Mohon tunggu...
Nailul Rahmi Aulya
Nailul Rahmi Aulya Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Negeri Jakarta

Bidang Biologi Tumbuhan dan Agrikultur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal School Gardening Berbasis Kokedama dengan Pemanfaatan Cocoffee sebagai Media Tanam bagi Siswa SMA

12 Agustus 2024   12:46 Diperbarui: 12 Agustus 2024   13:07 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dokumentasi pribadi, 2024

Selama beberapa dekade terakhir, kesadaran akan pentingnya mengajarkan siswa di luar kelas sebagai sarana untuk mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari telah meningkat di seluruh dunia. Ki Hajar Dewantara sebelumnya telah menekankan bahwa peserta didik perlu belajar di luar kelas. Pemerintah Indonesia pun merespons dengan mengembangkan program Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), sebuah inisiatif lintas disiplin ilmu yang bertujuan mengamati dan memberikan solusi terhadap permasalahan lingkungan melalui pembelajaran berbasis karakter.
Salah satu program di bawah P5 yang menonjol adalah Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang mengusung konsep School Gardening. Program ini melibatkan siswa dan guru dalam kegiatan berkebun di sekolah, menggabungkan pengetahuan alam, lingkungan, dan kesehatan. Tujuannya adalah memperkuat kompetensi siswa dalam Profil Pelajar Pancasila, memungkinkan mereka "mengalami pengetahuan" dan mengaitkannya dengan lingkungan sekitar.

School Gardening bukan hanya kegiatan berkebun biasa, tetapi juga merupakan pengembangan dan aplikasi dari berbagai materi pembelajaran. Program ini mencakup konsep pertanian dan keterampilan yang terintegrasi dengan mata pelajaran seperti matematika, sains, seni, dan kesehatan. Pembelajaran berbasis taman ini menekankan pengalaman praktis, memungkinkan siswa untuk mengaitkan teori yang dipelajari di kelas dengan aplikasi nyata di taman sekolah (Green Heart Education, 2007).

Pembelajaran berbasis taman tidak hanya terbatas pada mata pelajaran tertentu, melainkan mencakup disiplin ilmu seperti IPA, lingkungan alam, seni, dan matematika. Dengan menghadirkan pengalaman langsung di taman sekolah, siswa dapat mengasah pemikiran rasional mereka dan mengintegrasikan berbagai konsep sains, matematika, dan seni bahasa. Beberapa sekolah yang telah mengimplementasikan pembelajaran berbasis taman melihat dampak positif yang signifikan, terutama pada hasil akademik siswa dalam mata pelajaran sains, matematika, dan seni bahasa. Taman sekolah juga memiliki potensi untuk meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan emosional siswa, merangsang semangat belajar, dan meningkatkan prestasi akademik mereka (William & Dixon, 2013). Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengenalkan school gardening  adalah dengan melakukan praktek pembuatan kokedama.

Kokedama adalah teknik menanam tanaman dalam bola tanah yang dibungkus dengan moss dan diikat dengan tali. Secara terminologi, kokedama terdiri dari kata “koke” yangberarti lumut/moss dan “dama” yang berarti bola/ball.Sehingga kokedama biasa disebut bola lumut, atau dalamartian yang lebih luas yaitu tanah yang dibentuk seperti boladan dibungkus dengan lumut. Teknik kokedama adalahsuatuteknik bertanam dari Jepang yang menggunakan lumutsebagai media tanam dan berbentuk bola. Teknik ini bisadikatakan sebagai salah satu bentuk pengemasan tanamanhias yang dapat menggantikan pot sebagai wadah, sehinggateknik ini dapat dikatakan potless atau tanpa pot. Pengemasantersebut mengadopsi cara tanam masyarakat Jepang yangterkenal dengan bonsainya.

Teknik ini unik karena tidak memerlukan pot dan dapat digantung, cocok untuk ruang terbatas di sekolah perkotaan. Untuk mendukung program School Gardening, khususnya di sekolah-sekolah dengan lahan terbatas, dapat dilakukan pelatihan "Kokedama" bagi guru dan siswa. Teknik menanam ini unik karena tidak menggunakan pot dan tidak membutuhkan lahan yang luas karena dapat digantung menggunakan tali pada tempat-tempat yang aman. Kokedama biasanya menggunakan media tanah dan lumut.  

Sumber gambar: Dokumen pribadi, 2024
Sumber gambar: Dokumen pribadi, 2024

Selain tanah media kokedama juga dapat dimodifikasi dengan media lain. Salah satu medianya adalah cocopeat. Cocopeat merupakan produk olahan yang berasal dari proses pemisahan sabut kelapa. Ketika serat sabut kelapa terpisah, maka akan menghasilkan serbuk kelapa atau cocopeat. Cocopeat adalah media tanam alternatif yang dapat digunakan untuk budidaya berbagai jenis tanaman, terlebih untuk sistem bertanam hidroponik. Dalam bercocok tanam, tak hanya tanah yang bisa dijadikan media tanam, namun cocopeat juga bisa. Media tanam ini mempunyai kualitas yang tak kalah dengan tanah. Cocopeat mempunyai sifat yang mudah menyerap dan menyimpan air. Cocopeat juga mempunyai pori-pori yanng memudahkan pertukaran udara, dan masuknya sinar matahari. Dalam cocopeat terdapat Trichoderma mold, sejenis enzim dari jamur, dapat mengurangi penyakit dalam media tanam tumbuhan. Dengan demikian, cocopeat dapat menjaga media tanam tetap gembur dan subur. Tingkat kegemburan tanah yang tinggi, pembentukan akar tanaman akan mudah dan tanaman akan lebih sehat dan subur. Cocopeat mempunyai Ph antara 5,0 hingga 6,8 sehingga sangat baik untuk pertumbuhan tanaman apapun.

Meski cocopeat disebut sebagai media tanam yang berkualitas baik, namun unsur hara yang ada pada tanah tidak ada tandingannya. Oleh karena itu, cocopeat masih memerlukan tambahan pupuk sebagai penyubur tanaman. Tambahan bahan yang dapat dijadikan media salah satunya dapat menggunakan ampas kopi. Beberapa media tanam digunakan umtuk mengikat air danmengandung zat hara organik yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. (Putri, 2018:20).

Ampas kopi berasal dari limbah rumah tangga yang sudah tidak digunakan dan mudah untuk ditemukan. Menurut lasito dalam Adikasari (2012:3) Ampas kopi merupakan pupuk organik yang ekonomis dan ramah lingkungan. Ampas kopi mengandung 2,28% nitrogen, fosfor 0,06% magnesium, sulfur, kalsium dan 0,6 kalium yang berguna untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, inovasi kokedama yang diberikan adalah modifikasi media tanam dengan menggunakan campuran media tanam cocopeat dan ampas kopi sehingga diberikan nama COCOFFEE (cocopeat + coffee ground waste).

Kegiatan pelatihan mengenal School Gardening ini dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Atas di Jakarta yaitu SMAN 103 Duren Sawit, Jakarta Timur. Kegiatan ini meliputi kegiatan penyampaian materi terkait dengan School Gardening, kokedama, media tanam dan dilanjutkan workshop atau praktek pembuatan Kokedama secara langsung. Berdasarkan hasil survey kepuasan siswa terhadap kegiatan ini sebanyak 90% siswa sangat puas dengan kegiatan yang telah dilaksanakan, karena kegiatan ini menambah pengetahuan mereka mengenai kegiatan berkebun yang lebih inovatif, sampai dengan praktek membuat kokedama yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun