Mohon tunggu...
Ahmad Nahrowi
Ahmad Nahrowi Mohon Tunggu... Jurnalis - Santri, Proletar

Pegiat Jurnalisme Pesantren

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tips Program KKN: Modal Kecil Hasil Maksimal

14 September 2019   01:50 Diperbarui: 18 September 2019   01:26 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuliah Kerja Nyata (KKN) , sederhananya kita mengamalkan ilmu yang diperoleh dari kampus ke Masyarakat, Mahasiswa dilepas ke tengah kehidupan Masyarakat disitu Mahasiswa dituntut proaktif alias menjemput bola setiap ada problem, kebutuhan, maupun event-event  yang ada di Masyarakat.

 Seperti pendampingan, penyuluhan, ngajar di Sekolah Formal, ndidik Ngaji di Madrasah Diniyah, Imam Tahlil, Mauidzoh Hasanah dll. Akan tetapi masyarakat tidak bodoh, bagaimanapun mereka tidak cukup dengan asupan teori, dan pola pemikiran cerdas yang  kita berikan.

Mereka menganggap Mahasiswa itu memiliki Background alias latar belakang keluarga yang minimal level ekonominya Menengah Keatas, dari situ Masyarakat mengharap mahasiswa memberikan peran kisik, berupa pembagunan Fasiltas Umum, Peningkatan Ekonomi, Perbaikan  Jalan & Jembatan,mapalagi sampai bisa membuka lapangan pekrjaan.

 Warga tiak menghiraukan meskipun kita itu masih Ngekos, yang mana setiap akhir bulanya mengirimkan proposal kepada orang tua (Minta Kiriman) bahkan dari kita ada Mahasiswa/i yang bermukim di Pondok Pesantren.

Sudah terbiasa Tirakat eh disaat KKN hidup dilingkungan  yang Serba Royal, terpaksa mereka menambah jumlah proposal yang di kirim ke Ortu. (Meskipun Warga tempat saya KKN sangat memahami keadaan ekonomi kami, namun kami tetap berupaya memberikan peninggalan fisik).

Nah, untuk mengatasi ini, bagi kita Mahasiswa/i Low Budget ( Modal Kecil) tapi ingin menhasilkan hal yang berguna dan maksimal bagi masyarakat, saya punya ide bagi kalian yang sedang atau akan KKN. 

Yang akan saya tuliskan dibawah ini adalah hasil pengalaman saya sewaktu KKN Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) di Desa Punjul, Kec. Plosoklaten, Kab. Kediri 10 Juli - 10 Agustus 2019 kemarin.

Bayangkan KKN cuma 30 Hari dan dituntut untuk menghasilkan Perubahan positif bagi masyarakat, bagi saya pribadi  waktunya kurang, tapi ya ada positifnya juga  supaya cepat selesai KKN-nya dan segera beraktifitas di Pondok Pesantren menuntaskan hafalan yang menjadi kewajiban. Ditambah kelompok saya cuma 16 orang dan diharuskan menyelsaikan 5 bidang, Bidang Pedidikan, Lingkungan, Keagamaan, Kesehatan, & Kewirusahaan. Bidang yang terakhir ini menyeramkan bagi kami, bayangin kami yang masih pengangguran disuruh menuntaskan Bidang Kewirausaahaan, huuuft. Melihat uraian diatas setidaknya  3 orang menyelesaikan 1 Bidang, dan satu bidang itu masih ada 3 sampai 5 Sub Bidang, oke cukup disini aja keluhan saya anggap saja intermezo, lanjut ke topik utama.

Waktu 30 hari ini jika tidak benar-benar pandai memenejnya bisa ambyar semua program yang kami susun. Nah untuk itu saya sarankan bagi kalian Mahasiswa/i Low budget  menggunakan KKN berbasis Riset dan memakai metode PAR (Participatory Action Riset). 

Di PAR  ini tim KKN saya melakukan riset terlebih dahulu terhadap problem yang ada ditengah-tengah  Masyarakat, setelah itu baru kita membuat Maping (Pemetaan) sekiranya apa saja program yang akan kita laksanakan dan sesuai dengan keadaan lingkungan. 

Setelah problem ditemukan dan selesai membuat program, kita sosialisasikan ke Masyarakat supaya terjalin relasi yang baik, tugas kita di PAR ini adalah berinteraksi  dan melakukan Pendampingan terhadap Masyarakat. 

Intinya di PAR ini kita banyak melaksanakan hal-hal yang bersifat Non-Fisik, seperti mengadakan Sosialisai menghindari Nikah Dini, Pelatihan Keagamaan, Penyuluhan Kesehatan, Mengajar di Sekolah dan Madin, sampai Mengadakan Senam Lansia. Pokoknya jauh dari kata pembangunan fisik dan menuntut otak kita bekerja Ekstra.

Sedangkan Kembali lagi KKN dari sudut pandang Warga yang ada di pikiran warga adalah Pembangunan fisik melulu.

Akan tetapi tidak usah risau, di PAR ini kami  benar- benar Low Budget banget, modal pertama kita adalah menjalin relasi sedekat mungkin dengan Perangkat Desa.

Setelah itu kita bangun kepercayaan terhadap Perangkat Desa, jika Relasi terjalin dekat dan perangkat desa memiliki kepercayaan terhadap kita, selanjutnya kita menawarkan Program yang sekiranya butuh mengeluarkan dana banyak kepada Pihak Desa dan kita memposisikan sebagai pihak yang merealisasikanya.

Contoh nih yang Tim KKN saya jalankan Kemarin, saya dan Tim menawarkan untuk menggarap selokan yang menjulur 1 KM. Sepanjang pinggir jalan utama Desa menjadi keramba Ikan Nila Alami, (namun kami menggarap selokan depan Balai Desa sepanjang 17 M. Mengingat keterbatasan waktu) yang mana pembuatan keramba ini sebenarnya sudah ide dari desa cuma tidak ada tim Penggeraknya.

Soal modal tak usah risau karena sepenuhnya dari Desa, kita hanya perlu pandai-pandai menego ke pihak Desa dan menyodorkan berapa nominal yang diperlukan, nah setelah pihak Desa meneken kesepakatan, kita mengerahkan tenaga dan juga mengajak warga untuk terjun bersama menyelesaikan Program. 

Dari situ warga akan merasa ikut memiliki terhadap keramba ini karena dibangun secara gotong royong, sisi positifnya setelah tugas KKN habis, program ini tetap berlanjut dan bisa ditiru oleh warga yang depan rumahnya dialiri selokan. Setidaknya kita telah meninggalkan pembangunan fisik dan tentunya isi ATM kita awet.

Setelah sebelumnya memberikan teori-toeri bagi warga baik dari anak-anak sampai  lansia berjalan lancar serta kita juga meninggalkan materi fisik, KKN kita serasa sempurna dan meninggalkan kenangan indah bagi  warga serta kelompok kita.

Jangan lupa langhkah terakhir adalah menyusun laporan Akhir se-menarik mungkin ke pihak kampus, masalah nilai itu bonus, yang utama adalah bagaimana kita mengamalkan ilmu kita. Semoga bermanfaat, selamat mencoba. (mengenai program yang saya terapkan di KKN silahkan cek artikel saya di profil).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun