Allah SWT pemilik dan pengatur alam semesta yang menjadikan kehidupan di dunia ini menciptakan tiga jenis makhluk. Yang pertama, Allah SWT menciptakan makhluk dalam bentuk jamaadat, berasal dari kata jamid artinya diam. Makhluk jamadat berarti makhluk yang tidak bisa hidup (tidak ada nyawa) dan tidak bisa bergerak, atau masyarakat menyebutnya dengan benda mati. Kedua, makhluk nabaatat yaitu makhluk yang hidup dan memiliki nyawa namun tidak dapat bergerak secara aktif, melainkan hanya memiliki potensi berkembang, reproduksi, dan potensi untuk makan dan minum saja, biasa disebut makhluk nabati/tumbuhan. Dan yang terakhir, Allah SWT menciptakan makhluk dalam bentuk hayawanat, yaitu makhluk yang dapat hidup (memiliki nyawa) dan mampu bergerak secara aktif, seperti manusia dan binatang.
      Manusia dan binatang memiliki struktur kehidupan yang sama. Banyak persamaan yang terdapat pada manusia dan binatang, seperti mempunyai kebutuhan makan, minum, dan tempat tinggal, memiliki kebutuhan biologis seksual, merasakan rasa sakit, bahkan  berkomunikasi atau bergaul dengan sesama jenisnya. Meskipun manusia dan binatang sama-sama Allah SWT titipkan fisik atau jasmaniyah, tetapi manusia memiliki potensi untuk dididik dan mendidik diri. Hal ini disebabkan manusia yang telah Allah SWT titipkan alat untuk berpikir berupa akal, sehingga manusia disebut juga sebagai hayawaanun naathiqun (makhluk yang berpikir) dan memiliki keharusan untuk menjadi hayawaanun katib wal qori' (makhluk yang menulis dan membaca).
      Eksistensi manusia adalah mengadakan dirinya sendiri menjadi manusia yang ideal, yakni manusia yang mampu mewujudkan seluruh potensi yang dimilikinya sedari lahir atau bantuan orang lain secara optimal dan menjadi manusia yang seharusnya, yang diharapkan dan dicita-citakan. Namun, dimensi moralitas atau kata hati untuk membedakan hal baik dan jahat yang dimiliki oleh manusia kerap kali tertutup oleh hawa nafsu yang dimilikinya sehingga manusia tetap memiliki potensi untuk berbuat jahat.
      Manusia akan menjadi manusia hanya melalui pendidikan, pendidikan berawal dari manusia yang apa adanya (aktualitas) dengan mempertimbangkan segala kemungkinan padanya (potensialitas), dan diarahkan menuju manusia yang seharusnya (idealitas). Dengan pendidikan, manusia akan menjadi makhluk yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan-Nya, berakhlak baik, bermanfaat bagi sesama makhluk, dan mampu mengendalikan hawa nafsunya sehingga kehidupan yang ada di alam semesta ini terjalin dengan aman dan damai.
Sumber : Robandi, Babang dkk. (2023). Landasan Pendidikan. Bandung:UPI Press.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI