Tuhan adalah pencipta alam semesta, termasuk di dalamnya manusia sendiri. Selanjutnya Tuhan bersifat Maha kuasa dan mempunyai kehendak yang bersifat mutlak. Di sini timbullah pertanyaan sampai dimanakah manusia sebagai ciptaan Tuhan, bergantung pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan dalam menentukan perjalanan hidupnya? diberi Tuhankah manusia kemerdekaan dalam mengatur hidupnya? Ataukah manusia terikat seluruhnya pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan? Pertanyaan demikian sangat erat kaitannya dengan takdir yang dialami oleh manusia. Dan ada satu hal pertanyaan yang sangat menarik apakah seorang atheis percaya akan adanya takdir ?
Dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan seperti ini kaum Qadariah berpendapat bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan peljalanan hidupnya. Menurut paham Qadariah manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Dengan demikian nama Qadariah berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar atau kadar Tuhan. Dalam istilah lnggrisnya paham ini dikenal dengan nama  free will dan free act.
Kaum Jabariah berpendapat sebaliknya. Manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini terikat pada kehendak mutlak Tuhan. Jadi nama Jabariah berasal dari kata jabara yang tnengandung arti memaksa. Memang dalam aliran ini terdapat paham bahwa manusia mengeljakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa. Dalam istilah Inggris paham ini disebut fatalism atau predestination. Perbuatan-perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh kada dan kadar Tuhan.
Jabariyah berpendapat bahwa hanya Allah SWT. sajalah yang menentukan dan memutuskan segala amal perbuatan manusia. Semua perbuatan itu sejak semula telah diketahui Allah SWT. Dan semua amal perbuatan itu adalah berlaku dengan kodrat dan lradat-Nya. Manusia tidak mencampurinya sama sekali. Usaha manusia sama sekali bukan ditentukan oleh manusia sendiri. Qodrat dan iradat Allah SWT adalah membekukan dan mencabut kekuasaan manusia sama sekali. Pada hakikatnya segala pekerjaan dan gerak-gerik manusia sehari-harinya adalah merupakan paksaan semata-mata. kebaikan dan kejahatan itu pun semata-mata paksaan pula, sekalipun nantinya manusia memperoleh balasan surga dan neraka.
Banyak kasus yang terjadi disekitar kita yang berkaitan dengan Qodariyah maupun Jabariyah, seperti kasus yang terjadi baru-baru ini, kecelakaan beruntun terjadi di ruas Cipularang KM  91, tol Purbaleunyi arah Jakarta yang mengakibatkan 6 orang meninggal dunia dan 8 orang terluka. Banyak pihak yang berpendapat bahwa kejadian tersebut sudah menjadi takdir Tuhan yang tidak bisa dihindari, ini menunjukan bahwa pandangan aliran Qodariyah  tidak terlepas dari pendapat tersebut, jika pemahaman seperti ini terus berkembang dan menjadi pegangan atau prinsip suatu bangsa maka hal yang akan terjadi adalah adanya stagnasi di berbagai aspek terlebih lagi pada ilmu pengetahuan. ini disebabkan karena adanya pemahaman bahwa segala sesuatu sudah ditentukan oleh tuhan, tidak adanya semangat untuk maju.
 Disisi lain ada pandangan yang berpendapat bahwa kejadian tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti yang disebutkan oleh direkrur penegekan hukum korps lalu lintas Brigadir Jenderal Pujiono Dulrachman diantaranya adanya rem blong pada truck, truck terguling karena muatan berlebihan. Dengan kata lain bahwa kejadian tersebut bukan karena takdir melainkan karena ada penyebab tertentu. Namun perlu diwaspadai dengan pemahaman demikian, pihak yang berpaham tersebut acapkali melupakan unsur ketuhanan didalamnya. Itu sama halnya sepaham dengan ajaran Jabariyah dan juga dekat dengan kaum Atheis yang tidak percaya akan adanya tuhan dimana semua kejadian di dunia berdasarkan proses alamiah dan tidak ada campur tangan Tuhan.
Sebagai jalan tengahnya Imam Asy'ari memberikan pendapatnya mengenai Takdir yaitu perbuatan manusia tidak diwujudkan oleh manusia itu sendiri, akan tetapi dengan campur Tuhan. Perbuatan manusia meskipun secara hakiki dimiliki oleh Tuhan, tetapi manusia memiliki kasb (perolehan/usaha) untuk dapat menggunakan perbuatan itu, secara majazi manusia melakukan perbuatan sesuai dengan daya yang diberikan oleh Tuhan. Maka sudah sepatutnya kita sebagai manusia harus bersifat moderat atau adil yaitu dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya dalam hal ini berkaitan dengan Takdir dimana manusia tidak boleh sepenuhnya hanya mengandalkan Takdir Tuhan ataupun usaha kita sendiri akan tetapi selain kita percaya pada Takdir Tuhan kita juga tetap harus berusaha untuk mencapai sesuatu dengan kata lain harus mengombinasikan keduanya.
Penulis: Muhamad Nahrul Hidayat dan Abdul Muhyi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H