan Umum, 14(2).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun