Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Industri Televisi, PHK Massal, dan Strategi Bertahan di Era Digital

26 Desember 2024   07:02 Diperbarui: 26 Desember 2024   07:02 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Industri televisi nasional tengah menghadapi tantangan serius yg ditandai dengan maraknya  PHK massal di berbagai stasiun televisi (Foto: Antara)


Industri televisi nasional Indonesia tengah menghadapi tantangan serius yang ditandai dengan maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di berbagai stasiun televisi. Fenomena ini mencerminkan tekanan finansial dan operasional yang dihadapi oleh industri pertelevisian dalam menghadapi perubahan lanskap media dan perilaku konsumen.

Kasus PHK Massal di ANTV

Salah satu contoh terbaru adalah PHK massal yang dilakukan oleh ANTV. Menurut laporan, ANTV memberhentikan seluruh karyawan divisi produksi sebagai langkah efisiensi untuk mengurangi biaya operasional perusahaan. Direktur PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), induk perusahaan ANTV, Neil R. Tobing, menyatakan bahwa langkah ini diambil untuk mengurangi biaya tetap perusahaan agar dapat bertahan di industri siaran televisi.

Selain itu, beban utang yang mencapai triliunan rupiah juga menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan PHK massal ini. Menurut laporan, VIVA memiliki total utang sebesar Rp8,79 triliun kepada 12 kreditur, dengan pendapatan perusahaan yang menurun drastis.

Penyebab Utama Krisis di Industri Televisi

1. Penurunan Pendapatan Iklan:

Perubahan preferensi audiens ke platform digital menyebabkan pengiklan mengalihkan anggaran mereka, mengurangi pendapatan iklan televisi. Hal ini diperparah dengan persaingan ketat antara stasiun televisi dan media baru.

2. Beban Utang yang Tinggi:

Beberapa perusahaan media memiliki beban utang yang signifikan, yang membatasi fleksibilitas finansial mereka dalam beradaptasi dengan perubahan pasar. Sebagai contoh, VIVA memiliki total utang sebesar Rp8,79 triliun kepada 12 kreditur.

3. Perubahan Perilaku Konsumen:

Generasi muda lebih memilih konten on-demand yang dapat diakses kapan saja melalui perangkat mobile, mengurangi jumlah penonton televisi konvensional.

4. Teknologi dan Regulasi Baru:

Peralihan menuju siaran berbasis teknologi digital dan kebijakan pemerintah terkait juga menambah beban operasional bagi stasiun televisi. Sebagai contoh, Net TV melakukan PHK terhadap 30 persen karyawannya sebagai dampak dari kebijakan dan peraturan pemerintah terkait peralihan menuju siaran berbasis teknologi digital.

Dampak PHK Massal terhadap Karyawan

PHK massal ini berdampak signifikan terhadap karyawan yang kehilangan mata pencaharian. Pemerintah, melalui Wakil Menteri Ketenagakerjaan, telah menawarkan fasilitas seperti jaminan kehilangan pekerjaan (JKP) dan program pasar kerja bagi karyawan yang terdampak PHK.

Strategi Bertahan di Era Digital

Untuk menghadapi tantangan ini, stasiun televisi perlu menerapkan beberapa strategi adaptif:

1. Diversifikasi Platform:

Stasiun televisi perlu memperluas jangkauan dengan hadir di platform digital, seperti layanan streaming dan media sosial, untuk menjangkau audiens yang lebih luas.

2. Inovasi Konten:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun