Mohon tunggu...
Nahlu Hasbi Heriyanto
Nahlu Hasbi Heriyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Inggris

Ambil baiknya, Buang buruknya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Meniti Sunyi, Menemukan Diri: Sebuah Ode Kesendirian

24 Juli 2024   01:28 Diperbarui: 24 Juli 2024   01:30 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jika belum punya apa-apa, jangan dulu punya siapa-siapa. Sebab hati yang masih sepi, tak mampu menampung gelora asmara. Jiwa yang belum tertempa, bagai perahu di tengah badai, terhempas tanpa arah, hilang tanpa jejak.

Di dalam kesunyian, kau temukan dirimu. Mengurai asa, menggenggam cita, meniti harap di atas batu karang hidup. Setiap detik yang berlalu, setiap nafas yang terhela, adalah benih-benih kekuatan yang kelak berbuah ketegaran. Biarkan waktu yang menjadi sahabatmu, biarkan kesendirian yang mengajarkan makna sejati hidup ini.

Kala jiwamu telah teguh dan langkahmu mantap, saat tanganmu kokoh menggenggam kemudi hidup, barulah kau siap berbagi. Cinta sejati tak datang dari kekosongan, tapi dari dua hati yang penuh, saling mengisi dan memahami tanpa kata-kata.

Jika belum punya apa-apa, jangan dulu punya siapa-siapa. Sebab mencintai bukanlah sekedar kata indah, tapi keberanian menatap masa depan bersama. Tak hanya tentang bahagia, tapi juga tentang luka yang diterima bersama. Hingga kelak, kau temukan seseorang yang tak hanya hadir sebagai bayangan, tapi sebagai penyangga, sebagai teman yang setia dalam suka dan duka.

Biarlah kesendirian ini menjadi lorong waktu yang membawamu pada kedewasaan. Hingga ketika kau bertemu dia, kau bukan lagi sebatang kara, melainkan sebatang pohon kokoh, siap menyongsong badai bersama, siap meneduhkan dunia bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Ayah dan Putrinya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun