Mohon tunggu...
Nahlu Hasbi Heriyanto
Nahlu Hasbi Heriyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Inggris

Ambil baiknya, Buang buruknya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sanad Keilmuan Ulama: Fondasi Kehormatan Ilmu

10 Juli 2024   03:58 Diperbarui: 10 Juli 2024   04:50 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di tengah gemuruh pasar intelektualitas modern, sanad keilmuan ulama berdiri sebagai tiang yang tak tergoyahkan. Ia bukan sekadar rentetan nama, tetapi warisan kehormatan intelektual yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Dalam peradaban Islam, sanad bukan sekadar garis riwayat, melainkan penjamin keabsahan ilmu.

Suatu sore di halaqah ilmu yang hangat, seorang ulama tua duduk bersila di tengah murid-muridnya yang setia. Sorot matanya yang dalam menceritakan lebih dari sekadar kisah, ia mengajarkan bukan hanya teks, tetapi tradisi yang hidup. Setiap kata yang meluncur dari bibirnya terpatri dalam rantai sanad yang panjang, menyalurkan cahaya kebenaran dari generasi ke generasi.

"Anak-anakku," serunya dengan penuh penghormatan, "ilmu yang kalian terima hari ini bukanlah milikku semata, tetapi milik mereka yang telah menjaga dan menyelamatkannya dari zaman ke zaman." Sebuah pengingat bahwa setiap ilmu tidak hanya merupakan akumulasi pengetahuan, tetapi warisan yang membutuhkan perlindungan dari setiap orang yang menanggung tanggung jawabnya.

Namun, di sisi lain, dalam riuh rendah kota besar, terdapat mereka yang memanfaatkan panggung untuk menyebarkan kata tanpa bekal. Dai yang hanya mondal kondang, bukan membangun dari pondasi ilmu yang kokoh, tetapi dari popularitas sementara. Mereka menari di atas panggung kehormatan, tetapi tanpa sanad keilmuan yang jelas, sering kali langkah-langkah mereka menuai keraguan dan pertanyaan.

Sebagai warga yang lapar akan petunjuk, kita dihadapkan pada tugas suci untuk memilah-milah di antara suara yang menggema. Kita memuja bukan hanya suara yang paling keras, tetapi yang paling benar dan berakar dalam tradisi ilmiah yang terbukti. Kehati-hatian kita adalah pelindung iman, menjaga agar air yang kita minum adalah dari sumur yang dalam dan bening, bukan dari kolam yang tercemar oleh kesesatan dan keduniawian.

Dalam cakrawala keilmuan dan spiritualitas kita, sanad keilmuan ulama adalah mata air yang tak ternilai. Ia bukan sekadar catatan sejarah, tetapi pilar yang membentuk dan menjaga fondasi kita sebagai pencari kebenaran. Dengan itu, kita mengangkat cahaya yang jelas di tengah gemerlap dunia yang penuh keraguan dan ketidakpastian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun