Mohon tunggu...
Naila Magda R
Naila Magda R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta

Menjadikan kegiatan menulis sebagai pelarian dan zona untuk menenangkan diri. Menikmati kesendirian, tapi juga adaptif. Tidak tertarik untuk berlama-lama di lingkungan sosial, namun kerap mengambil inisiatif lebih dulu di lingkungan sosial itu sendiri. Kerap disangka ambisius, padahal aslinya mageran. Motto hidup yang di pegang hingga saat ini adalah "Kerjakan segera, selesai, baru santai rebahan sambil guling-guling"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Komunikasi Efektif dalam Keluarga Islami

12 November 2023   20:46 Diperbarui: 12 November 2023   21:47 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama: Naila Magda Robina
NPM: 22010400002
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Prodi: Ilmu Komunikasi
Matakuliah: Komunkasi Islami
Dosen Pengampu: Dr. Sa'diyah El Adawiyah, M.Si. 

Keluarga, dalam landasan ajaran Islam, bukan hanya sekedar sesuatu  yang bersifat fungsional, melainkan juga sebuah lembaga Pendidikan awal bagi generasi-generasi penerus nya. Masing-masing memiliki peran tersendiri. Seperti seorang ibu yang dikatakan merupakan madrasah pertama bagi anak-anaknya, begitu pula dengan sang ayah yang selain ia adalah kepala keluarga, ayah juga merupakan figure penting yang akan menjadi contoh nyata anak-anaknya tirukan. Sehingga, agar keluarga dapat memainkan perannya dengan baik, komunikasi efektif menjadi seusuatu yang sangat dibutuhkan. Saat kita memikirkan tentang arti mendalam dari komunikasi untuk lingkup keluarga Islami, kita dapat menggali beberapa hal yang mewakili betapa krusialnya fondasi ini.

1. Model Komunikasi Islami dalam Keluarga:

Prinsip-prinsip dasar komunikasi dalam Islam, seperti kejujuran (sidq), sopan santun (adab), dan kesabaran (sabr), membentuk dasar yang kokoh bagi hubungan antar anggota keluarga. Al-Quran juga menegaskan betapa pentingnya menggunakan kata-kata yang baik dan menjauhi perilaku yang dapat menimbulkan permusuhan.

"Dan ucapkanlah kepada hamba-hamba-Ku bahwa mereka hendaknya mengucapkan perkataan yang lebih baik. Sesungguhnya setan menimbulkan permusuhan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." (Q.S. Al-Isra: 53)

Komunikasi yang terjalin di dalam keluarga yang Islami bukan hanya sekedar pertukaran informasi, melainkan juga suatu nilai-nilai yang bersifat mendalam. Perkaataan yang baik sejatinya membawa kenyamanan bagi yang mendengarkan. Entah itu seorang istri, suami, maupun anak-anak. Perkataan bahkan lebih tajam daripada pedang. Sehingga mengucapkan kata-kata yang baik selalu dianjurkan dimanapun itu.

2. Pentingnya Mendengarkan:

Selain mengucapkan hal yang baik, mendengarkan juga menjadi sesuatu yang penting. Rasulullah SAW mengajarkan makna mendengarkan, dalam sabdanya "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, hendaklah dia berkata yang baik atau diam. Dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, hendaklah dia memuliakan tetangganya. Dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, hendaklah dia memuliakan tamu yang datang padanya." (HR. Bukhari)

Hadits ini menggaris bawahi pentingnya mengontrol lisan dan memilih kata-kata dengan bijak, atau bahkan memilih diam dan mendengarkan ketika kata-kata tidak dapat memberikan manfaat. Hal seperti ini biasanya terjadi ketika orang tua ingin menasihati anaknya. Ada suatu kondisi dimana seorang anak hanya butuh untuk di dengarkan tanpa dibantah dan do cecar dengan berbagai kata-kata yang sebenarnya tidak dia inginkan saat itu. Ada juga kondisi dimana seorang anak yang memiliki sifat meledak-ledak ketika perasaan nya belum tervalidasi dengan baik dan orang tua serta merta semakin menekan nya. Padahal, mendengarkan bisa menjadi solusi tepat untuk hal ini.

Contoh lain dapat kita ambil dari bagaimana para sahabat mendeskripsikan Rasulullah. Diantaranya dikatakan bahwa, ketika Rasulullah SAW di panggil oleh sahabat, beliau tidak hanya sekedar menoleh kepada sahabat tersebut. Beliau justru memalingkan wajah dan tubuhnya untuk menghadap sahabat tersebut sebagai bentuk menghargai dan isyarat yang secara tidak langsung menunjukkan bahwa beliau mendengarkan dan menaruh perhatian penuh pada apa yang akan dibicarakan oleh sahabat tersebut.

Karena nya, dari sini dapat disimpulkan bahwa mendengarkan bukan sekadar tindakan fisik seperti mendengar suara, tapi juga merupakan suatu perbuatan hati dan pikiran yang penuh perhatian. Hanya dengan mendengarkan, hati seseorang bisa tenang dengan sendirinya. Dalam pandangan Islam, mendengarkan dengan baik adalah  dari iman yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun