Mohon tunggu...
Nahlu Hasbi Heriyanto
Nahlu Hasbi Heriyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Inggris

Ambil baiknya, Buang buruknya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

UKM Sastra: Kamuflase Bayangan

20 Juli 2024   01:17 Diperbarui: 21 Juli 2024   01:52 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi tokoh (generated with DALL E AI)

Surya adalah seorang mahasiswa biasa di sebuah universitas terkenal. Tidak ada yang terlalu menonjol dari dirinya. Dia tidak pernah menjadi bintang di kelas, namun selalu cukup baik untuk tidak menarik perhatian buruk. 

Sebuah keseimbangan yang dia nikmati. Teman-temannya menganggapnya sebagai sosok pendiam namun ramah, seseorang yang bisa diandalkan saat membutuhkan bantuan akademik.

Di balik wajahnya yang tenang dan sikapnya yang ramah, Surya menyimpan rahasia kelam. Setiap malam, setelah semua tugas selesai dan kamar kostnya sepi, dia tenggelam dalam dunia yang hanya dia yang tahu. Dunia di mana dia bukan lagi Surya yang pendiam dan biasa saja, tetapi sosok yang berbahaya dan tanpa ampun.

Surya memiliki rutinitas yang teratur. Setelah makan malam, dia akan pergi ke perpustakaan, menghabiskan beberapa jam membaca buku, membuat catatan, dan mempersiapkan tugas-tugas. Namun, di antara jam-jam itu, ada saat-saat di mana dia menghilang dari pandangan. Tidak ada yang tahu kemana dia pergi, dan tidak ada yang peduli.

Baca juga: Ayah dan Putrinya

Pada suatu malam yang dingin, kota dikejutkan oleh berita pembunuhan brutal. Korbannya adalah seorang mahasiswa yang ditemukan tewas dengan luka mengerikan. Polisi tidak menemukan petunjuk yang jelas, dan kasus itu menjadi misteri yang menghantui kampus. Surya, seperti biasa, tetap tenang. Dia mengikuti perkembangan berita itu dengan ketertarikan yang tersembunyi.

Ketika jumlah korban meningkat, desas-desus tentang adanya pembunuh berantai mulai beredar. Para mahasiswa mulai hidup dalam ketakutan, mengunci pintu mereka lebih awal, dan selalu berjalan dalam kelompok. Surya, bagaimanapun, tetap tidak terpengaruh. Dia tahu bahwa ketakutan itu adalah bagian dari permainan yang dia ciptakan.

Malam itu, setelah perpustakaan sepi, Surya berjalan menuju gedung tua di sudut kampus. Tempat itu sudah lama ditinggalkan dan sering dihindari oleh orang-orang. Dia membuka pintu dengan kunci yang hanya dia miliki dan masuk ke dalam kegelapan. Di sana, dia menyimpan alat-alatnya, pisau-pisau yang diasah dengan sempurna, dan catatan tentang setiap korban.

Namun, malam ini berbeda. Ketika dia menyalakan lampu, dia menemukan sebuah surat tergeletak di atas meja. Surat itu ditulis dengan rapi, dan ketika Surya membacanya, darahnya membeku. "Aku tahu siapa kau," tertulis di surat itu. "Kau pikir kau bisa bermain sendirian? Sekarang giliranmu."

Surya merasa dinding ruangan itu semakin dekat, menekan dirinya. Dia berusaha berpikir dengan jernih, mencari petunjuk siapa yang bisa menulis surat itu. Namun, sebelum dia bisa melakukan sesuatu, lampu tiba-tiba padam. Dalam kegelapan, Surya merasakan kehadiran seseorang. Langkah kaki mendekat, dan sebelum dia bisa bereaksi, sebuah suara berbisik di telinganya, "Kau bukan satu-satunya yang bisa bermain dengan kematian."

Ketika lampu menyala kembali, Surya sudah terbaring di lantai, dengan luka yang dalam di dadanya. Polisi menemukan tubuhnya beberapa jam kemudian, dengan surat di tangannya. Surat itu menjadi petunjuk pertama dalam mengungkap misteri pembunuhan berantai yang menghantui kota. Namun, rahasia Surya tetap tersembunyi, sebuah teka-teki yang tidak pernah bisa dipecahkan sepenuhnya.

Di balik wajah yang tenang dan sikap yang ramah, Surya menyimpan bayangan kelam. Namun, dalam bayangan itu, ada sosok lain yang lebih gelap, yang akhirnya mengakhiri permainan mematikan yang dia mulai. Rahasia dan identitas pembunuh yang mengakhiri hidupnya tetap menjadi misteri yang tak terpecahkan, menyisakan pertanyaan yang tidak pernah terjawab di kampus itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun