Mohon tunggu...
nahla hidayaningtyas
nahla hidayaningtyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa/Universitas Pendidikan indonesia

saya adalah mahasiswa aktif (on-going) S1 yang kini tengah berjalan di semester 3. Saya seorang lulusan baru yang memiliki antusias dan motivasi yang tinggi. Dengan sifat disiplin, ramah, dan senang berkomunikasi. Disamping itu saya sangat menyukai menari, terlebih lagi menari tarian tradisional. Maka dari itu saya menyukai hal-hal yang berbau kesenian, khususnya pada kesenian tari.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Imbas Ekonomi dan Kondisi Perkembangan Motivasi Belajar Anak

31 Oktober 2023   11:12 Diperbarui: 31 Oktober 2023   11:23 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nadia Aulia Nadhirah, M.Pd.

Tiara Iskandar Pratiwi, S.Pd.

Peran kehidupan manusia tak pernah luput dari aspek sosial dan ekonomi. Satu lingkungan adalah satu tempat dimana kita menjadi saat ini. Spesifiknya, lingkungan adalah front stage dari kita masing-masing untuk bermain peran. Peran terhadap aspek sosialisasi, aspek finansial, aspek politik, aspek spiritual, aspek budaya, dan khususnya aspek pendidikan. Pendidikan adalah salah satu hak asasi manusia yang patut dipenuhi oleh semua individu. Adanya pendidikan akan terjalinnya motif dan motivasi guna untuk menjadi sumber daya yang berguna sepanjang hidup.

Pendidikan sejatinya adalah ladang besar bagi setiap umat manusia. Maka berpijaklah pada ladang yang membawamu berpendidikan. Menurut pasal 1 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. BPS mencatat, ada 44,19 juta murid di Indonesia pada tahun ajaran 2022/2023. Jumlah tersebut turun 1,56% dibandingkan periode tahun sebelumnya yang sebanyak 44,88 juta orang. Capaian pendidikan menjadi kunci kesuksesan setiap anak. Tujuan pendidikan adalah untuk memajukan perkembangan intelektual dan emosional individu. 

Motivasi anak terhadap kegiatan belajar dan meraih pendidikan tinggi perlu selalu disiasati setiap saat. Selain itu, persiapan mentalitas anak juga perlu dipersiapkan. Motif dan motivasi anak dalam memperoleh pendidikan bisa didapatkan melalui faktor internal maupun eksternal. Faktor internal dapat meliputi (a) kesehatan fisik dan mental anak (b) rasa ingin tahu yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan, (c) keinginan untuk menjadi influencer (perubah), serta (d) emosi anak. Sedangkan pada faktor eksternal meliputi (a) peran orang tua, (b) keadaan ekonomi keluarga, (c) lingkungan pertemanan, (d) media pembelajaran serta yang lainnya.

Namun tak bisa kita hindari, dari zaman ke zaman, isu pendidikan yang dikatakan "mahal" masih menjadi permasalahan lingkup masyarakat. Dapat kita tinjau, sampai saat ini ramai perbincangan bahwa pendidikan sudah tidaklah penting bagi masyarakat menengah ke bawah. Pendidikan bukan menjadi tujuan hidup utama, dan malah mereka selalu berpikir bahwa bekerja adalah jalan alternatif yang paling jelas untuk keberlangsungan hidup walau dengan penghasilan gaji seikhlasnya (tidak seberapa). 

Kondisi finansial membuat buram terhadap kepentingan pendidikan anak? Mari kita bahas di sini. Kondisi ekonomi masyarakat khususnya mengerucut pada kondisi ekonomi tiap keluarga per individu pasti berbeda-beda. Kondisi ekonomi adalah satu diantaranya pembentuk kesejahteraan keluarga. Kondisi ekonomi orang tua merupakan kenyataan yang dapat dilihat dan dirasakan secara langsung dalam memenuhi kebutuhannya. Investasi pendidikan sekolah formal bagi masyarakat menengah ke bawah sekiranya sudah menjadi hal yang pudar. Pada dasarnya, mereka beranggapan bahwa keberadaan ekonomi yang dialaminya tidak bisa menuntut anak untuk berpendidikan. Padahal motivasi belajar sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga yang suportif dan kondisi sosial ekonomi yang mendukung. Biasanya anak yang memiliki motivasi belajar yang tinggi itu berasal dari keadaan ekonomi yang memadai. Mereka akan lebih leluasa untuk meminta apapun seperti hal kecilnya membeli peralatan sekolah, bersekolah di sekolah favorit hingga keluar negeri. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang rendah membuat anak turun akan semangatnya dalam bersekolah, karena mereka berasumsi bahwa sekolah hanyalah sia-sia. Asumsi ini pun tak dapat dipungkiri bisa saja pengaruh dari orang tua. Mereka beranggapan bahwa sekolah bagi anaknya hanya agar anaknya bisa membaca dan menulis tanpa perlu anaknya pandai dan sampai pada jenjang yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan sekolah hanya dijadikan sebagai formalitas tanpa tau dan sadar kebermanfaatannya. Padahal orang tua merupakan faktor yang menentukan anak memiliki motivasi berprestasi dalam belajar. 

Maka upaya dan siasat yang perlu dilakukan adalah dominan peran orang tua dan perspektif orang tua terhadap pendidikan. Orang tua harus melek terhadap pendidikan saat ini untuk keberlangsungan hidup anaknya. Di abad-21 ini semua manusia berkompetisi untuk kesejahteraan masing-masing. Anak harus terus-menerus mengembangkan dirinya untuk meningkatkan kualitas demi menjadi sumber daya yang bermutu dan demi menghadapi tantangan serta persaingan global. Sangat disayangkan apabila seseorang masih ketergantungan dengan keberadaan orang lain. Yang kedua adalah kesiapan investasi pendidikan, menabung demi masa depan yang cerah. Dewasa ini, generasi penerus bangsa khususnya generasi milenial dan zoomers semakin melek akan pentingnya investasi. Mereka melihat bahwa kehidupan setelah memutuskan untuk menikah akan menjadi kehidupan yang lebih rumit dan lebih besar pertanggungjawabannya. Mulai dari membangun keluarga kecil dan pola asuh anak yang baik akan menjadi pertimbangan yang kesekian kalinya. Ini pertanda bagus dalam penyesuaian pendidikan. Nantinya, anak akan mendapatkan pendidikan sebagaimana mestinya sesuai yang mereka inginkan dan tetap menjadi masyarakat yang berguna bagi bangsa dan negara. Dan yang ketiga pengelolaan inflasi, perihal ini lebih kepada respon dan tindakan dalam ruang lingkup yang lebih luas yaitu antara pemerintah dengan masyarakat. Kebijakan-kebijakan dapat dibuat sebaik-baiknya demi kesejahteraan bangsa.


Referensi

Bramantha, Heldie. Eko Yulianto, Dodik. (2020) Pengaruh Kondisi Ekonomi Orang tua Terhadap Motivasi Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar. Journal of Islamic Primary Education 3 (1). 46-55.

sindonews.com

https://edukasi.sindonews.com read sekolah-swasta-m...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun