Dulu semasa sekolah, kata Jiplak ini begitu populer. Jiplak hampir sama dengan mencontek dan meniru, meski tetap ada yang berpendapat makna masing- masingnya sangat berbeda, tapi secara umum kita anggap kata ini memiliki makna yang sama.
Jiplak, mencontek atau meniru ini ternyata tidak selalu negatif. Bahkan di dalam Islam kita diperintahkan untuk menjiplak atau meniru kepribadian dari Rasulullah saw. Sadarkah kita, ternyata, kita tidak bisa lepas dari menjiplak atau meniru ini. Para psikolog menyebutnya, “modeling and mirroring” (meniru dan bercermin).
Sejenak coba perhatikan sekitar kita atau bahkan kita, dalam banyak hal juga hasil dari menjiplak. Pekerjaan misalnya, orang cendrung menjiplak dari yang sudah ada. Ribuan orang menjadi petani, karena melihat keberhasilan petani sebelumnya.
Begitupun dengan ribuan orang yang mengantri untuk menjadi pegawai, semua karena melihat orang- orang yang telah berhasil berkarir disana. Bahkan dulu di Amerika para orangtua mengikutkan profesi dibelakang nama anak- anaknya, seperti Farmer (Petani) Smith (Tukang Besi) dan lain- lain, semua itu dengan harapan anak- anak mereka dapat melanjutkan.
Dari sisi gaya dan penampilan, bagi anak- anak muda khususnya menjiplak ini sudah sangat lazim. Tentu yang di jiplak adalah yang sedang menjadi idola, biasanya dari kalangan artis dan publik figur lainnya. Dan biasanya, yang sering kita lakukan adalah menganggap orang yang kita Jiplak itu adalah yang benar.
Sebenarnya, saat kita menjiplak orang lain, pada saat yang bersamaan orang lain justru menjiplak dari kita (hayo… sadar gak?). Dalam satu hadist Rasulullah saw menyampaikan, “Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya”.
Yang perlu kita perhatikan, dalam urusan menjiplak ini, kita harus jeli. Sebab, tidak selalu menjiplak akan mendatangkan sesuatu yang lebih baik. Bahkan ada kecendrungan, orang yang suka menjiplak konon jadi malas berfikir.
“ Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan di waktu malam. Maka apakah kamu tidak memikirkan? “ (Qs. Ash-Shaaffat : 137 – 138). Wallahu a’lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H